Ke-21: Merah

1.4K 106 42
                                    

SUASANANYA sangat hening. Hutan yang ada dihadapannya terlihat tidak begitu rindang di banyak tempat. Namun ada juga yang tertutupi semak belukar dan pepohonan yang menjulang tinggi. Satu-satunya sumber cahaya adalah bulan besar yang sempurna. Tanpa terhalang awan.

"Nah, sekarang temukan musuhmu dan kalahkan dia! Aku atur agar jarak kalian tidak terlalu jauh. Semoga beruntung!" ujar CS dengan suara riang. "Kami akan menikmatinya dari sini!"

CS memang orang yang bisa melakukan apa pun sesukanya. Membuat hutan seperti ini pun, tidak masalah. Alucard berpikir, mungkin orang bertopeng itu sudah seperti..

.. Dewa.

Cih, yang penting gue harus selesaikan duel ini dulu.

Alucard berjalan pelan menyusuri hutan itu. Dia berjalan di tempat yang disinari oleh cahaya rembulan, dan menghindari tempat yang gelap. Bisa saja, Ruby sedang mengawasinya entah dari mana.

Yang Alucard tahu tentang Ruby adalah, bahwasanya perempuan itu lincah. Tubuhnya tidak terlalu kecil, sehingga membawa sabit yang lebih tinggi dari tubuhnya bukanlah masalah.

Lelaki itu menajamkan inderanya, berhati-hati.

Setiap langkah kakinya menunjukkan kehati-hatian. Itu karena pekerjaan Alucard memang mengharuskannya untuk belajar mengendap-endap. Itulah alasan mengapa dia memilih hutan sebagai tempat pertarungannya.

Dia terus berjalan, hingga akhirnya dia melihat Ruby yang sedang berdiri dan menunduk di area hutan yang lapang dengan bermandikan cahaya bulan. Wajahnya tertutup oleh tudung merahnya. Sedangkan sabit besarnya dia peluk.

Seperti malaikat kecil pencabut nyawa.

"Aku tidak akan sembunyi."

Alucard tersenyum kecil. "Wah, padahal gue harap lo bakal sembunyi-sembunyi di hutan terus menusuk gue dengan cepat."

Ruby tertawa ringan. "Kau ingat pertandingan ranked itu ya? Saat kau sekarat dan sedang recall, dan tiba-tiba aku datang dari arah hutan menculikmu, haha, dan akhirnya timmu kalah karena waktu untuk hidup kembali lebih dari 30 detik. Padahal aku kalah level darimu yang maniak farming," Ruby mengangkat kepalanya, membiarkan cahaya bulan menerpa wajahnya.

Alucard mendengus. "Ya, dan itu ngebuat gue pengen nyekik lo waktu itu juga."

"Nah, gak ada batasan disini, jadi lo harus siap-siap," Alucard menggenggam lebih erat pedangnya, sedangkan kaki kirinya yang di belakang menekuk, bersiap-siap untuk menerjang.

"Oy! CS! Disini kalo gue mati bakal hidup lagi, nggak?!" Alucard berteriak ke langit.

"Tidak kawan, disini aku hanya menyediakan tempat saja. Jika kau mati, ya mati. Aku sudah bilang agar mengalahkan musuhmu, bukan? Tidak untuk membunuhnya?" ujar suara dari langit malam.

"Oh, oke," sahut Alucard, kembali bersiap-siap.

Ruby melepaskan sabitnya dari pelukannya. "Datanglah."

Detik berikutnya, daun kering di bawah kaki Alucard terhempas saat dia mulai berlari.

Wush!

Alucard hanya berhasil menebas angin, karena Ruby meloncat ke belakang. Namun Alucard mengejarnya lagi dan menyerang lagi. Begitupun Ruby, hanya meloncat kesana kemari. Belum mencoba menyerang balik.

"Gue tau, lo pengen nguras tenaga gue dulu, 'kan?" tanya Alucard, sambil mengatur nafasnya yang mulai terasa berat.

Ruby tersenyum kecil. "Pintar."

"Jadi..," Alucard mengangkat pedangnya yang tiba-tiba dikelilingi aura kemerahan, ".. serangan jarak dekat gak bakal ngaruh ya?"

Dan Alucard mengayunkan pedangnya dengan cepat, secepat itu pula gelombang kejut energi merah menghampiri Ruby.

Land of Dawn: Mobile LegendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang