16. Madam Kara

284 34 60
                                    

Chiara menatap kosong jendela kaca didepannya, seolah jika ia terus memandangnya, misteri dalam hidupnya akan terpecahkan.

Namun satu jam telah berlalu, makanan dihadapannya sudah berubah dingin, tak ada apapun yang ia dapat. Meski pikirannya telah berkelana, mencari jawaban.

Lucio duduk setia disampingnya, ia sudah mengompres pipi Chiara yang merah bercap telapak tangan. Tatapan sendu terpancar dari pria itu, saat sapuan tangannya menyentuh leher Chiara, ternyata kuku Toro melukai, dan meninggalkan bekas.

Chiara masih bergeming, hanya kening yang berkerut saat merasakan perih. Namun selebihnya, diam seperti patung. Hanya mata yang berkedip, dan hidung yang bernafas.

Kebisuan Chiara, membuat Lucio harus menambah stok sabar dalam dirinya. Ia tidak mau memaksa Chiara bercerita, namun ia tidak bisa membiarkannya terlarut dalam trauma.

Lucio menyentuh bahu Chiara lembut. Gadis itu menoleh ke arahnya lesu.

"Tak apa, kau tak cerita. Tapi makanlah dulu."

Chiara tak menjawab, matanya menatap pada manik Lucio seolah mencari ketulusan disana. Dan senyum tipis terbit, saat ia menemukannya.

"Aku panasi sebentar."

Chiara menahan tangan Lucio, lalu menggeleng.

"Sebentar, tidak sampai lima menit." Lucio meyakinkan, dan Chiara mengangguk pelan.

Saat Lucio kembali, Chiara melamun lagi.

"Apa perlu aku suapi?"

Chiara menggeleng lagi.

"Aaron kemana?" ia mendadak ingat, apa tujuannya.

"Dia pergi mencarimu, tapi sudah ku minta pulang."

Chiara menyergit.

"Ku pikir, dia hampir mati."

"Kemarin memang iya." jawab Lucio tersenyum. Sepertinya keadaan Chiara sudah membaik.
"Kita bahas Aaron, nanti saja. Sekarang kau makan."

Chiara mengangguk, sup ayam jahe buatan Lucio segera dilahapnya. Terasa begitu nikmat hingga mangkok itu bersih dalam waktu cepat.

Lucio menahan tawanya, dengan mengigit bibir, saat Chiara menoleh ke arahnya. Lucio segera membuang muka.

"Boleh tambah?" tanya Chiara takut-takut.
Dan senyum lebar Lucio, menyambutnya.
"Tentu saja." pria itu segera menyajikan semangkuk lagi dihadapan Chiara. Lalu mengelus rambut gadis itu.

"Apa kau disana tidak diberi makan?"

"Tidak." jawab Chiara disela suapannya.
"Dua hari hanya tidur. Mungkin aku diberi obat." lanjut Chiara mengingat.

Lucio mengangguk.
"Makanlah yang banyak."

Suara denting sendok terdengar di dapur yang sunyi. Karena dua orang penghuninya tak ada yang membuka suara. Chiara fokus menyantap makanan sedangkan Lucio setia mengelus rambut Chiara.

Chiara mendorong mangkuknya menjauh saat selesai. Lalu meraih teh kedua yang dibuatkan Lucio.

"Jadi siapa itu, madam Kara?"

Lucio tersenyum sebelum menjawab, ia tahu sejak di gerbang, dia merangkul Chiara dan membawanya masuk ke rumah. Chiara sudah menyimpan pertanyaan itu.

"Madam Kara itu teman ayah. Dia juga bagian dari Dark Circle. Tapi hanya datang jika ada hal penting."

Chiara menyerngit, menunggu kelanjutan.

"Kemarin salah satu anggota DC, meninggal."

"Siapa?" sahut Chiara cepat.

DARK CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang