24. Sisi Gelap

207 23 88
                                    

Sinar menyilaukan mata, yang pertama kali Chiara lihat ketika ia tersadar. Ia memengangi kepalanya yang pusing dan bahunya yangberdenyut.

Ia mengedarkan pandangan, dan menyadari berada di sebuah ruangan. Tempat ia berbaring adalah kursi panjang yang terbuat dari kayu.
Tak jauh dari kursi, terdapat meja kecil, ada peralatan medis dan juga obat-obatan.

Chiara berusaha menegakkan tubuh, duduk bersandar dinding dan merasakan selimutnya jatuh.

Chiara tertegun, tangannya yang hendak mengapai benda jatuh itu berhenti diudara.

Rupanya yang membuatnya hangat bukanlah selimut, melainkan jaket.
Jaket hijau army yang sangat ia kenali.
Di raihnya hati-hati jaket itu yang terjatuh di lantai. Mengamati lebih lama, jika pikirannya benar, jaket itu adalah milik Aaron.

Chiara memutuskan untuk kembali berbaring, entah mengapa ia tenang dan kembali merasa aman. Ia memakai kembali selimutnya dan memejamkan mata sembari menunggu sang pemilik datang mengambil jaketnya.

Selang waktu berlalu, Chiara cukup lelap dalam tidurnya, hingga suara pintu dibuka. Ia kembali membuka mata.

Ditolehnya kesamping kearah sosok yang mendekat, rupanya bukan orang yang dia tunggu.

"Sudah lebih baik?" tanya orang itu lembut.

Chiara tersenyum samar.
"Masih ada yang nyeri." jawab Chiara menjurus pada bahunya.

"Untuk sementara kau tidak boleh berlatih atau bertarung." jawab Lucio duduk di samping Chiara yang berbaring.

"Itu hanya alasan, agar aku tak pergi kan?" tuduh Chiara.

"Jika aku melarang, bukankah kau tidak akan dapat luka ini?" Lucio balik bertanya.

"Kau sudah memberiku ijin, sekarang kau menyesal?"

"Iya, karna kau ingkar janji. Bukankah aku meminta, saat malam kau harus sudah kembali?"

"Aku bahkan bertemu Regan waktu sore!" Chiara kembali pada sikap aslinya, si pemberontak, ia bahkan mengangkat sedikit tubuhnya namun berakhir dengan kesakitan.

Lucio berdiri berkacak pingang.

"Jangan banyak bergerak!" lalu ia membantu Chiara berbaring dengan benar. Ia menghela nafas lelah.

"Sebenarnya aku tidak sungguh-sungguh mengijinkanmu. Aku memberi tahu Aaron kepergianmu dan pura-pura tidak tahu saat dia menyelinap pergi dari markas untuk menemuimu. Dan mengutus Aldi dan Renal untuk menjaganya dari jauh. Karena kakinya masih terluka." tutur Lucio sembari kembali duduk.

"Aku pikir, kau akan mendengar jika Aaron yang melarang. Tapi rupanya, dia sama sekali tidak melarangmu pergi." Lucio mengusap wajahnya kasar.
"Aku tidak tahu jalan pikir anak itu." Ia menoleh pada Chiara yang mendengarkan tanpa menyela.
"Tapi sekarang benar, apa yang ku khawatirkan terjadi. Regan tidak bisa melindungimu. Kau terluka."

"Dimana Regan sekarang?" tanya Chiara baru mengingat orang yang diselamatkannya.

"Apa kau sudah mendapat jawaban dari pertanyaanmu?" Lucio balik bertanya hal lain, mengabaikan pertanyaan Chiara.

"Belum, yang ku tahu kau telah bohong padaku!" jawab Chiara ketus.

"Berbohong apa?"

"Tentang ibuku, kau bilang Madam Kara orang yang berbeda."

"Memang berbeda."

"Kau sudah tahu yang sebenarnya? Kalau ibuku meninggal dua puluh tahun lalu?" tanya Chiara meninggi, mengangkat sedikit kepalanya, tak peduli rasa sakit yang menyerang.

DARK CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang