Ke-26: Rasanya...

1.6K 114 46
                                    

KEKALAHAN ini bukan masalah besar bagiku. Yah, meskipun aku sudah susah payah untuk mencapai peringkat tinggi di peran assassin, aku tidak terlalu menyesalinya. Lancelot memang lelaki yang kuat. Maksudku, meskipun terkadang tingkah lakunya aneh dan agak menjijikkan, dia memang kuat. Dia juga temanku. Teman baik.

Lagipula, keinginan yang aku ingin wujudkan itu tidak seberapa. Aku hanya ingin orang-orang mengakui keberadaan ku.

Semenjak aku pergi dari rumah dan menghapus nama Paxley sebagai nama belakangku, aku begitu ingin diakui. Kenapa aku pergi dari keluargaku?

Bah, mereka hanya sekumpulan orang kuno yang memaksakan idealisme mereka pada keturunannya. Mereka pikir kalau bertarung menggunakan pedang adalah cara bertarung orang bodoh. Pff, padahal aku berhasil mengalahkan beberapa tetua keluarga menggunakan belati dan cahaya magis keluargaku.

Mereka bilang, "Keluarga Paxley yang terhormat adalah keluarga yang bertarung menggunakan sihir murni. Jika kau masih mencampuradukkan sihir murni keluarga kita dengan kemampuan belatimu, kau sebaiknya mencabut nama Paxley sebagai nama belakangmu."

Tentu saja aku pergi dari mereka! Saudara-saudaraku jijik melihatku, juga orangtuaku menyesal telahelahirkanku. Cih! Jika aku memikirkan mereka aku hanya merasa kesal.

Karena itulah, aku mempunyai keinginan untuk diakui semua orang. Aku ingin menunjukkan kepada mereka kalau kehendak seharusnya tidak dipaksakan.

Tapi aku kalah di tempat ini. Kabar baiknya, masih ada cara bagiku untuk mendapat pengakuan dari orang banyak. Entah dengan menjadi pahlawan atau sejenisnya.

Aku tertawa kecil. Rasanya lucu membayangkan aku menjadi pahlawan pembela kebenaran.

"Hah? Kenapa kau tertawa?"

Oh, iya. Aku lupa kalau aku tidak sendirian di ruang kesehatan ini. Ada Lancelot yang terbaring di kasur dan ditemani Odette.

"Tidak, aku hanya terpikirkan sesuatu yang membuatku tertawa," ujarku.

Setelah itu, keadaan hening kembali.

"Anu, Gussion, lain kali jangan menyerang Lancelot terlalu kasar."

Hah? Apa aku tidak salah dengar?

"Hei, Odette, kekasihmu juga hampir membunuhku," kataku pelan.

"Ahaha, biarlah, itu telah terjadi, aku sudah merasa agak baikan berkat Maya dan sihir milikmu," Lancelot berusaha menenangkan kekhawatiran Odette.

Aku menghembuskan nafas pelan. "Lain kali aku yang akan menang."

"Pff, coba saja."

Kami pun tertawa ringan. Dia memang temanku semenjak aku tiba disini, padahal sebelumnya aku sangat berhati-hati ke semua orang.

"Nah, bagaimana kalau nanti makan malam bersama kami?" ajak Lancelot.

"Tentu," aku menjawabnya tanpa pikir panjang.

Aku merasa luka di samping tubuhku sudah mulai pulih. Aku berdiri dari ranjang dan pamit ke mereka berdua untuk meninggalkan ruang kesehatan lalu meninggalkan markas.

Dan langit sudah terlihat sore. Aku bergegas ke mansion assassin dan melihat banyak orang yang sedang berkumpul di ruang utama.

"Oy, lo udah sehat?" tanya Helcrut yang selalu menutupi wajahnya.

"Ahaha, lukaku sudah agak baikan."

"Lancelot tidak bersamamu?" tanya Fanny yang sedang mengutak-atik peralatan terbangnya.

"Dia masih bersama Odette di ruang kesehatan markas.

"Padahal aku bertaruh kalau kau yang akan menang," puji Natalia yang tiba-tiba berdiri di samping tangga.

"Oh, terima kasih, tapi aku butuh istirahat sekarang."

"Kau tidak mau minum dulu?" tanya suara robot milik Saber.

"Tidak, terimakasih."

Blugh.

Aku melemparkan tubuhku ke kasur tanpa mengganti pakaianku. Aku tidak bisa melawan rasa mengantuk ku. Kelopak mataku terasa begitu berat. Jadi aku biarkan rasa itu menguasai ku.

***

"Hei, Gussion, bangun."

Huh? Apa?

Dalam kegelapan kamar, aku melihat seseorang menyimpan sepiring makanan beserta botol minuman di meja kecil sebelah ranjang.

"Ini makan malam mu, aku pikir kau sangat lelah untuk makan bersama di dapur," ujar suara perempuan.

Aku mencoba melihatnya. Perempuan dengan tudung kepala. Rambut kelabu. Natalia.

"Ah, terima kasih. Padahal aku tidak lapar," ujarku pelan.

"Berisik, aku tahu kau belum makan sejak selesai pertarungan tadi. Bahkan Lancelot pun masih terlelap sekarang," katanya.

"Kapan dia ke disini?" tanyaku.

"Tidak lama setelah kau datang. Dia diantar oleh Odette dan langsung menuju kamar sepertimu. Saking khawatirnya, Odette bahkan masih ada di kamar Lancelot, menunggunya bangun lalu menyuapinya makan."

Mendengar itu aku merasa menjadi jones. "Padahal aku masih tidur, kenapa kau membangunkan ku?"

"Agar aku bisa menyuapimu."

"Hah?"

"Bodoh, makan makananmu sendiri, kau punya tangan."

Sialan. Barusan adalah penipuan yang menyakitkan.

Natalia menyalakan lampu kamarku, lalu menatapku. Aku bangkit dari kasurku dan balik menatapnya.

Dia lalu duduk di ranjang ku dan mengambil piring yang tadi dia bawa. Dia menyendok kan makanan dan mengarahkannya pada mulutku.

Matanya tidak melihatku. Dia menundukkan kepalanya.

Dan dia pun menyuapiku, dan selama itu juga kami tidak bersuara. Selama itu juga aku hanya menebak-nebak, mungkinkah dia..,

.. Menyukaiku?

Ketika dia hendak berdiri dan membawa piring tersebut, aku memegang pergelangan tangannya. Menahannya.

Mata kami bertemu. Dan pikiranku menjadi agak berantakan.

"Ah, terimakasih, Natalia," ujarku sambil tersenyum lebar dan melepaskan tanganku, mencoba terlihat bodoh.

Dia tersenyum. "Oke."

Cklek.

Natalia menutup pintu, dan aku merasa kalau tadi adalah makan malam terbaikku sejauh ini seumur hidupku.

Rasanya menyenangkan.

to be continue ~

"Break the limits."

Gussion

Land of Dawn: Mobile LegendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang