Jangan pernah jatuh cinta, karena cinta membuatmu lemah dan tak berdaya.
Aroma teh yang tercium begitu dekat, membuat Aaron membuka telapak tangannya.
Yang pertama ia lihat adalah secangkir teh yang mengepul.Menoleh ke samping, seseorang berdiri menyodorkannya tanpa suara.
Aaron hanya menatap teh dan orang itu bergantian.
"Pegal nih!" keluh Chiara, karena Aaron tak kunjung menerima tehnya.
"Thanks." ucap Aaron pelan tangannya meraih cangkir warna putih itu.
Tak menjawab, Chiara duduk di kursi yang lain tak jauh darinya.
Angin berhembus membelai wajah, yang mereka lihat sama, kendaraan lalu lalang yang terbatasi pohon-pohon setinggi badan. Juga pagar tembok setinggi pinggang.
"Kenapa kau disini?" tanya Chiara memecah sunyi.
Aaron menoleh kearahnya dengan wajah tak senang.
"Untuk apalagi jika bukan menjagamu? Kekasihmu itu tak bisa diandalkan!" jawab Aaron bernada kesal, ia bahkan mengurungkan niatnya untuk menyeruput teh.
Chiara menggeleng cepat.
"Bukan itu. Maksudku, kenapa kau duduk disini? Dibelakang rumah?"
Chiara dapat menangkap air muka Aaron yang malu, karena salah paham, namun cepat pria itu menguasahi diri dengan memalingkan wajah ke arah lain.
"Aku tidak ingin masuk, selagi ada dia." jawab Aaron tanpa menoleh Chiara.
"Kenapa?"
"Kau mau, wajah kekasihmu itu hancur lagi?" jawab Aaron sinis, merujuk pada kelakuannya tempo hari yang tak bisa menahan emosi dihadapan Regan.
Chiara mengangguk paham. Tak ada niat menjelaskan jika dia dan Regan bukan lagi sepasang kekasih.
"Ini dimana?" Chiara mencoba mengalihkan pembicaraan setelah beberapa saat kembali hening.
Terdengar Aaron menyeruput teh. Mengabaikan Chiara.
"Apa masih di pulau Busur?"
Tak ada jawaban, Aaron seolah tuli dan terlalu fokus minum teh. Teh yang seharusnya masih panas, tapi pria itu tak memindahkan cangkir dari depan bibirnya.
Chiara melirik Aaron yang bersikap dingin, gadis itu tetap berusaha membuka percakapan.
"Apa kakimu masih sakit?"
"Sedikit."
"Kapan aku boleh melakukan aktifitas?" Chiara terus bertanya, merasa aneh dengan Aaron yang terlihat malas menanggapinya. Padahal selama ini mereka selalu berdebat hal sepele.
"Pasti sudah tidak sabar untuk pergi lagi?" Aaron menyindir sinis.
"Aku hanya bertanya." jawab Chiara sekenanya.
"Tanyakan saja rahasia itu pada kekasihmu, agar aku cepat menyelesaikan urusan!" jawab Aaron kesal.
Kening Chiara berkerut dalam, ia sudah terbiasa dengan kalimat sinis Aaron, selama ini meski Aaron berkata sinis, pria itu tetap bersikap baik. Tapi untuk sekarang Chiara merasakan aura permusuhan, atau lebih tepatnya Aaron sedang marah. Tapi marah karena apa?
Aaron beranjak berdiri saat Chiara kembali bertanya.
"Kau marah padaku?"
Aaron mengambaikannya, tetap melangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK CIRCLE
ActionHidupnya berubah saat usianya menginjak 20 tahun. Berawal dari amanah sang ibu yang memintanya untuk mengunjungi tempat asing yang belum pernah ia datangi. Tempat penuh misteri yang menuntunnya pada petualangan penuh tantangan. Tempat yang membuatny...