Ke-2: We Can Do It!

9K 284 44
                                    

TEMPAT itu terlihat gelap. Karena memang sudah malam. Tak ada cahaya bulan sedikit pun, terhalang oleh awan kelabu yang menggumpal. Dia berjalan menyusuri tempat yang mirip reruntuhan itu, seperti kerajaan yang sudah lama ditinggalkan. Dimana mana ada puing-puing bangunan. Beberapa bahkan terlihat sudah berlumut. Susana yang sangat dia benci, karena dia teringat akan kota asalnya berada yang sudah hancur. Tapi tempat ini berbeda. Terlihat lebih tua, bahkan sangat tua daripada kota asalnya. Dia tidak tahu bagaimana caranya dia bisa sampai di tempat tersebut. Sejauh mata memandang hanya ada reruntuhan. Hingga dia melihat bangunan hancur yang menjulang daripada yang lainnya tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia mendekatinya. Sesampainya di sana, dia melihat bahwa bangunan itu akan terlihat megah seandainya tidak hancur. Di bagian depannya ada pilar yang berukirkan sesuatu yang rumit, dengan warna krim yang sudah lapuk dimakan waktu. Tanpa ragu dia memasukinya. Saat dia berdiri di ambang pintu yang hancur, dia melihat cahaya keemasan yang menerangi sekitarnya. Tak jauh darinya berdiri. Cahaya itu tidak menyilaukan. Dia merasa tenang melihatnya. Jadi dia mendekatinya, hendak menyentuhnya dan,

"Datanglah kemari jika kamu menginginkannya,".

"Siapa itu?!", dia terkaget.

Tak ada jawaban. Suara lelaki yang tiba-tiba itu tak terdengar lagi. Dia melihat sekelilingnya dengan waspada. Dan sayangnya dia tidak bersenjata sekarang. Dia melihat cahaya keemasan itu lagi.

"Cahaya itu bisa memberimu sesuatu yang sangat kamu inginkan di dunia ini. Apa pun".

Dia menelan ludah, mencoba memahami perkataan tersebut. "Apa pun?" ulangnya.

"Ya, apa pun".

"Kalau gitu sama berarti ya, seperti Dragon Ball?".

"Beda, karena dengan cahaya itu kamu bisa menghidupkan seseorang berkali - kali. Dan mendapatkan enam permintaan".

"Kalau begitu, bagaimana caranya aku dapatkan cahaya ini?"

"Datanglah kemari, ke daratan yang ditinggalkan, Land of Dawn".

Tanpa pikir panjang, dia mengangguk, "Oke, tunggu aku datang". Lalu dia mencoba meraih cahaya itu, tapi cahaya itu kemudian semakin terang dan menyilaukan matanya.

Ketika dia membuka matanya, cahaya matahari sudah menembus jendela kamar. Dia bangkit untuk duduk. Dia memikirkan mimpinya barusan. Land of Dawn, pikirnya. Enam permintaan. Apa saja yang dia inginkan? Kekayaan? Kehormatan? Atau menaklukkan dunia? Dia memang punya seseorang yang ingin dia bangkitkan, tapi dia pikir itu tidak berguna karena akan mengganggunya. Tapi ada satu hal yang benar - benar dia inginkan. Menghancurkan semua energi jahat di dunia ini. Energi yang sudah membunuh ayahnya. Energi Malefic.

Dia lalu berdiri dan berjalan ke sebuah meja besar di sudut ruangan. Di atas meja tersebut ada sebuah tabung yang mirip seperti meriam. Dia memegang benda tersebut, dan bergumam.

"Ayah, aku bakal ngehancur'in semua Malefic energy," dia menarik nafas pelan, "Kita bisa melakukannya, karena itulah, ayah, aku bakal pergi ke tempat itu".

Lalu dia berdiri dan mengepalkan tinjunya ke langit disertai senyuman, " We can do it!".

to be continue ~

* Lanjut lagi nanti deh.. Makasih udah meluangkan waktunya buat baca ini..

Land of Dawn: Mobile LegendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang