Tak ada yang abadi
Sekalipun kau peluk erat
Jika waktunya tiba
Dia akan tetap pergi jua***
Dedaunan kering berjatuhan teriup angin, memecah keheningan dalam prosesi pemakaman pagi itu.
Tak terganggu, masih hikmat dan kelabu.Bukan pertama kali Dark Circle berduka, kehilangan prajuritnya. Namun menjadi yang pertama untuk Lucio merasakan duka yang mendalam.
Mengenakan pakaian serba hitam, Lucio bersimpuh disamping pusara, kacamata hitamnya tak mampu mengelabuhi raut duka di wajahnya.
Leo dibelakangnya duduk di kursi roda dan Wiliam setia berada disampingnya.
Sedangkan anggota lain berjajar rapi dibelakang pemimpinnya.
Tak ada yang berani bersuara, memang tak ada yang mengeluarkan air mata, atau suara isak diantara para lelaki itu.
Namun nampak jelas, wajah mereka memperlihatankan kepedihan yang bercampur penyesalan."Sudah nak, kita adalah tentara dan kita berperang mempertaruhkan nyawa." Leo menunduk menepuk bahu putranya. Ia tau Lucio menangis, dan sebagai ayah ia memahami itu.
"Tapi dia tertembak di depanku Yah." Lucio masih tak terima, dan bayangan tembakan meluncur didepan matanya masih teriang dalam ingantan. Bahkan bunyi ledakan itu sempat membuat jantung Lucio serasa berhenti berdetak.
"Dan aku yang memerintahkan tugas itu." lanjut Lucio miris.
Wiliam memalingkan wajah menarik nafas kasar. Ia sedang bersama Leo saat hal itu terjadi, dia pun tak ikut dalam situasi itu.
Dan pandangan Wiliam menyipit melihat pria berbaju hitam yang berdiri dibawah pohon kamboja.
Ia tahu, kini dua orang merasakan trauma yang sama.
Aaron mengamati pemakaman itu dari kejauhan, sudah menjadi rahasia umum Aaron tak menyukai pemakaman, ia memang bergelut dengan dunia hitam tapi tetap menjadi mengecut saat ia memasuki area makam.
Ia tak menyukai, dan memilih menepi, bukan maksud tak menghormati namun hingga kini bayangan kepergian sang ayah masih menghantui, meski peristiwa itu sudah lima belas tahun berlalu.
Ia ikut menyaksikan pemakaman ini karena dekat pada Zio, selama ini pria pendiam itu selalu berlatih bersamanya, tak banyak bicara hanya memperlihatkan kemampuan dan kesetiaannya.
Aaron menatap langit yang cerah hari ini, bertanya dalam hati dimana Chiara berada. Terhitung dua hari Chiara menghilang dari hadapannya, dan hingga kini tak ada kabar tentangnya.
Hal yang paling dirisaukan adalah, gadis itu tak membawa senjata sama sekali. Lalu bagamana dia bisa menjaga diri? Semoga bukan hal kelam yang terjadi, seperti ditempat ini.
Sungguh baru kali ini Aaron gagal melaksanakan tugasnya, ada rasa kehilangan dan kecewa luar biasa. Tetapi ia tak mampu menjabarkannya.
Aaron berpaling menatap teman-temannya yang mulai undur diri, dan Lucio masih bergeming disamping makam Zio."Ya, ya, ayah mengerti namun lima nyawa masih menunggu kau selamatkan, apakah kau masih akan tetap diam?"
Lucio menarik nafasnya, lalu kembali menabur bunga di makam Zio, dia bergumam pamit lalu ikut pergi mengikuti rekan-rekan dan juga ayahnya.
***
Dua hari lalu peristiwa itu terjadi.
Dimulai saat Lucio dan Zio berdiskusi, tiba-tiba Lucio kehilangan jejak Aaron dan Chiara. Alat komunikasi mereka tiba-tiba mati dengan kurun waktu yang hampir bersamaan. Lucio tentu saja panik, bukan dia tak peduli pada lima orang yang disandra Naga Hitam. Tapi prajurit terbaik Dark Circle sedang dalam bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK CIRCLE
ActionHidupnya berubah saat usianya menginjak 20 tahun. Berawal dari amanah sang ibu yang memintanya untuk mengunjungi tempat asing yang belum pernah ia datangi. Tempat penuh misteri yang menuntunnya pada petualangan penuh tantangan. Tempat yang membuatny...