DUA PULUH ENAM

94 3 0
                                    

Ibu..
Kau tahu? Anakmu sudah tumbuh dewasa, serpihan luka rumah tangga kalian membuat ku dewasa sebelum waktunya😊.

Ayah..
kau tahu? Sebuah amarah dan bentakkanmu membuat ku mengerti, bahwa suatu hal yang kecil bisa membuat seseorang menjadii arrogan.

Ayah , Ibu..
Aku pernah berdoa, untuk selalu mengutuhkan hubungan kalian berdua. Apa ayah ibu tahu? Tuhan belum mengabulkan semua doa doaku.

Aku pernah membenci sebuah pertengkaran, saat itu umurku masih belum cukup untuk mengerti sebuah masalah yang kalian permasalahkan, sampai akhirnya timbul perpisahan.

Aku selalu Iri, untuk satu hal,yaitu "Hangatnya kebersamaan keluarga" .
Tubuhkuu begitu Tabah, untuk menerima sebuah kenyataan yaitu perpisahan.

Ayah , Ibu..
Aku menyayangi kalian bersama serpihan luka yang memeluk Erat Tubuhku💕

-Anonim

***


Putri pov on

Dear: Hati

Tolong jangan buat aku menjadi semakin lemah karena egoku..

Aku duduk di tepi ranjang, menatap sekelilingku, aku menghela nafas berat. Ku dengar teriakan Rizky di lantai bawah dia tampak kesal karena Om Dilan mengodanya terus. Suara tante Dewi yang tertawa, aku tersenyum kecut, semua ini membuatku iri.

Mendengar tawa bahagia keluarga ini dan hangatnya suasana membuat hatiku semakin miris, aku bahkan lupa kapan aku tertawa di antara Mama dan Papa

Aku iri melihat Rizky, dia punya orang tua yang utuh, keluarga bahagia dan semua inginnya terpenuhi, dia punya Pak Yudhis yang baik , sabar dan begitu sayang padanya.

Dia punya 2 keluarga yang menjadikannya putri di rumah mereka, calon mertuanya yang menyayanginya, dan aku iri melihatnya.

Air mataku jatuh kala mengingat Papa yang membentak Mama, dan Mama yang terus mengumpat dan ikut marah menggunkan Bahasa Inggris.

Saat Mama mengecup keningku dan kemudian pergi dari rumahku tanpa satu katapun, dan tidak pernah kembali.

Nafasku tercekal saat ingat Papa membawa Wanita berkrudung dan mengenalkannya padaku sebagai calon mamaku, saat seorang anak laki-laki yang kutau anak wanita itu menatapku dengan tatapan mesum dan bahkan hampir 2 kali melecehkanku.

Aku menanggis kala sadar betapa pedihnya hidupku ini. Saat ku ingat Mama memasakan tumis kentang tiap pagi, dan mengajarkanku piano. Aku rindu hangatnya kasih keluarga. Tapi saat ada wanita lain di antara keluargaku Mama memilih pergi. Aku benci wanita itu yang kini jadi Aama tiriku. Dia berhijab tapi dia merebut Papa dari Mama sikap sok baiknya membuatku muak

Meski aku berada di sini dan di anggap anak tapi aku sadar aku bukan siapa-siapa.

***

"Anggap Rumah sendiri" aku mengikuti Satria masuk Rumahnya.

Satria tiba-tiba datang kerumah rizky dan mengajakku kerumahnya, Rizky terus menggodaku, bagaimana tidak aku belum lama ini bilang kalau naksir Satria, dan pagi-pagi dia udah nonggol aja padahal aku baru saja mandi, apalagi moodku kurang baik hari ini, gara-gara aku ingat Mama

"Iya"

"Duduk aja dulu gua mau ke dapur, kayaknya Bunda di sana"

"Iya"

Aku duduk di sofa dan menatap sekeliling, rumah ini bagus dan rapi.

"Dari mana kamu Bang kok pagi-pagi keluar" Aku mendengar suara dari ruang belakang, sertinya Bunda Satria.

My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang