EPILOGE

38 1 0
                                    

Sebenarnya nggak nyangka lhoo kalau bisa nyelesaiin ini part di tengah-tengah UNBK, rasanya kayak ada yang kurang kalau nggak aku post sekarang..

Ini cerita reall imajinasiku. Nggak suka banget kalau ada yang bilang gini.

"Kok ceritanya kayak di lapak sebelah"

Ohhh tuhan yang namanya hidup pasti ada kesamaan ntah lo dapet ide di mana tapi ini real hasil karya gw sendiri..

Nama emang aku ambil dari sekitar aku. Tapi ini fiksi bngetttt kalau ada yang bilang kok ceritanya kayak sifat aku.. Atau kayak kejadian aku. Ya namanya juga hidup sayang jelas lah mirip kalau mau nggak ada yang samain ya udah tinggal di pluto sana..

Minta maaf kalau suka PHP dan lambat. Tapi nggak ada kalian gw nggak bakalan lanjutin cerita ini. Makasih udah dukung dan setia baca.
Gw nggak bakalan mati buat berkarya. Gw pasti post lagi habis ini karena gw punya banyak banget draf yang siap di publis.. Dan udah yaa bancotnya. Sekali lagi makasih buat dukungannya.

Karya ini jauh dari sempurnya. Kata orang

"Nggak ada karya yang sepurna adanya karya yang selesai.."

-----

Autor Pov

Rizky menatap kaca di depannya. Oh tuhan wajahnya kini seperti zombie. Kantung matanya tampak terlihat dengan jelas. Wajahnya pucat karena hampir setiap hari dia muntah-muntah.

Rizky membasuh wajahnya dengan air kran di depannya. Mengucek matanya berharap rasa kantuk datang lagi karena Matahari masih lama muncul, Tubuhnya menegang saat di rasa sebuah dada hangat bersandar di punggungnya. Yudhistira memeluknya dari belakang.

"Mual lagi.?" Tanyanya dengan nada khawatir. Rizky mengangguk.
"Ke Rumah sakit aja ya.?" Ajak Yudhistira.
"Nggk usah Mas emang kata dokter yang kayak gini biasa di awal kehamilan. Lagian kalau cuma sekali sehari itu biasa kalau seharian baru kita ke dokter" jelas Rizky dengan sabar.
"Ya udah kembali ke kamar ya. Di kamar mandi dingin nggak baik lama-lama di sini." Rizky mengode Yudhistira agar mengendongnya. Dan Yudhistira peka. Di gendongnya Rizky ala pengantin kemudian di rebahkan di ranjang mereka.
"Aku ambilin air hangat mau.?" Tawar Yudhistira dengan nada lembut.
"Nggak usah. Peluk aku aja ya" Yudhistira tersenyum sudah hafal dengan tingkah manja istrinya saat sedang hamil seperti ini. Yudhistira langsung merebahkan tubuhnya di sisi Rizky dan memeluknya dari samping. Membawa calon ibu dari anaknya kedalam kehangatan.

***
Perut Rizky kini semakin besar seiring tumbuhnya bayi di dalamnya. Kini kandunganya sudah masuk bulan ke Delapan dan artinya bulan depan Dia kan resmi jadi Mama. Rizky kadang menangis terharu kalau ingat dia akan jadi ibu. Ingat saat dia menanggis di pelukan Mamanya tahun lalu karena nggak mau hamil dulu kalau nikah. Tapi sekarang dia takjub dan nggak nyangka menjadi Mama muda akan se keren ini.

"Mau sarapan apa.?" Tanya Yudhistira pada Rizky. Perjanjian mereka dari awal menikah dulu kalau Yudhistira akan memasak di hari libur. Dan sekarang hari minggu.
"Apa yaa.." Rizky tampak berfikir sedangkan Yudhistira sedang mencuci beras.
"Aku mau bubur ayam aja deh Mas kayaknya enak."
"Okay sayang"

Sejak hamil Rizky memanggil Yudhistira dengan Mas, kadang di ganti dengan Papa kalau anak di perutnya kumat manjanya. Yudhistira malah bersyukur dengan begitu dia nggak merasa jadi Gurunya apalagi kakaknya.

"Mas, hari ini barang pesenan kita buat little girls datangkan.?" Tanya Rizky. Bayi di perut Rizky perempuan sebenarnya Yudhistira nggak mau tau dulu jenis kelamin anaknya biar jadi kejutan. Tapi Rizky bilang harus tau sekarang biar nggak bingung buat persiapan bayinya nanti.
"Iya sayang, nanti langsung aku rakit box bayinya"
"Iya, Mas habis ini cariin aku anggur merah dong. Enak kali ya"
"Iya habis sarapan ya. Nanti aku cariin."
"Makasih" Rizky mengecup pipi Yudhistira.

My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang