Chapter 22 - Membentuk kekuatan
Pagi itu Nyai Sokawati mengumpulkan murid-murid terkuatnya dan telah membentuk lima kelompok masing-masing berisi dua puluh orang yang dipimpin oleh seorang ketua dan para ketua itu dibawah pimpinan seorang murid terkuat Nyai Sokawati yaitu Antasena Jati, Seorang pendekar yang memiliki sosok tinggi dan tampan, wajahnya terlihat ramah namun kilatan matanya terlihat licik dan berbahaya, hampir semua murid wanita dipadepokan menyukainya dan tergila-gila padanya, dan para murid laki-laki menjadinya panutan karena ingin sepertinya dan tidak sedikit juga yang iri padanya.
Jika Antasena dibandingkan dengan Gantara, dalam hal rupa ia hanya satu tingkat dibawah Gantara namun dalam hal kekuatan fisik mencangkup ketangkasan bela diri dan ilmu kanuragan Antasena berada dua tingkat dibawah Gantara.
Tetapi dalam hal tenaga dalam, Antasena belum bisa dibandingkan dengan Gantara, mungkin bahkan Nyai Sokawati pun masih sangat jauh bila harus dibandingkan dengan Sang Panglima.Tanpa Gantara menjelaskan, Nyai Sokawati sudah tahu maksud kendatangan Gantara yang membawa Ruarenda ke Padepokannya dari Empu Indrayana ketika kakak seperguruannya itu melakukan telepati padanya sebelum kedatangan Gantara, ia merasa senang dan tersanjung bisa mengemban tugas penting dan mulia untuk melindungi Sang Pangeran walaupun hal ini juga memberikan beban berat tersendiri karena ia takut ia akan gagal dalam mengemban tugas ini.
Maka dari itu, Nyai Sokawati sudah terlebih dahulu mengambil langkah awal membentuk kelompok yang akan secara bergilir siang dan malam akan berpatroli menjaga padepokan untuk memastikan keamanan padepokan terutama keamanan Ruarenda.
"Mulai hari ini, kita akan mengemban tugas mulia namun berat, seperti yang kalian ketahui, kita akan melindungi Pangeran Putera Mahkota Ruarenda dari kejaran para pemberontak kerajaan," Nyai Sokawati berdiri didepan murid-muridnya yang berbaris rapih bersama kelompoknya masing-masing, sedangkan murid-murid lainnya yang tidak termasuk dalam kelompok yang akan berpatroli berbaris di belakang mereka, wanita cantik itu berbicara dengan lantang dan tegas, "Dan juga kita akan membentuk kekuatan untuk membantu Pangeran kembali merebut Kerjaan Kertalodra dari para pemberontak biadab itu! Kalian siap?"
"SIAP GURU!!!" Jawab murid-murid Nyai Sokawati dengan serempak.
"Tapi ingat, jangan sampai informasi ini sampai bocor keluar padepokan untuk sementara waktu. Dan kalian yang tidak masuk dalam kelompok inti juga memiliki tugas yang sama yaitu menjaga padepokan dan Pangeran dari serangan musuh disamping itu tetap giatlah berlatih dan jadilah lebih kuat!"
Setelah Nyai Sokawati membubarkan murid-muridnya, ia memanggil Antasena dan mengajaknya menemui Gantara dan Ruarenda. Ditengah perjalanan mereka bertemu dengan Layung Sari dan gadis cantik itu memaksa ibunya untuk menjadikannya wakil dari Antasena, mau tidak mau Nyai Sokawati setuju karena Antasena sendiri juga tidak keberatan karena Layung Sari adalah putri dari guru yang sangat ia hormati apalagi baginya Layung Sari sudah seperti adiknya sendiri jadi ia tidak segan-segan memanjankannya.
Akhirnya ketiga orang itu --Nyai Sokawati, Layung Sari dan Antasena-- sampai didepan kamar Gantara dan Ruarenda.
Disisi lain, Ruarenda yang akhirnya baru bertemu kembali dengan benda bernama sisir merasa sangat senang, merasa sangat bersyukur Nyai Sokawati menyediakan sisir kayu di kamar padepokan, selama diperjalanan ini Ruarenda hanya menyisir rambutnya menggunakan jari-jari rampingnya.
Karena di Istana dulu Ruarenda terbiasa menyisir rambut dibantu oleh para dayang jadi sekarang ia merasa kesulitan menyisir rambut panjangnya, melihat Gantara yang hanya menatapnya akhirnya Ruarenda sambil tersenyum manis berinisiatif meminta bantuan Sang Panglima.
Gantara dengan kaku dan canggung menerima sisir kayu dari Ruarenda kemudian berdiri dibelakangnya, memegang rambut lembut Sang Pangeran dan mulai menyisir rambutnya, dan sesekali jari jemarinya tanpa sengaja menyentuk kulit leher Ruarendra yang halus dan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL Ver.] Runaway (Complete)
Ficción históricaWarning 18+ content! Karena ulah Patih Gandatala yang melakukan pemberontakan, kerajaan Kertalodra dalam prahara. Lalu bagaimana nasib panglima besar Gantara Wisesa yang sangat tampan dan kuat, ditakuti musuh-musuhnya di medan perang dan juga digila...