12. Memilih Pergi

241 28 26
                                    


Aaron kira, setelah melihat musuh yang begitu banyak dihadapannya. Chiara akan kembali masuk ke persembunyian, berlindung padanya atau setidaknya bekerja sama mencari solusi untuk melawan Naga Hitam.

Namun ternyata cara Aaron tak mengacuhkan gadis itu, tak membuat dia luluh. Jutru dengan langkah nekat keluar dari gang sempit itu. Dan yang membuat Aaron membulatkan mata, ketika Chiara berlari menyebrang jalan, tanpa melihat kanan-kiri. Langkahnya menghambat pengendara, hingga suara klakson bersautan saat ia menyebrang tak tahu aturan. Gadis itu seolah tak peduli dengan nyawanya sendiri, setelah sekian lama ia melindungi.

"Sial!" Aaron mengupat keras, ia meninju dinding dihadapannya dengan geram. Sungguh sulit dipercaya, ia bertemu orang yang teramat keras kepala.

Menendang angin dihadapannya, Aaron menekan alat yang terpasang ditelinganya.

"Dia kabur! Mencari Regan!"

"Apa?" Lucio disebrang sana bertanya tak percaya.
"Apa maksudmu? Kau tidak bisa mengaturnya?" kekesalan terlihat jelas dari nada suara Lucio.

"Apa kau lupa, dia keras kepala! Kalau ketemu, kupastikan kepalanya, ku lempari batu!"
Aaron mematikan sambungan komunikasinya. Ia menghela nafas lelah, sungguh ia tak ingin peduli lagi dengan gadis itu. Percuma bicara dengan kepala batu.

Biarkan saja, dia melawan Naga Hitam sendirian. Dia pikir gampang!

***

Lucio yang sedang duduk dibelakang kemudi sebuah mobil, melepas topi lalu melenparkan ke samping.

Ia mengacak rambut frustasi, menghela nafas kasar ia melirik anggotanya yang berdiri di luar mobil sedang waspada. Lalu melirik kursi belakang dimana tiga anggotanya terluka, dan diobati dua orang lainnya.

Lucio tidak berdiskusi dengan mereka tentang masalahnya, ia tak bisa percaya siapapun saat ini. Baginya, orang-orang disekelilingnya kini bisa kapan saja berpihak pada lawan.

Lucio memijat pelipisnya, lima orang anggotanya sedang disandra Naga Hitam. Ayahnya terkena tembak saat keluar dari markas, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit oleh Wiliam. Chiara memilih pergi untuk Regan, sedangkan Aaron menandakan bahwa ia menyerah mengurusi gadis itu.

Lucio membenturkan kepala pada kemudi. Ia disini sendiri harus menyelesaikan masalahnya seorang diri.

Satu pesan Wiliam sesaat sebelum pergi.

"Kau putra mahkota Dark Circle, jangan ragu, kau pasti mampu!"

Menyandarkan tubuh pada kursi ia menoleh lengan kirinya yang telah dibalut perban putih. Goresan luka itu cukup dalam, dan memanjang hingga siku. Masih ada rasa nyeri, namun diacuhkannya karena masalah besar ada dihadapannya.

"Sekarang apa yang kita harus lakukan pak?" Zio salah satu anggotanya yang baru selesai mengobati luka temannya bertanya.

Lucio menoleh, ditatapnya anak buah itu, dengan seksama dengan mata tajamnya. Lucio ingat lelaki ini, dia sudah ikut dengan Leo selama lima tahun, tidak banyak bertingkah dan selalu menuruti perintah Leo. Walaupun tidak punya keahlian khusus, namun rasanya Zio tak pernah berulah. Sorot matanya lurus seakan ia kandidat yang bisa dipercaya.

Zio mengangguk pelan, seolah mengerti apa keraguan Lucio.

Anak Leo itu pun ikut mengangguk, ada senyum tipis terukir dibibirnya. Pertanda, ia harus mencoba percaya.

***

Chiara terus berjalan, mengikuti seseorang yang dia duga adalah Regan.

DARK CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang