Ke-11: U-u A-a

2.3K 112 48
                                    

TUBUHNYA mati rasa. Dia tidak bisa bergerak. Yang dia rasakan ketika bergerak adalah sakit. Disekelilingnya hanya ada tanah dan bebatuan. Dia berbaring di atas tanah. Apa yang telah terjadi? Dia memikirkannya, dan ingat bahwa daratan ini tadi malam adalah sebuah gunung yang tinggi.

Kenapa daku masih hidup?

Gatotkaca melihat ke langit di atasnya. Hari sudah siang. Dia sedang bermandikan cahaya matahari. Tapi hanya di atasnya saja. Selebihnya gelap, tertutupi debu vulkanik yang tebal, menutupi cahaya matahari. Hanya pulau kecil itu yang diterangi mentari. Pulau yang tadi malam masih berdiri gunung Krakatau.

"Apa kabar, Gatotkaca?"

Gatotkaca melirik ke sebelah kanannya, dan dia melihat Ashura sedang duduk bersila tidak jauh darinya. Hal itu membuat Gatotkaca was-was. Dan berpikir lagi bahwa dia akan benar-benar mati kali ini.

"Tenanglah, aku takkan membunuhmu," kata si bahagia Ashura.

Mendengar itu emosi Gatotkaca meledak. "Tapi kenapa kau membunuh manusia yang lain?! Kenapa kau menyisakan daku untuk hidup?! Kenapa?! Apa alasannya?!"

Ashura diam, menunggu Gatotkaca berteriak lagi.

"Apa karena kau adalah Dewa, jadi kau bebas untuk melakukan apa pun?!"

"Apa karena manusia terlalu hina di hadapan kau, jadi kau ingin memusnahkannya?!"

"Apa alasan kau mendatangkan musibah ini?!"

"Apa salah kami, manusia?!"

"Jelaskan alasannya!"

"JELASKAN!!!"

Nafas Gatotkaca naik-turun, merasa lelah karena telah berteriak. Dia menunggu Ashura membuka mulut, tau dia tetep bungkam. Gatotkaca merasa kesal. "Kau..~"

"..~Aku akui aku salah besar," potong Ashura si bijak ketika Gatotkaca hendak berteriak lagi.

"Dewata pun bukan makhluk yang sempurna, kau juga mengetahui itu," ujar Ashura. "Aku akui, meskipun masalah yang dibuat oleh salah satu manusia menyangkut alam semesta, aku tidak perlu membunuh banyak dari mereka, dan itu adalah kesalahanku".

"Dan..," si bijak Ashura berkata, ".. akan aku jelaskan apa masalahnya, masalah yang Dewata lain tidak ketahui".

Gatotkaca menelan ludahnya. Bersiap mendengarkan.

"Belakangan ini..," Ashura memulai, ".. banyak orang-orang dari seluruh penjuru dunia yang mendapatkan sebuah mimpi yang misterius. Mimpi itu memberitahumu, bahwa segala keinginanmu bisa menjadi kenyataan."

Gatotkaca membulatkan matanya.

"Dan kau pun memimpikannya, bukan?"

Lelaki yang terbaring lemas itu tidak dapat mengeluarkan suaranya. Meskipun dia juga ragu ingin mengatakan apa. Tapi memang benar, bahwa Gatotkaca pun mendapatkan mimpi itu.

"Aku juga mendapatkan mimpi itu..," ujar si bijak, ".. dan manusialah yang menyebabkannya". Ashura si pemarah berkata, "Dan manusia itu berasal dari waktu yang berbeda, serta mengaku sebagai Dewata," Ashura menggeram.

Ashura si bijak mengambil alih. "Hal itu bisa membuat kestabilan alam semesta terganggu, mendatangkan orang dari waktu berbeda bisa mengubah sejarah tempat tersebut".

"Tapi Dewata berbeda, mereka bisa bebas melakukan perjalanan ke dimensi mana pun, dan tak akan mengganggu sejarah dari tempat tersebut," tambah Ashura.

Gatotkaca tidak terlalu paham dengan perkara alam semesta ini. Tapi dia mengerti bahwa masalah ini bukan masalah kecil.

"Karena itulah, amarahku terhadap manusia menimbulkan bencana ini..," ujar Ashura, ".. meskipun kau telah mencoba untuk menghentikanku".

Land of Dawn: Mobile LegendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang