SEHARI sesudah pertandingan duel pertama adalah hari bebas. Semua orang bebas melakukan apa pun di hari itu. Dan di mansion peran fighter, mereka sedang berbincang santai sambil memakan makanan ringan.
"Serius, kemaren duel lo seru banget, gue jadi pengen ikutan!" kata Zilong ke Alucard dan yang lainnya di ruang santai.
Alucard tersenyum tipis. "Yah, meski gak bisa dibilang kalo gue yang menang sih."
"Heh, aku hanya tidak tertarik lagi dengan cahaya itu," ujar Ruby sambil menarik tudungnya agar menutupi wajah.
"Lo juga hebat banget, meski gue agak enek pas liat lo ngejilat darah gitu, hehe," kata Zilong mencoba akrab.
Ruby hanya mendengus dan melipat kedua tangannya di dada.
"Bukannya lo harus latihan? Besok 'kan lo yang tanding?" Alucard bertanya kepada Zilong.
Dan lelaki dengan rambut panjang itu hanya menyengir.
"Freya sedang berlatih, dan menurutku presentase kemenangan dia lebih besar dari mu, Zilong," ujar suara mekanis milik Alpha.
Zilong tersenyum. "Ah, itu 'kan cuma hasil matematis lo, kalo hasil sebenernya ya gak bisa diukur sama kayak gituan."
Alpha memiringkan kepalanya, dan bertanya kepada Beta yang mengudara kesana-kesini di ruangan itu. "Benarkah, Beta?"
Beta, si robot dengan A.I berbentuk pesawat itu hanya mengeluarkan suara mesin yang tidak seorang pun di ruangan itu mengerti.
"Oh, baiklah," kata Alpha, paham dengan maksud dari Beta.
Roger, lelaki kekar dengan mantel kuning dan rokok di tangannya itu mendengus. "Bahasa mesin, cih."
"Hei, terkadang aku juga memikirkan wanita," sanggah Alpha. "Itu berarti tidak sepenuhnya aku adalah mesin."
Roger berdiri dari tempat duduknya dan menghisap lagi rokoknya. "Terserah."
Lalu dia keluar mansion.
"Kata mas bro Roger emang dingin," ujar Zilong sambil mengangguk pelan.
"Tigreal?" tanya Alucard.
"Ya, dia gue panggil mas bro," sahut Zilong.
Lalu dari lantai atas datang lelaki dengan pakaian ketat dengan rambut pendek putih. Wajahnya terlihat lemas. Chou.
"Ada yang punya shabu-shabu?" tanyanya, berjalan ke kulkas.
"Jika kau mau, kau bisa mencium ketiakku yang penuh dengan keringat! Baunya sangat memabukkan!" seru Hilda di pojok ruangan. Perempuan kekar itu sedang mengangkat barbel di setiap tangannya.
Chou terlihat ingin muntah. "Mending gue nyium si Leo peliharaan Irithel dari pada itu."
"Haha! Jangan terus sedih karena tidak masuk ke enam besar fighter! Kau cukup mencuri cahaya itu saat salah satu dari kita mendapatkannya! Sederhana!" kata Hilda, menyemangati Chou yang membuka kulkas dan mengambil susu bantal Real G**d.
"Makasih," Chou kembali menaiki tangga dengan lemas.
Semua memperhatikan Hilda yang masih melatih tangannya. "Apa?!"
"Hah, Chou emang hebat sih, tapi..," Zilong berdiri, ".. gue harus lebih hebat lagi, dan besok gue harus lebih hebat dari Freya."
Zilong pergi ke kamarnya di mansion fighter, meninggalkan Alucard dan yang lainnya.
Alucard tersenyum. "Gue tunggu."
***
"Baiklah, semuanya! Hari ini adalah pertandingan kedua di peran fighter, antara Zilong, dan Freya! Silahkan bersiap bagi keduanya!" seru CS girang. Di tempat yang sama, markas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Land of Dawn: Mobile Legends
Fantasy[Buku Ke-1] Tentang keinginan, dan cara mendapatkannya di Land of Dawn.. *Mobile Legends by Moonton Game Developer