Ke-24: Seimei

1.3K 97 41
                                    

DIA hanya melihatku dan menganggukkan kepalanya ketika aku berjalan pelan ke arah pintu berwarna merah, sementara si lelaki api berjalan ke pintu biru.

Yah, waktu kecil dia ramah, tapi entah kenapa semenjak masing-masing dari kita memiliki gelar ini semua terasa berbeda.

Pagi ini ketika kita bertemu dan berjalan ke markas, dia bahkan tidak mengucapkan 'Semoga beruntung' atau ucapan lainnya. Meski rasanya tidak enak, aku sudah biasa menghadapi perilaku dinginnya. Setidaknya, dia masih teman dan sahabat yang ku kenal di tempat ini.

"Jadi, dimana kalian akan bertarung?"

Suara CS menyadarkan ku.

"Di reruntuhan, gak masalah 'kan?" lelaki api bertanya padaku.

Namun sebelum aku sempat menjawab, dia berkata ke CS.

"Ya, di reruntuhan aja."

Lelaki itu, Valir, tersenyum kepadaku. Aku hanya bisa membalas tersenyum kecil.

"Oke, semoga beruntung!" seru CS.

Aku membuka pintu merah dan melihat cahaya menyilaukan, aku berjalan memasukinya dan merasakan mataku agak perih.

"Oy! Gord-sensei! Gue bakal menang dan jadi mage terkuat ngalah'in Kagura!"

Hmm, Valir terlihat begitu semangat dan percaya diri. Tapi aku tidak akan mengalah, aku punya gelar yang kubawa dari keluargaku. Dan seimei, beserta roh-roh didalamnya selalu menyertaiku.

Pertarungan antar peran mencapai puncaknya. Minggu ini, setiap peran mengadakan satu pertandingan untuk memutuskan siapa yang paling kuat di masing-masing peran. Dan di pertandingan hari pertama adalah peran mage. Aku akan melawan Valir, lelaki api tanpa alas kaki.

Ketika aku membuka mata, aku sudah berada di kota yang terlihat sudah di tinggalkan. Lebih tepatnya kota yang sudah menjadi reruntuhan.

"Udah siap belom, cantik?" Valir menggenggam api yang terbakar di tangannya, dan tersenyum menggoda. Dia berdiri tidak jauh di depanku.

Cantik? Pff, bahkan temanku saja tidak pernah memanggilku begitu. Yah, meski kenyataannya aku memang begitu.

"Payungku akan selalu siap, korek api."

Valir mengumpat. "Xianyi**, awas lu!"

Apa? Dia menghinaku?! Tapi aku juga menghinanya, mungkin itu seimbang.

Aku lihat Valir berlari ke arahku dengan api di kedua tangannya, lalu mengarahkan kedua tangannya padaku.

Blast!

Seimei, payungku, menarik ku ke belakang dan menghindari semburan api itu. Dan Valir meloncat keluar dari api yang diciptakannya dan menendang ku dengan kakinya yang terbakar, namun aku berhasil menciptakan kekkai di samping tubuhku.

(kekkai = barrier = penghalang)

Valir berhasil meretakkan kekkai berwarna pink itu, lalu menendang lagi dengan kaki satunya.

Dengan bantuan seimei, aku berhasil meloncat ke atap rumah.

Detik berikutnya, Valir membakar rumah tersebut dengan api yang sangat besar yang keluar dari kedua tangannya.

Aku menciptakan lagi kekkai, lalu melempar seimei ke kobaran api yang menghalangi Valir, dan dengan gegabah aku teleport ke seimei yang menembus api tersebut dan melihat Valir yang terkejut dan menendang perutnya.

"Uagh!"

Aku bergerak cepat ke arah lain yang tidak terbakar dengan seimei di tangan kiriku.

"Gue kira lo gak bisa beladiri," kata Valir, semacam pujian.

Land of Dawn: Mobile LegendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang