DIA duduk dan berkeringat ketika baru saja bangun dari tidurnya. Nafasnya naik turun, matanya seperti ketakutan. Tapi dia mencoba menenangkan dirinya dengan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya lewat mulut secara perlahan. Setelah agak tenang, dia melihat keluar jendela dan, matahari pagi sudah terlihat. Lalu, dia tidur lagi dengan posisi membelakangi cahaya matahari dan menarik selimutnya.
"Mimpi sialan," desahnya.
***
Alucard mengantuk. Dia berkali-kali menguap dalam perjalanannya. Semalam adalah malam yang berat. Dia mengejar iblis bertanduk dari desa sampai ke ujung hutan, dan berhasil membunuhnya disana. Itu juga berkat ada orang yang sedikit membantunya. Empat orang yang sedang bermalam di samping hutan. Seorang lelaki bertombak, lelaki berbadan besar, seorang perempuan berambut putih dan yang satunya lagi perempuan yang rambutnya diikat menjadi dua berwarna pirang. Dia terkesan dengan caranya membuktikan kalau perempuan yang sedang dikejarnya itu iblis. Yah, meski sebenarnya itu agak gegabah.
Hari ini dia berharap tidak akan menemui iblis, atau setidaknya masalah. Jika tidak perjalanannya akan semakin panjang. Tapi apalah daya seorang Alucard, masalah sudah ada di hadapannya. Begitulah yang dia pikirkan ketika melihat seorang perempuan berjubah yang menghalangi jalannya.
"Minta tolong dong, boleh gak?" kata perempuan itu, berusaha seramah mungkin. Perempuan itu menggunakan tudung kepala. Sekilas, rambutnya berwarna putih. "Gue mau ke kota yang di sana," tunjuk perempuan itu. Ke arah timur.
"Oke," kata Alucard dari atas kuda, supaya tidak lama. "Sekalian gue juga mau ke sana".
Wajah perempuan itu berbinar. "Makasih banyak!".
Alucard mengangguk. Begitulah perjalanan mereka menuju tujuannya. Mereka berkuda. Dan, Alucard agak merasa risih. Karena eh karena, dia tidak biasa berdekatan dengan perempuan. Apalagi ketika perempuan itu memegang pundaknya. Tubuhnya seperti kesambar petir. Meskipun sebenarnya dia belum pernah tersambar petir beneran. Jadi yah, nikmati sajalah, pikir Alucard.
"Nama gue Miya," kata perempuan itu dari belakangnya. Alucard bisa merasakan nafas perempuan itu di lehernya.
"Alucard..," balasnya, agak pelan, ".. Salam kenal".
Singkatnya, setelah mereka mendapatkan sorakan 'Uhh! Uhh!' dari minions yang sedang nyemil rusa di pinggir jalan, kuda mereka berlari agak cepat dan, tiba di kota tersebut.
Alucard memakai jubah untuk menutupi tubuhnya dan pedangnya. Dan, Miya tertangkap basah sedang melihat tangan kanannya.
"Sarung tangannya bagus," kata Miya polos.
"Eh, iya..," ujar Alucard, mendadak gagap, ".. Makasih". Padahal itu bukanlah sesuatu seperti sarung tangan. Tapi sesuatu yang berbeda.
"Makan yuk, gue yang bayar deh," kata Miya. "Anggep aja tanda terima kasih gue," jelasnya sambil tersenyum.
Imut juga dia. Pikir Alucard.
Tanpa persetujuan Alucard, Miya menarik tangan kiri Alucard sedangkan tangan kanan Alucard menarik kekang kudanya. Mereka berjalan menuju sebuah Rumah Makan Padang terdekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Land of Dawn: Mobile Legends
Fantasy[Buku Ke-1] Tentang keinginan, dan cara mendapatkannya di Land of Dawn.. *Mobile Legends by Moonton Game Developer