Chapter 15 - Si pengintip

5K 616 150
                                    

Gantara membuat api unggun didepan gubuk kecil milik Ling Hua tempat tinggalnya untuk sementara demi menghangatkan seseorang yang tengah menggigil dalam pelukannya.

Setelah Gantara dan Ruarendra bersetubuh didalam goa, Gantara membawa pemuda ayu itu untuk membersihan diri (mandi) dibawah air terjun, mungkin untuk pendekar yang tubuhnya sudah ditempa sedemikian rupa seperti Gantara, dinginnya air terjun dimalam hari bukanlah apa-apa namun untuk orang biasa yang tidak memiliki kekuatan apapun seperti Ruarendra, air terjun yang dingin itu mampu membuatnya kedinginan sampai kedalam sumsum tulangnya dan membuatnya menggigil seperti saat ini.

Disela gemeretuk giginya, dengan susah payah Ruarendra berbicara dengan suara terbata dan lirih, "pe-luk a-ku le-bih erat."

Mendengar permintaan itu, Gantara segera memeluk tubuh ramping seputih kapas milik sang pangeran, mencoba menghantarkan panas tubuhnya pada Ruarendra yang masih menggigil.

Ruarendra menyandarkan tubuhnya pada dada bidang dan kekar milik Gantara, mencoba menyamankan posisi karena bagian bawah tubuhnya terasa sakit ketika ia duduk seperti saat ini. Keadaannya benar-benar terasa tidak nyaman, tubuh dalam keadaan sakit dan kedinginan, namun didalam hatinya ia merasa sangat bahagia dengan apa yang terjadi malam ini.
Tak ada rasa sesal sedikit pun dalam hatinya karena sudah melakukan hal itu untuk pertama kalinya dengan Gantara.

"Maafkan aku, harusnya aku tidak membawamu mandi di air terjun," ucap Gantara penuh penyesalan, pendekar tampan itu mengambil kedua tangan Ruarendra yang terasa dingin lalu menggosoknya supaya lebih hangat.

Ruarendra menggelengkan kepalanya dengan lemah, "tak apa, kita memang harus mandi karena tubuh kita lengket."

Blush!

Wajah Ruarendra yang pucat segera di hiasi semburat merah muda di kedua pipinya, kata-katanya sendiri membuat dirinya tersipu malu. Ruarendra merasa seolah dirinya menegaskan bahwa 'setelah kita bercinta, badan kita jadi lengket dan memang perlu mandi.'

Gantara yang mendengar kata-kata Ruarendra lalu melihat wajah ayu itu akhirnya merona merah, hanya bisa tertawa didalam hati, tingkah sang pangeran yang menurutnya manis dan menggemaskan itu membuat hatinya gatal, seolah ada ribuan semut merayapinya. Kemudian Gantara hanya bisa menahan hasratnya untuk 'menelan' kembali Ruarendra bulat-bulat saat itu juga.

Mengingat persetubuhannya dengan Ruarendra didalam gua beberapa saat lalu, Gantara mau tidak mau juga mengingat ada seseorang yang mengintip kegiatan bercintanya diam-diam.

Gantara bukan orang yang bodoh, terlebih ia seorang pendekar yang sudah pasti memiliki indra yang sensitif, pada saat itu ia memang tahu ada seseorang yang mengintip dari celah gua, ia tahu dari suara langkah kaki walaupun orang itu berjalan dengan sangat pelan serta aliran angin dari celah sempit itu --sebagai mulut gua-- yang berhembus masuk kedalam gua jelas-jelas membawa aroma tubuh si pengintip, Gantara mengenal aroma tubuh si pengintip, ia jelas-jelas bukan orang yang berbahaya jadi dia hanya membiarkan orang itu dan melanjutkan kegiatan --bersetubuh dengan Ruarendra-- yang tengah ia lakukan seolah tanpa gangguan.

Ruarendra sendiri tidak tahu menahu kalau persetubuhnan pertamanya disaksikan oleh orang ketiga.

Gantara dan Ruarendra mendongak begitu mendengar suara langkah kaki mendekat, keduanya melihat Ling Hua berjalan kearah mereka, lalu tabib itu dengan tenang duduk disamping keduanya --yang masih dalam posisi Ruarendra dalam pelukan Gantara-- dan menyodorkan gelas bambu berisi air yang mengepul.

"Kebetulan tadi aku melihat Tuan Rua sepertinya menggigil kedinginan, aku membawakan air Jahe dan gula merah serta beberapa rempah yang akan menghangatkan tubuh." Tanpa diminta Ling Hua menjalaskan maksud kedatangannya dan isi didalam gelas bambu yang ia sodorkan.

[BL Ver.] Runaway (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang