Chapter 26 - Penyerbuan part 1
Hari ini Gantara dan Ruarendra pergi berjalan-jalan untuk menikmati waktu berdua dan melepas rasa bosan harus terus berdiam diri di dalam padepokan, dan juga demi melupakan masalah yang Antasena buat. Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah hutan, mereka kembali pergi ke pohon mangga besar yang ada di tengah hutan yang dulu pernah Layung Sari dan Antasena tunjukan. Gantara mengajarkan Ruarendra cara meringankan tubuh untuk melompat dari satu dahan ke dahan yang lain dan menjaga keseimbangan dengan benar agar tidak mudah terjatuh.
Setelah mereka sampai di dahan teratas dari pohon, mereka duduk berdampingan di sebuah dahan yang cukup besar sambil menikmati mangga matang yang sudah mereka petik. Ruarendra awalnya merasa sangat takut dengan ketinggian dahan di mana sekarang mereka berpijak namun lama kelamaan sang pangeran mulai terbiasa dan bisa menikmati pemandangan hutan yang indah dari atas pohon.
Setelah keduanya puas menikmati buah mangga dan pemandangan hutan, Gantara dan Ruarendra keluar dari hutan membawa beberapa buah mangga menuju desa Ranggawulung, desa yang terletak tidak jauh dari pedepokan Nyai Sokawati.
Gantara dan Ruarendra memasuki pasar desa Ranggawulung karena Ruarendra bilang ia ingin membeli dan mencicipi beberapa jajanan pasar.
Setelah mengelilingi seluruh sudut pasar, Ruarendra menepuk perutnya yang terasa sangat kenyang dengan puas, pemuda ayu itu hampir membeli semua jenis jajanan pasar yang ia temui, tapi Ruarendra bilang ia paling menyukai klepon[1]. Dan sekarang Gantara hanya tersenyum melihat Ruarendra yang sedang membagi-bagikan buah mangga yang mereka petik dan bawa dari hutan pada beberapa anak-anak desa yang mereka temui di sekitar pasar dengan senyuman terkembang di wajah ayunya yang kadang diselingi tawa renyah sang pangeran yang terbaur dengan tawa bahagia anak-anak yang mendapat buah mangga yang matang dan besar.Pemuda yang sangat ia cintai dan saat ini ia tatap, Ruarendra Winarang adalah orang yang luar biasa. Seorang pangeran putera mahkota, anak tunggal dari penguasa Kertalodra yang manja dan hidup sangat nyaman di istana, bisa berhati besar menerima keadaanya yang sulit dalam pelarian, penuh bahaya, serba kekurangan dan melelahkan, namun perlahan ia menjadi lebih kuat dan mandiri, semakin menjadi sosok yang mengagumkan dan mempesona dimata Gantara.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Setelah selesai membagikan mangga dan sedikir bercengkrama dengan anak-anak desa, akhirnya Ruarendra menyadari tatapan Gantara padanya.
"Kau mengagumkan," puji Gantara dengan senyuman hangat mengembang di wajah tampannya.
Blush!
Mendengar pujian dari lelaki yang dicintainya disertai sebuah senyuman hangat di wajahnya, yang membuat seorang Gantara Wisesa terlihat bekali-kali lipat semakin tampan di mata Ruarendra. Sang pangeran merasa wajahnya terbakar dan seolah darah berkumpul di wajahnya hingga wajah putih itu kini memerah semerah kepiting rebus. Ruarendra menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, lalu berkata dengan tersipu malu, "Apa yang kau katakan? Dasar penggombal!" kata-kata sang pangeran seperti sebuah protesan, namum di dalam hatinya ia merasa sangat senang seolah ada kebun bunga yang sedang bermekaran di sana.
"Aku tidak sedang menggombal, kau benar-benar mengagumkan. Kau yang rakus bisa dengan rela membagi-bagikan mangga yang enak pada anak-anak. Aku kira kau akan memakan semuanya sendirian," goda Gantara, senyum hangatnya seketika berubah menjadi sebuah senyuman miring yang menjengkelkan.
"Apa?" Ruarendra membuka tangkupan kedua telapak tangannya pada wajahnya lalu menatap wajah Gantara, "Ka-Kau menjengkelkan!" tunjuk Ruarendra pada wajah Gantara lalu setelahnya ia membalikan tubuhnya dan pergi meninggalkan Gantara dengan langkah terhentak kesal.
Melihat reaksi Ruarendra yang menurutnya menggemaskan membuat Gantara terkekeh. Sambil memegang tali kekang Beliung dan menuntun kuda jantan itu, Gantara mengejar langkah Ruarendra hingga berjalan sejajar dan berdampingan dengan sang pangeran, ia bisa melihat wajah ayu kekasihnya tengah tertekuk kesal. Selama ini, ia sadar selalu menjadi orang yang kaku dan serius jadi wajar saja kalau Ruarendra langsung percaya dengan kata-kata gurauan yang baru saja ia ucapkan, "Aku hanya bergurau. Saat ini di mataku, kau benar-benar mengagumkan Rurendra Winarang...kekasihku."
![](https://img.wattpad.com/cover/126813511-288-k944875.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL Ver.] Runaway (Complete)
Fiksi SejarahWarning 18+ content! Karena ulah Patih Gandatala yang melakukan pemberontakan, kerajaan Kertalodra dalam prahara. Lalu bagaimana nasib panglima besar Gantara Wisesa yang sangat tampan dan kuat, ditakuti musuh-musuhnya di medan perang dan juga digila...