Chapter 29 - Memperkuat diri

3.4K 550 164
                                    

Chapter 29 - Memperkuat diri


"Untung saja tidak sedang banyak pasien, dan semua pasienku hanya luka ringan atau tidak sakit parah, jadi begitu murid-murid padepokan datang menjemputku dan bilang kalau mereka adalah utusan Tuan Gantara, aku langsung bergegas untuk ikut dengan mereka.  Aku senang akan bisa bertemu dengan Tuan Gantara dan Tuan Ruarendra, namun aku juga cemas sepanjang perjalanan, mengkhawatirkan keadaan kalian berdua," ucap Ling Hua panjang lebar begitu bertemu dengan Gantara, cara bicaranya tidak sekaku dan seformal ketika terakhir mereka bertemu, tabib hebat itu rupanya sudah banyak belajar bahasa Nusantara, "Apa yang terjadi? Kalian terluka?"

Sementara Ling Hua  berbicara,  dari  belakang tubuh  tabib  hebat  itu  Tiwa  hanya diam sambil memandangi wajah Gantara dengan malu-malu, wajah tampan yang ingin ia lihat siang dan malam, lelaki yang selalu mengisi mimpi-mimpinya, orang yang membuatnya merasakan rindu menyesakan setengah mati.

"Tiga hari lalu telah terjadi serangan di sini, dan sepertinya Rua terkena bius musuh," Gantara menjelaskan situasinya secara singkat.

Ling Hua mengamati Ruarendra yang memejamkan mata dan terbaring di atas ranjang kayu tidak jauh dari tempatnya berdiri, "Tuan Rua masih belum sadarkan diri?"

Gantara menggeleng, "Tidak, semalam ia sudah sadarkan diri setelah dua hari pingsan, ia hanya masih tidur. Biar  aku bangunkan dulu supaya tabib bisa segera memeriksa kondisinya," Gantara duduk di tepi ranjang di samping Ruarendra lalu dengan lembut membelai lengannya, "Rua, bangun..."

Melihat Gantara yang memperlakukan Ruarendra begitu lembut membuat Tiwa menundukan kepalanya dan lebih memilih menatap lantai kayu tempatnya berpijak, ia merasa iri, namun sama sekali tidak merasa dengki.

Merasakan sentuhan lembut di lengannya dan mendengar suara Gantara membuat Ruarendra terbangun dan membuka matanya perlahan, "Sebentar lagi...aku masih mengantuk," gumam Ruarendra, sebelum mata indah itu terbuka sepenuhnya, sang pangeran kembali memejamkan matanya.

Mendapati tingkah Ruarendra yang seperti itu membuat Gantara tersenyum, kalau saja saat ini hanya ada mereka berdua --dirinya dan Ruarendra-- di dalam kamar, mungkin Gantara akan menciumi seluruh permukaan wajah ayu kekasihnya dengan gemas, "Tapi kau harus bangun, ada yang harus kau temui."

"Hmm?" Ruarendra membuka setengah kelopak matanya yang masih terasa berat karena kantuk untuk menarap Gantara dengan malas, "Siapa?"

"Mereka," Gantara mengalihkan pandangannya untuk menatap   Ling Hua dan Tiwa yang berdiri tidak jauh dari ranjang dimana Rurendra terbaring.

Ruarendra dengan kelopak mata yang masih setengah terbuka dan setengah tertutup mengikuti arah pandang Gantara, seketika itu mata sang pangeran langsung terbuka lebar dengan binar bahagia, "Tabib Ling Hua! Tiwa!" serunya sambil meminta Gantara membantunya untuk duduk dan bersandar dikepala ranjang.

"Senang bertemu dengan anda lagi Tuan Rua," Ling Hua tersenyum sambil meremas kepalan tangannya di depan dada untuk memberikan salam penghormatan ala negerinya.

"Aku juga senang bertemu dengan kalian lagi," mengabaikan rasa lemas ditubuhnya, Ruarendra berkata dengan antusias, lalu  dari Ling Hua pandangannya beralih pada Tiwa yang hanya diam sambil tersenyum, "Tiwa, kemarilah."

Tiwa mengangguk sebagai jawaban, dan ketika pemuda mungil itu mendekat kearah ranjang, Gantara beranjak memberikan ruang padanya. Tiwa duduk ditepi ranjang disamping Ruarendra, tepat dimana sebelumnya Gantara duduk.

[BL Ver.] Runaway (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang