Chapter 26 - Penyerbuan part 2

3.1K 537 150
                                    

Chapter 27 - Penyerbuan part 2

Karena konsentrasi Gantara terbagi antara mengejar penyusup yang menculik Ruarendra dan juga harus menghadapi dua penyusup yang terus menyerangnya, akhirnya salah satu dari mereka berhasil menendang Gantara dan mengenai perut sisi kiri sang panglima, andai saja Gantara tidak cukup kuat menerima tendangan itu dan menjaga keseimbangannya, mungkin saja kini ia sudah tersungkur di tanah.

Gantara dengan kesal mengerahkan tenaga dalamnya untuk menerbangkan Pancasona, pedang sakti itu dengan cepat melesat dan menusuk perut salah satu penyusup, melihat pedang lawannya terbang dan menusuk perut temannya, perhatian salah satu penyusup lainnya teralihkan dan Gantara menggunakan kesempatan itu untuk melancarkan pukulan telapak naga (pukulan yang Ruarendra gunakan untuk memukul Antasena), Gantara mengalirkan tenaga dalam dengan pekat pada telapak tangannya lalu ia pukulkan pada dada kiri si penyusup, tepat mengenai jantungnya.

Si penyusup yang terkena pukulan telapak naga memuntahkan beberapa teguk darah kemudian jatuh berguling di atas atap hingga menghempas tanah dengan keras, setelahnya pendekar antek Patih Gandatala itu meregang nyawa karena jantungnya berhenti berdetak saat itu juga.

Nasib penyusup lainnya juga tidak kalah buruk, kini pendekar itu terkapar di atas atap, mengerang kesakitan sambil memegangi lubang di perutnya yang terus mengeluarkan banyak darah.

Pancasona yang sudah sangat berlumuran darah kini sudah kembali berada dalam genggaman tangan Gantara. Meninggalkan dua lawannya yang sudah ia kalahkan, Gantara kini bisa fokus mengejar orang yang telah menculik Ruarendra.

Penyusup itu sudah cukup jauh membawa Ruarendra pergi, dalam jarak yang hampir tidak terlihat lagi, namun kali ini Gantara tidak lagi memiliki penghalang untuk mengejar pendekar yang membawa Ruarendra, jadi ia bisa mengejarnya dengan kecepatan tinggi seolah penglima Kertalodra itu terlihat berlari di atas angin.

Setelah jaraknya dan pendekar yang menculik Ruarendra sudah cukup dekat, Gantara melompat melewati si penyusup dan mendarat di hadapan antek Patih Gandatala itu untuk menghadangnya.

Si penyusup menghentikan langkahnya dan bersikap waspada.

Gantara menatap tajam pendekar di hadapannya dan berkata dengan dingin, "Kisanak, serahkan orang yang sedang kau bawa itu padaku sekarang!"

"Siapa kau bisa memerintahku?!" si penyusup menatap Gantara dengan tatapan menantang lalu menurunkan Ruarendra dan membaringkannya di atas atap, "Lagipula ia akan lebih berguna untukku."

Gantara mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu? Kau tidak akan membunuhnya?"

"Membunuhnya? Yang benar saja! aku tidak akan melakukan tidakan bodoh seperti itu," si penyusup menunjuk Ruarendra yang masih terbaring tidak sadarkan diri dengan dagunya, terlihat jelas tidak ada sedikit pun rasa hormat pada sang pangeran,  "Kalau aku berhasil membawanya dalam keadaan hidup-hidup pada Patih Gandatala, aku akan mendapatkan bayaran yang sangat besar," pendekar utusan Patih Gandatala itu tertawa dengan congkaknya.

Gantara terdiam tidak nmengerti, untuk apa Patih Gandatala menginginkan Ruarendra hidup-hidup? Bukankah akan lebih mudah merebut kedudukan sebagai raja kalau sang pewaris tahta dibunuh? Gantara tidak bisa untuk tidak curiga dan bertanya-tanya.

Menyadari Gantara yang terlihat bingung membuat si penyusup kembali tertawa, "Kau pasti sedang berpikir kenapa Patih Gandatala menginginkan pangeran hidup-hidup bukan? Aku dengar Patih Gandatala menginginkannya untuk menjadi 'tawanan' di kamarnya hahaha...aku pikir sang patih sudah gila karena menginginkan seorang lelaki untuk ditiduri, namun aku mengerti sekarang kenapa patih menginginkan sang pangeran, ia adalah pemuda yang ayu, putih dan wangi, sangat menggiurkan," si penyusup menjilat bibirnya sendiri dengan menjijikan sambil melirik pada Ruarendra, mencoba memprovokasi Gantara.

[BL Ver.] Runaway (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang