Chapter 33 - Ketakutan Ruarendra
Novel ini adalah fiksi.
Peristiwa, tokoh, karakter, tempat dan lokasi yang digambarkan dalam novel ini hanyalah fiksi semata.
Adanya kemiripan dengan peristiwa, tokoh, karakter, tempat dan lokasi yang ada di dunia nyata hanyalah kebetulan semata."Arrgh!"
Mendengar teriakan itu, Gantara langsung memasang sikap waspada. Bagaimanapun dirinya adalah ketua dari rombongan ini, "Apa yang terjadi?" tanya Gantara dengan lantang.
"Ada seseorang yang terluka," jawab salah seorang murid padepokan Nyai Sokawati yang ikut dalam rombongan.
"Di mana dia?" tentu saja Gantara harus menanyakan keberadaan orang yang terluka itu karena rombongannya bukan lah rombongan yang kecil. Rombongan yang dipimpinnya adalah rombongan yang lumayan besar, berjumlah dua ratus orang lebih.
"Di sini!" sepasang tangan melambai memberikan tanda, membuat orang-orang menyingkir memberikan jalan pada Gantara, Ruarendra, Antasena, Ling Hua, dan Tiwa.
Kelima orang penting dalam rombongan itu berjalan beriringan menuju tempat di mana seseorang tengah terbaring dan mengerang kesakitan.
"Dia kenapa?" tanya Ling Hua cepat setelah mereka berdiri di samping orang yang terbaring dan terlihat kesakitan.
"Dia terkena gigitan ular di kakinya," jawab salah seorang teman pendekar yang terkena gigitan ular.
"Tolong bantu ia duduk. Jika ini luka gigitan ular berbisa maka bekas gigitan harus lebih rendah dari jantung," perintah Ling Hua tegas dan tanpa ragu.
Pendekar yang semula hanya berjongkok di samping temannya segera membantu pendekar yang terkena gigitan ular untuk duduk lalu menyangganya.
Ling Hua dan Tiwa langsung berjongkok di samping kaki orang yang terkena gigitan ular.
"Kau harus tetap tenang dan jangan banyak bergerak," instruksinya pada pendekar yang terkena gigitan ular dan hanya mendapat anggukan lemah dari pasiennya sebagai jawaban. Tabib hebat itu mencari bekas gigitan ular dan menemukannya di kaki kanan si pendekar. Ling Hua langsung merobek celana pendekar itu hingga ke lutut supaya lebih memudahkannya untuk mengobati lukanya.
Ling Hua memeriksa bekas gigitan ular di kaki si pendekar. Kalau yang menggigitnya adalah ular berbisa maka bekas gigitannya cuma akan meninggalkan dua titik karena ular yang berbisa itu hanya memiliki dua taring penyuntik bisa di atas dinding mulutnya, sedangkan jika bentuk bekas gigitan seperti tapal kuda atau dengan titik-titik luka yang banyak itu artinya yang menggigitnya adalah ular yang tidak berbisa.Ling Hua menemukan dua titik bekas gigitan pada kaki pendekar itu. Jelas itu gigitan ular berbisa.
Tiwa dengan sigap membuka buntalan kain yang ia bawa. Buntalan kain itu berisi peralatan pengobatan milik Ling Hua dan berbagai macam ramuan obat.
Dengan cekatan Ling Hua mengambil kain panjang yang ada di dalam buntalan lalu mengikatkan kain itu di kaki si pendekar, kain itu diikatkan di atas dari luka gigitan agar mencegah racunnya menyebar. Ling Hua mengikatnya dengan pas, tidak terlalu kencang ataupun kendur untuk mencegah racun ular agar tidak menyebar, namun tidak sampai menghentikan aliran darah. Pengikatan yang salah berpotensi untuk membuat seluruh jaringan yang ada di bawah ikatan yang sangat kuat mati. Matinya seluruh jaringan adalah karena karena peredaran darah yang terhenti secara total. Tidak boleh bertindak gegabah karena amputasi adalah akibat dari kematian jaringan.
Tiwa menyodorkan pisau kecil pada Ling Hua. Pisau kecil itu sangat tajam dan sudah disterilkan sebelumnya.
Ling Hua tanpa ragu menyayat tepat pada bekas luka gigitan ular. Setelahnya tabib hebat itu menekan-nekan area di sekitar sayatan yang ia buat hingga darah berwarna merah gelap mengucur dari sayatan itu. Darah berwarna gelap itu adalah darah yang sudah terkontaminasi oleh racun ular.

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL Ver.] Runaway (Complete)
Historical FictionWarning 18+ content! Karena ulah Patih Gandatala yang melakukan pemberontakan, kerajaan Kertalodra dalam prahara. Lalu bagaimana nasib panglima besar Gantara Wisesa yang sangat tampan dan kuat, ditakuti musuh-musuhnya di medan perang dan juga digila...