EMPAT PULUH SATU

17 1 0
                                    

"Ehhh" aku tersentak kaget saat benda dingin dan lembab menyentuh pipiku. Aku menenggok dan melihat Kak Yudhis tersenyum manis .

"Nih minum" ia menyodorkan satu kaleng minuman soda padaku aku dengan senang hati menerimanya.

"Belajar apa??" Tanya Kak Yudhis sambil mendongkakkan kepalanya melihat buku di depanku.

"Belajar Ekonomi aku beneran nggak bisa" keluhku,

"Sini aku lihat" Kak Yudhis melihat buku catatanku.

"Gampang kok, syarat-syarat jadi pengurus koprasi itu harus jujur, tanggung jawab, disiplin, koprasi bersifat terbuka jadi semua orang biasa jadi anggotanya tidak memandang SARA asal WNI asli" jelas kak Yudhis aku menatapnya tanpa paham apa yang di bicarakannya.

"Tau SARA kan??!"

Aku menggeleng, kak Yudhis menepuk jidatnya

"Kamu kalau pelajaran tidur yaa?? Atau bolos sumpah demi apa kamu nggak tau apa itu SARA??" Gemas kak Yudhis aku nyengir dan menggeleng.

"SARA itu suku, Ras, Agama antar golongan" gemas kak Yudhis sambil menyentil keningku ,
Aku memanyunkan bibirku kesal.

"Kamu di sekolah ngapain aja sih riz, kalau pacaran juga nggak mungkin orang kita nggak selalu ketemu di sekolah, sekolah yang bener lah" aku mendengus kesal.

"Udah??" Tanyaku kasal.

"Belum" tegas kak yudhis

"Apa lagi sih kak" gemasku. Kak yudhis mengacak suraiku dengan gemas,

"Belajar yang bener aku mau tidur " kak yudhis dengan santai berjalan ke ranjang kamarku dan tidur dengan nyaman di sana, aku mendengus. Selalu begini , kalau ngomongnya mau apeli aku tapi nyatanya ya aku di kacang i kalau nggak di tinggal main game ya tidur kayak sekarang,

Oke. Ini bukan pertama kalinya dan kami udah setengah tahun lebih bareng jadi ya udah lah ngalah aja biarin dia tidur dan aku lanjutin belajar lagi.

***

"Gua capekkk" seruku, sambil merenggangkan semua otot-ototku kulihat jam di dinding jam 7 malam, waaw aku belajar selama hampir 4 jam, ku tengok Kak Yudhis yang masih setia dengan bantalnya, dia tidur sejak tadi aku bangkit dan berjalan kearah tempat tidurku, wajah kak yudhis benar-benar damai, dia tampak sangat lelah, aku tau banyak hal yang dia lakukan agar guru-guru tidak meremehkan aku di sekolah, ku usap wajahku dengan lelah, kembali melihat pahatan tuhan yang sempurna di wajah kak Yudhis, ku sibakkan anak rambut yang menutupi wajahnya.

Mungkin aku mengusik tidurnya hingga dia perlahan membuka matanya.

"Hayy" sapaku saat dia membuka mata, dia menatapku kemudian tersenyum.

"Jam berapa?" Tanyanya dengan suara serak, ohhh tuhan seksy sekali...

"Jam 7, ayo bangun, terus mandi sana aku tunggu di bawah aku buatin makan malam" perintahku.

"Mama papa kamu mana?"

"Di rumah oma, Arkan masih bayi jadi sering ke sana,"
"Putri kemana?"
"Di rumah orang tuanya"
"Ya udah sini" Kak Yudhis menarikku dan membuatku ambruk di sampingnya.

"Ihhh suruh bangun juga" perintahku dan mencoba bangun tapi kak yudhis malah memelukku.

"Aku capek" keluhnya
"Capek kenapa?" Tanyaku masih berusaha melepas pelukannya.

"Pokoknya aku capek, aku pengen tidur, kamu diam aja dulu"

Aku mengalah dan membiarkanya tidur di sebelahku sambil memelukku.

Kami diam di posisi ini sampai beberapa menit,

"Bangun ayok" Kak Yudhis bangkit dari tidurnya dan membereskan sepray yang berantakan,

"Mandi dulu ya aku ke bawah, kalau nggak salah ada kaos gede di lemari warna Biru punya Bara kakak pakek aja"

"Punya Bara?? Kok di sini??" Tanya kak Yudhis heran.

"Iya, dia beli online tapi nggak sama gambarnya terus di titipin aku dia nggak suka pakai baju HC ya udah aku minta aja"

"Ohh, yaudah aku mandi dulu"

Aku meninggalkan kak Yudhis di kamarku dan segera turun membuat makan malam,

Apa begini rasanya kalau nikah nanti, satu kamar, satu rumah, apa-apa berdua, kok aku jadi takut ya... aisss aku ngapain sih...

"Oke makan malam kali ini apa ya??"gumamku sambil membuka kulkas.

"Ada daging, tapi aku nggak bisa masak Daging ntar keras kayak karet, ada sayur bayam, nahh kak yudhis kan suka sayur Bayam boleh nih" aku mengambil seikat sayur bayar dari kulkas,

"Apa lagi yaa.., telur dadar aja kali ya, biarin lah emang aku nggak jago-jago banget masak kok, lagian Emak tega banget sih ninggalin anak di rumah nggak ada makanan"

Aku mulai melakukan ritual memasakku, memotong-motong sayur, mengaduk telur, menghaluskan bumbu.

"Tuh kan kebiasaan" omelku saat merasakan ada yang memeluk dari belakang, nafas Kak Yudhis terasa hanyat di tengkukku.

"Masak apa??"
"Bayam, kak aku lagi masak jangan kumat manja deh" kesalku.
"Iya aku tau, lagian siapa yang bilang kamu nyuci"
"Makanya jangan peluk-peluk"
"Biarin, udah urusin aja masakan kamu"
"Aku nggak bisa leluasa kalau kamu peluk-peluk kayak gini"
"Udah lah biarin aja" kekuhnya
"Kita cuma berdua lho kak di rumah" ucapku,
"Emang kenapa??, takut aku khilafin aku nggak nafsu kok" aku langsung melototkan mataku gak terima.

"Perasaan ada yang pernah bilang kalau suka nafsuan deh kalau liat aku" godaku kesal
"Nggak siapa juga yang bilang"
"Halah mendadak amnesia"

Aku mengangkat sayur ke piring dan memulai menggoreng telur.
Aku merasakan pelukan kak yudhis semakin possessive Padahal aku juga nggak berontak lagi.

"Oke, selesai, kak tolong bantuin taruh meja" ujarku sambil menyodorkan satu piring tumis bayam.

Kami makan dalam diam hanya suara sendok dan piring bertemu yang terdengar.
"Kamu mau nikah kapan?" Tanya Kak Yudhis tiba-tiba, aku sontak mengangkat wajahku menghadapnya.

"Aku bakalan pindah tugas ke semarang kalau tetap jadi guru tapi kalau aku mengundurkan diri dari guru aku bakalan ngurus perusahaan Admaja crop di Surabaya. Aku nggak mau ninggalin kamu tanpa kepastian hubungan, toh kamu udah lulus bentar lagi kamu bisa ikut aku kan kemana kerjaku nanti" jelas Kak Yudhis, aku masih diam banyak hal yang berkecambuk di hatiku,

Kalau aku pergi nanti gimana rencana kuliah bareng six most, aku nggak pernah jauh dari orang tua, aku juga belum mampu kalau jadi istri di usia muda,

"Kamu serius?" Tanyaku
"Aku serius ris," jawab Kak Yudhis mantap.

"Aku nggak tau harus jawab apa kak, kamu tau kan kita udah pernah bahas ini kalau kita nikahnya nunggu aku wisuda kalau nggak ya 2 tahun kedepanlah, umur aku masih jalan 18 lho kak, aku belum siap kalau harus nikah tahun ini, apa lagi kalau harus pindah tempat tinggal, aku nggak pernah jauh dari orang tua, aku bener-bener pengen kuliah di sini, aku belum bisa jauh dari anak-anak six most tapi aku juga nggak mau jauh dari kamu" jelasku

"Aku tau kamu bakalan bilang kayak gini, tapi aku harus ambil salah satu dari pekerjaan ini, dan harapanku kamu ada di sisi aku saat aku lagi berjuang dari bawah kayak sekarang, tapi kamu punya hak buat ambil keputusan, aku nggak bisa paksa kamu buat ikut aku tapi aku juga nggak tau hubungan kita kayak apa kalau kita jauh nanti, kamu itu bukan tipe gadis yang gampang aku dapatkan, tapi aku nggak yakin kalau kamu nggak ketemu orang yang lebih dari aku, aku cuma nggak mau ninggalin kamu dan jauh dari kamu,"

Kak Yudhis bangkit dari kursinya menghampiriku memelukku dari samping.

"Aku sayang kamu lebih dari apapun, aku nggak maksa kamu kalau emang kamu nggak siap, nggak usah di pikirin , kamu fokus Ujian Nasional aja yang udah deket, aku bakalan cari jalan keluar agar bisa tetap netap di sini sama kamu''

"Maksih" ucapku lirih

Tbc

My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang