10. Tugas Pertama

321 28 53
                                    

Tiga bulan kemudian.

Suara baku hantam terdengar jelas dari balkon lantai dua, tempat Leo duduk menatap langit senja.

Tak perlu melongok ke bawah, karena ia jelas tahu siapa yang membuat suara-suara itu.

Sudah menjadi rutinitas, saat matahari merangkak ke barat, dua insan itu adu fisik hingga dirasa cukup saat hari mulai gelap.

Leo menelan pil, yang di sodorkan Wiliam, lalu meneguk air putih. Mengangkat tangan keatas bahu, dan Wiliam tahu isyarat itu. Ia kemudian memutar kursi roda Leo, kembali masuk ke dalam rumah.

****

"Jadi, apa hubunganmu dengan Regan?" Aaron mengangkat alis, satu tangannya mengunci kedua tangan Chiara dibalik punggung gadis itu, sedang tangan yang lain, melilit leher Chiara seolah hendak mencekik gadis itu, kapan saja dia mau.

Chiara melirik sinis, lagi-lagi mendengar pertanyaan itu.

"Apa kau tidak punya pertanyaan lain?" Chiara menyeret kakinya, berusaha bergerak menendang kaki Aaron, tapi rupanya Aaron mampu membaca gerakan itu.

"Masih tidak mau mengaku?" Aaron berdecak, ia mengendorkan tangan yang melilit lehernya tapi tidak berniat melepaskan.
Chiara mengerakkan kepalanya keatas, menabrakkan puncak kepalanya ke dagu Aaron, membuat pria itu mengaduh karena tak sempat menghindar, tangan dileher Chiara terlepas, Chiara hendak melepaskan diri, namun lagi-lagi Aaron mencekal dengan melilitkan tangan di perut gadis itu. Chiara melotot menatap perutnya, ia menghentakkan kaki.

"Jangan kurang ajar!"

"Apa sih!" Aaron segera sadar setelah memandang tangannya diperut Chiara lalu melepaskan, dengan gerakan cepat Kaki Chiara terangkat kedepan, tangan Aaron yang masih memegang tangan Chiata memutar menggiring tubuh Chiara melompat dan berakhir dengan berdiri tegak, rambut yang dikucir kuda itu pun terhentak di bahunya.

Aaron tersenyum, melihat perkembangan pesat Chiara selama tiga bulan ini. Gadis itu cepat tangkas dalam melawan semua serangannya.

Chiara merangsek kedepan, masih belum terima ia kalah, namun tepuk tangan yang berupa panggilan, menghentikan gerakan tangannya yang melanyang hendak menonjok wajah Aaron, tangan itu mengambang di udara, Aaron dan Chiara sama-sama menoleh ke sumber suara.

Chiara menghela nafas, dan Aaron menepuk-nepuk kepalanya, seperti kakak pada adik kecilnya yang harus menurut dengan perintah.

Dan senyum Lucio mengembang, saat melihat dua orang yang tadinya bertarung itu langsung berhenti dan menghampirinya tanpa protes.

Chiara langsung duduk di meja dapur, ia sudah terbiasa seperti itu selama tiga bulan ini.

Lucio menarik ikat rambut Chiara membuat rambut gadis itu terurai, kemudian duduk di sampingnya.

"Gerah Luk!" Chiara merebut kembali dan mengikat rambutnya lagi.

Lucio hanya tersenyum melihat wajah dongkol Chiara.

"Kalian ini, kalau tidak ditegur, tidak berhenti. Ini sudah jam enam lewat, harusnya kalian berhenti jam lima tadi." tutur Lucio menuangkan teh ke dalam gelas, lalu disodorkan pada Chiara.

"Aku ingin ganti pelatih."

Lucio meresponnya dengan kening berkerut menunggu keluhan Chiara selesai.

"Aaron selalu menganggu dengan pertanyaan yang sama setiap hari, dalam tiga bulan ini. Tidak tau apa pertanyaan itu bikin muntah." Chiara kemudian menyeruput tehnya, dahaganya terasa lega, rasa lelahnya seolah meluntur perlahan, meski wajahnya masih penuh dengan keringat.

DARK CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang