Chapter 32 - Awal perjalanan
"Hmmphh!" Tiwa terus berusaha meronta dan membuat suara sekeras mungkin agar seseorang bisa mendengarnya dan kemudian menolongnya, namun sepertinya usaha yang ia lakukan semua sia-sia.
Karena sedikit kesulitan membawa pemuda manis bertubuh mungil yang terus memberontak, akhirnya orang yang membekap tiwa menotok calon tabib itu hingga tubuhnya menjadi kaku bahkan mulutnya pun kena efek totokan itu hingga sama sekali tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Setelah akhirnya Tiwa diam karena totokannya, orang itu kemudian memanggul tubuh mungil pemuda itu di atas bahunya seperti memanggul sekarung beras.'Siapa yang membawaku? Apakah ia penyusup?' Tiwa tidak bisa menolehkan kepalanya jadi ia tidak dapat melihat wajah orang yang telah melakukan ini padanya, dan sekarang ia hanya bisa menatap tanah. Namun Tiwa mengenali jalan ini, jalan setapak menuju pohon besar di samping area kamar para murid, tempat itu sepi apalagi saat semua murid sedang berlatih. Bagaimana mungkin ada orang yang akan menolongnya? 'Tamatlah riwayatku.'
Orang itu menurunkan Tiwa dari atas bahunya lalu menyandarkan tubuh kaku pemuda manis itu pada pohon besar dalam posisi berdiri.
Mata Tiwa membulat lebar menatap wajah tampan, namun angkuh di hadapannya. Senyuman miring yang menjengkelkan tercetak jelas di wajah sang pelaku.
"Kau gila!!!" umpat Tiwa begitu Antasena melepaskan totokannya, "Kau ingin membuatku mati ketakutan?!"
Antasena meletakan tanganya di sisi kiri dan kanan tubuh Tiwa, mengungkung pemuda manis itu di antara pohon dan tubuh tingginya lalu menatap kedalam manik cokelat madu milik sang calon tabib, "Seperti langit malam tanpa rembulan, sekali pun bertabur bintang. Seperti itu lah aku dalam keramaian, namun tetap merasa sepi tanpa kehadiranmu."
Tiwa tertegun sejenak mendengar kata-kata Antasena, namun kemudian ia mengerutkan keningnya hingga kedua alisnya bertaut, "Kau demam?" Tiwa mengulurkan tangannya lalu memegang kening Antasena.
Antasena meraih tangan Tiwa yang ada di keningnya, menurunkan tangan ramping itu lalu menggenggamnya, "Aku tidak demam."
"Kepalamu terbentur sesuatu?"
"Tidak juga."
Tiwa menarik tangannya yang di genggam Antasena hingga terlepas lalu mendorong dada pendekar berpenampilan elegan itu dengan keras, "Lalu kenapa kau melakukan ini?! Kau pikir aku seorang gadis yang bisa kau rayu?! Dasar bodoh!" Tiwa melangkah cepat meninggalkan Antasena. Entah kenapa ia yang biasa sopan dan tenang tidak bisa sesopan dan setenang biasanya kalau berhadapan dengan Antasena.
Antasena adalah seorang pendekar, tentu saja reflek tubuhnya sangatlah cepat, pendekar nomor satu di padepokan itu segera menarik pergelangan tangan Tiwa dan memeluk pinggang ramping sang calon tabib kemudian menatap wajah manis pemuda itu, "Kau pikir bisa pergi semudah itu dariku?"
Tiwa membalas tatapan Antasena dengan jengkel, "Apa yang kau inginkan?" sejujurnya Tiwa masih kesal dengan apa yang telah Antasena lakukan padanya, mereka bukanlah sepasang kekasih tetapi pendekar tampan itu sudah membuat bagian belakang tubuhnya sakit sampai berhari-hari.
Antasena membelai pipi pemuda manis di hadapannya. Entah kenapa setelah persetubuhan mereka tempo hari, Antasena tidak bisa berhenti memikirkan Tiwa, semakin ia berusaha justru semakin timbul rasa rindu. Setiap saat ia ingin memeluk Tiwa dan menempatkan pemuda bertubuh mungil itu di sisinya, "Penyerbuan ke istana Kertalodra sebaiknya kau tidak perlu ikut."
Tiwa merengut tidak suka akan larangan Antasena, "Kenapa aku tidak boleh ikut? Karena aku bukan seorang pendekar jadi kau beranggapan aku akan membebani kalian begitu? Aku punya caraku sendiri untuk membantu, aku dan tabib Ling Hua bisa mengobati para pendekar yang terluka."
![](https://img.wattpad.com/cover/126813511-288-k944875.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL Ver.] Runaway (Complete)
Historical FictionWarning 18+ content! Karena ulah Patih Gandatala yang melakukan pemberontakan, kerajaan Kertalodra dalam prahara. Lalu bagaimana nasib panglima besar Gantara Wisesa yang sangat tampan dan kuat, ditakuti musuh-musuhnya di medan perang dan juga digila...