SEMUANYA terasa salah. Pikirannya panas. Semua yang dirasakannya adalah amarah. Sulit untuk menjaga hal itu tidak menguasai dirinya. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia menyesal telah datang ke tempat sialan ini. Dia lebih memilih berperang dengan pertumpahan darah yang nyata daripada menjadi pion hiburan orang itu.
Perempuan bernama Layla yang menyadarkan Alucard. Perempuan itu jelas-jelas menentang CS, meskipun Alucard tidak terlalu senang karena menghajar Alice lumayan berlebihan. Yah, setidaknya pertarungan itu tidak menyebabkan rasa sakit.
Setelah Layla mengalahkan Alice, Alice tiba-tiba ada di aula lagi dan duduk. Dengan kekesalan yang terlihat jelas di matanya. Ya, itu Alice yang satunya, bukan yang asli.
CS lalu memerintah Layla untuk menghancurkan dua turret musuh bersama minions dan simulasi pun selesai diiringi suara perempuan yang berkata 'Victory!' dengan riang.
Layar besar itu menghilang, dan Layla pun duduk di samping Alucard dengan senjatanya. Semua mata tertuju pada Layla. Dan juga Alice yang masih kesal dengan Layla. Ya, Alice yang itu.
"Yahh..," CS menekuk lehernya ke kanan dan kiri, ".. kalian tahu aku sedikit pegal untuk terus berdiri dan berbicara pada kalian, jadi simulasi akan dilanjutkan nanti malam," kata CS.
"Ini baru awal, kalian akan menemui bagaimana serunya permainan ini nanti malam, aku janji," dan CS pun pergi meninggalkan aula itu.
Cih, mentang-mentang berkuasa. Pikir Alucard dalam hati, semakin membenci lelaki bertopeng itu.
"Baiklah, kami disini akan menjelaskan apa yang perlu kalian lakukan sekarang," ujar seorang perempuan yang juga bertopeng dan memakai setelan jas hitam. Rambut hitamnya terlihat di ikat rapih. Dia datang dari lorong yang tersambung ke aula tersebut. Dan tiba-tiba datang pula perempuan lainnya yang mirip identik dengan perempuan itu. Sekarang, alucard melihat enam perempuan yang sama sedang berbaris rapih. Meskipun entah wajah dibalik topeng mereka sama atau tidak.
"Panggil kami Maya," kata enam perempuan bertopeng itu serentak, menimbulkan gema yang memenuhi aula.
Alucard bergidik ngeri. Suara mereka terdengar sama di telinganya. Mulai berpikir bahwa mereka pasti boneka yang dikendalikan oleh CS. Atau memang manusia yang dikendalikan. Memikirkan itu, wajah Alucard terasa panas. Dia mengulang-ulang nama CS dalam benaknya.
"Alucard?" panggil Layla, membuat Alucard tersentak dari pikirannya. "Kamu kenapa?"
Alucard menghembuskan nafas pelan. "Sama kayak lo," jelas Alucard singkat.
Dan mata Layla pun meredup, diganti dengan mata yang diisi kekesalan.
"Kami akan mengantar kalian ke tempat yang akan kalian diami selama ada di Land of Dawn," ujar Maya yang berdiri di tengah.
"Dan kalian akan menempati gedung yang berbeda-beda sesuai dengan peran yang akan kami bacakan," lanjut Maya yang disebelahnya.
"Setelah kami mengantar kalian ke gedung masing-masing, kalian boleh saling menyapa sampai makan siang pukul satu di ruang makan," tambah Maya yang disampingnya lagi.
Alucard heran, sepertinya para Maya ini berlatih berkata dengan sedatar-datarmya suara. Tidak menunjukkan ekspresi sedikit pun.
"Baiklah, aku akan mengurus peran fighter, bagi yang disebut namanya, ikuti aku," kata Maya yang paling pojok.
"Zilong..," sebut Maya, lalu terlihat lelaki dengan rambut panjang yang diikat ke belakang dengan baju besi hijaunya yang bertanya 'Gue?!' sambil berdiri.
Alucard juga melihat Layla disampingnya yang agak terkejut, tapi kemudian mengangguk pelan.
"Dia emang kuat sih, make tombaknya," gumam Layla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Land of Dawn: Mobile Legends
Fantasy[Buku Ke-1] Tentang keinginan, dan cara mendapatkannya di Land of Dawn.. *Mobile Legends by Moonton Game Developer