EMPAT PULUH SEMBILAN

15 1 0
                                    

"Malam ini kamu nggak sibuk kan.?'' Tanya Pak Yudhis saat aku baru saja keluar dari kelasku. Aku agak kaget karena dia tiba-tiba nonggol di sana.

"Nggak. Kenapa?" Tanyaku sambil menatap Manik Matanya.

"Orang tua aku mau ke rumah kamu".
"Iya. Aku kabari Mama dulu biar siap-siap" Terangku sambil mengambil ponsel di saku rokku. Mengrim pesan pada orang rumah kalau Pak Yudhis akan ke sana.

"Lancar semuanya.?" Tanya Pak Yudhis. Aku menggangguk. Hari ini aku datang kesekolah setelah satu minggu di rumah. Ujian Nasional sudah berahir Minggu lalu. Dan artinya aku sudah tidak aktif lagi di sekolah ini. Aku hanya mengurus berkas untuk masuk Universitas yang aku dan six most lainnya sepakati.

"Langsung pulang.?"
"Kamu nggak sibuk.?" Tanyaku balik.
"Nggak. Ayo ke kedai ice cream yang waktu itu" ajaknya. Wajahku langsung memanas mengingat kejadian aku mencium pipi Pak Yudhis di sana.

"Kamu sakit.?" Tanya Pak Yudhis. "Wajah kamu merah" lanjutnya. Aku menggeleng. "Ayo berangkat" ajakku. Pak Yudhis mengangguk dan mengandeng tanganku keluar sekolah. Biasanya aku menolak saat Pak Yudhis mengandeng tanganku di area sekolah. Tapi hari ini aku ingin seperti ini. Mungkin sudah hal biasa bagi orang yang melihat kami. Sehingga mereka santai saja saat kami berdua lewat koridor lantai dua dan satu.

Aku menghentikan langkahku saat kami berada di kiridor lantai satu dekat gerbang sekolah.

"Kenapa.?"
"Kamu pakai seragam dinas. Kita pulang aja deh. Jalannya nanti aja. Kita ganti baju dulu aku nggak mau jalan kalau kamu pakek baju dinas"
"Ahh iya aku sampai nggak sadar. Bentar aku ada baju ganti di ruanganku. Aku ganti dulu aja di sana. Kamu tunggu di sini" aku mengangguk paham dan duduk di deretan Kursi di depan labolatorium IPA di dekat tempatku tadi. Aku nggak mau jadi bahan omongan orang dan banyak yang lihat aku dan Pak Yudhis aneh saat nanti kami jalan berdua dengan seragam sekolah dan seragam guru yang kami pakai. Pasti pandangan orang jelek saat melihat Guru dan Murit kencan dengan seragam yang masih melekat di tubuh kami. Terutama Pak Yudhis yang seorang guru. Katanya tadi hari ini dia ada rapat dewan Guru jadi dia memakai baju Dinasnya. Biasanya kalau hanya mengajar di kelas atau mengerjakan tugas BP dia hanya memakai kemeja panjang rapi dengan celana bahan. Atau kadang memakai atasan Batik yang mencetak tubuh atletisnya. Biasanya kalau udah pakai Batik lengan pendek setiap Pak Yudhis lewat koridor banyak kaum Hawa yang menatapnya lapar atau bisa di artikan kalau Pak Yudhis ganteng banget. Apaagi saat memakai batik dengan warna agak ungu yang di belikan Papa beberap waktu lalu dia akan kelihatan sangat tampan :v.

"Nunggu siapa.?" Aku menoleh saat mendengar suara Pak Yudhis. Dia tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya. Lesung pipinya tercetak jelas.

"Nunggu gebetan saya Pak. Bapak sendiri ngapain di sini.?" Tanyaku membalas candaannya.

"Lagi cari pacar pendek saya. Tapi kok hilang ya. Apa karena dia terlalu kecil makanya hilang" jawab Pak Yudhis dengan nada yang di buat serius walau kelihatn jelas dia menahan tawa. Aku meninju bahunya.

"Aku nggak pendek ya" kesalku. Tawa Pak Yudhis pecah hingga orang yang berlalu lalang menatap kami dengan tatapan berbeda-beda.

"Ayo" aku menarik paksa Pak Yudhis keluar sekolah. Cukup sudah dia jadi tontonan adek kelas yang melihat ketampanan tunanganku. Pak Yudhis mengganti Baju dinasnya dengan celana jins hitam panjang dengan kaos putih polos di balut jaket merah marun yang di biarakn terbuka resletingnya. Dengan rambut acak-acakan dan sepatu Vans putih. Dia tampak sangat tampan ralat dia memang selalu tampan.

"Buruan" perintahku. Pak Yudhis naik motornya dan menyerahkan helem padaku.

"Kenapa sih sensi banget" tanya Pak Yudhis.
"Kamu tu kenapa pakek baju kayak gini sih" grutuku kesal.
"Kenapa.?"
"Nggak suka aja aku. Banyak yang liatin kamu kayak orang laper belum makan satu minggu" kesalku dan segera naik boncengannya.
"Cemburu.?"
"Iya. Aku nggak suka ada yang liatin kamu kayak gitu" jawabku cepat. Tangan pak Yudhis meraih tanganku dan melingkarkannya di pinggangnya.

"Tenang . Aku cuma milik kamu. Dan sebaliknya kamu cuma milik aku"

Tbc

My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang