SEPULUH

127 11 8
                                    

"Nikah sama kawin bedanya apa.?"

***

Di sini lah aku sekarang, duduk di depan Orang Tua Pak Yudhis dengan Orang tuaku di sisiku, bolehkah aku enyah dari sini, aku berharap bumi menelanku saat ini juga.

Ku tatap Pak Yudhis yang duduk tepat di hadapanku, dia tampak tampan, ralat dia memang selalu tampan, Raut wajahnya masih sama seperti kemarin saat aku bertemu dengannya di Ruangannya, dia tampak lelah, kantung matanya tampak lebih jelas dibanding biasanya,

Mungkin dia memikirkan semua ini, ku tau semua ini salahku, salahku yang dengan bodohnya mengajuka diri sebagai pacar pura-puranya, tanpa berfikir resiko apa yang akan ku tanggung,

Semalam Pak Yudhis menelfonku dan mengatakan bahwa dia tidak bisa membujuk orang tuanya, bahkan Pak Yudhis menyarankan untuk jujur pada orang tua kami apa setatus kami sebenarnya, tapi aku menolak aku tidak tega membayangkan bagaimana Raut kecewa Bunda Fresta dan Ayah Andra saat tau semua ini, bagaimana Murkanya Papa jika tau aku mempermainkan Hubungan dan kepercayaan Orang tua.

Aku tidak munafik, bahkan aku mengakui bahwa aku salah satu fans Pak Yudhis di sekolah dan aku bersyukur saat bisa dekat denganya, tapi menjadi Tunangannya bukanlah harapanku, aku bahkan tidak pernah mebayangkan hubungan serius dengan Pak Yudhis, aku tau diri lah Gadis sepertiku tak pantas bersanding dengan dia, dari segi apapun aku tak pantas, Pak Yudhis terlalu sempurna untuk aku yang biasa,

Papa dan Ayah Andra berbasa-basi cukup lama membahas tentang masalah perusahaan atau hal-hal yang menyangkut dunia bisnis, pandanganku masih tertuju pada Guruku, dia menunduk tak sadar aku yang melihatnya sendari tadi,

"Gimana..?? Apa bisa keluarga kita menjadi lebih dekat lagi?" Suara Ayah Andra serasa menyayat hatiku, aku seperti berada di zamam Siti Nurbaya dimana dia di jodohkan tapi dalam kasusku bukan orang tuaku yang memaksa tapi situasi dan aku sendiri yang membuat rumit ini semua

"Apa Pak Andra yakin dengan memilih Rizky sebagai menantu??" Tanya Papa, aku diam di posisiku meremas pahaku, tuhan bisakah buat hal konyol ini batal.

"Saya sudah sangat suka dengan Rizky, jadi apa masalahnya jika dia jadi pasangan Yudhistira, saya malah merasa dia sosok yang sempuran bahkan terlalu baik untuk putra saya" ujar Ayah Andra, aku tersenyum miris,

"Pak Andra sudah tau bagaimana sifat putri saya, dia bukan Gadis Alim seprti Ibu Fresta, dia Tidak pandai urusan dapur seperti Mamanya, bahkan nak Yudhis pun tau bagimana sifat Rizky" tutur Papa,

"Kita bukan mencari pasangan yang sempurna untuk yudhis tapi kami begitu paham bahwa Rizky lah yang jadi ingin Yudhis" ujar Bunda Fresta,

***

Kalian tau apa yang terjadi padaku semalam..?? Cincin di jari manisku lah jawabannya, ku pandangi cincinku, apa setatusku masih pacar pura-pura nya atau Tunangan pura-puranya, kini aku sadar pepatah jangan main api kalau tidak ingin terbakar, dan aku sudah terbakar oleh permainan yang ku awali sendiri,

Aku berjalan melewati koridor-koridor kelas 10 mataku membulat saat melihat ada adegan tidak senonoh di dalam kelas 10 IPS 2 , tidak hanya ciuman yang di lakukan tapi si laki-laki sudah membuat kancing baju perempuannya terlepas beberapa,

Buru-buru aku meninggalkan koridor ini, sial niatku datang pagi agar menjernihkan pikiran tapi malah melihat adehan mengerikan,

"Udah berangkat Riz, tumben" aku kenal suara ini, suara Pak Yudhis .
Ngapain Pak Yudhis ke sekolah jam 6 kurang seperempat kayak gini

"Hehehe iya Kak" aku bingung mau jawab apa.

"Udah sarapan..?"

"Bawa bekal, tumben Kak Yudhis udah datang"

My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang