Chapter 28 - Menghimpun kekuatan

3.2K 518 66
                                    

Chapter 28 - Menghimpun kekuatan

Mengabaikan rasa sakit pada dadanya, Gantara terus menjaga Ruarendra yang belum sadarkan diri. Sang panglima selalu menggenggam tangan kekasihnya sambil menatap wajah ayu yang tak kunjung membuka matanya.

"Gantara, beristirahatlah. Biar aku yang menggantikanmu menjaga Pangeran," Nyai Sokawati menepuk bahu Gantara dengan lembut, ia menatap orang yang sudah ia anggap sebagai anak laki-lakinya sendiri itu dengan pandangan khawatir, Nyai Sokawati tahu dari Layung Sari bahwa kemungkinan Gantara terluka dalam.

Gantara menggeleng, "Aku tidak apa-apa Nyai," memikirkan kondisi Ruarendra dan melupakan kondisinya sendiri, Gantara lantas menatap Nyai Sokawati, "Nyai, bolehkah aku meminta bantuanmu dan merepotkanmu lagi?"

"Tentu anakku, selama hal itu bisa aku lakukan pasti akan ku bantu. Katakan, apa itu?"

Gantara teersenyum, ia merasa sangat beruntung karena Nyai Sokawati begitu baik padanya, sang panglima berpikir mungkin begitulah sosok seorang ibu, "Aku mengenal seorang tabib, ia tinggal di desa wanayasa, dua hari perjalanan menggunakan kuda kearah barat dari sini. Bisa kah Nyai mengutus beberapa murid padepokan untuk menjemputnya?"

Nyai Sokawati mengangguk, "Tentu saja bisa, aku akan menitahkan muridku untuk menjemput tabib itu sekarang juga," wanita cantik itu hendak melangkah keluar kamar sebelum Gantara memanggilnya.

"Nyai..."

Nyai Sokawati menghentikan langkahnya diambang pintu lalu menoleh dan kembali mentatap Gantara, "Iya?"

"Terima kasih banyak," Gantara berucap tulus dan dengan sepenuh hati.

Nyai Sokawati mengangguk, "Tidak masalah, sudah kewajibanku," sebuah senyuman tercetak di wajah cantik sang pemimpin padepokan sebelum akhirnya menghilang di balik pintu kamar di mana Gantara dan Ruarendra berada.

Hari penuh huru-hara di padepokan Nyai Sokawati akhirnya berakhir, penghuni padepokan sudah bisa memegang kendali dan membuat padepokan kembali aman dan tenang.

Para penyusup banyak yang terbunuh, sebagian tertangkap dan beberapa orang berhasil melarikan diri. Mereka yang tertangkap segera disekap dan diinterogasi untuk mendapatkan informasi tentang Patih Gandatala dan seberapa besar kekuatan yang ia punya.

Keeskan paginya Ruarendra belum kunjung bangun dan tersadar dari pengaruh bius yang ia hirup. Karena Gantara yang terlalu khawatir akan keadaan Ruarenda, jadi pendekar tampan itu untuk saat ini tidak ingin jauh dari sang pangeran, atas pertimbangan itu, Nyai Sokawati memutuskan melakukan pertemuan di kediamannya.

Nyai Sokawati mengumpulkan semua ketua dari kelompok yang pernah ia bentuk, tentu saja Antasena dan Layung Sari juga turut hadir. Gantara sempat melemparkan tatapan tajam dan dingin pada Antasena, dan Antasena sudah tahu pasti apa alasan ataupun penyebab dari tatapan sang panglima.

Nyai Sokawati mengumpulkan murid-muridnya adalah bermaksud untuk membahas penghimpunan kekuatan yang lebih besar untuk mendukung pangeran Ruarendra kembali merebut tahta dari Patih Gandatala, tahta Raja Kertalodra tidak boleh terlalu lama berada di tangan orang yang tidak berhak apalagi yang lalim dan tirani seperti sang patih pemberontak.

"Jadi aku akan mengutus beberapa kelompok dari kalian untuk mengantarkan undangan pada padepokan-padepokan adik dan kakak seperguruanku untuk menghimpun kekuatan yang lebih besar. Dan sepertinya setelah keributan besar yang terjadi di padepokan kemarin, keberadaan pangeran di sini bukan lagi sebuah rahasia jadi kita perlu memperketat penjagaan sehingga tidak sampai kecolongan lagi seperti kemarin. Beritahukan hal ini pada murid lainnya," ucap Nyai Sokawati pada murid-muridnya dengan tegas.

[BL Ver.] Runaway (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang