EMPAT PULUH TUJUH

15 1 0
                                    


"Kayak bunga hias yang nggak boleh terlalu di tekan dengan banyak air atau bakalan busuk, sama kayak cinta yang nggak boleh terlalu di tekan nggak baik..!!"-Anonim

======

"Siapa sih yang nyariin"
Aku terus berlari ke ujung koridor tempat Ruang BP berada. Aku mengetuk pintu.

Tok tok

"Masuk" Suara Pak Yudhis. Aku membuka pintu aku mengerutkan keningku saat melihat siapa yang ada di sana. Kosong. Tidak ada siapa-siapa hanya Pak Yudhis yang sibuk dengan Laptop di meja dan kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya.

"Kenapa.?" Tanyaku saat mendaratkan bokongku di sofa di depannya.

"Ada yang nyari kamu, dari pagi udah buat ribut ruang BP!"

"Siapa yang nyari saya.?"

"Gimana Rizky udah dateng?" Aku menengok ke Pintu ada Bunda yang membawa tas Jinjing.

"Bunda.?" Tanyaku dengan heran. Bunda tersenyum . Aku mendekati Bunda mencium tangannya dan duduk di sofa kembali dengan bunda di sebelahku. Pak Yudhis masih sibuk dengan laptopnya.

"Bunda ganggu kamu.?" Tanya Bunda  aku menggeleng.

"Bunda kenapa Manggil Rizky.?"

"Bunda cuma mau ketemu kamu"

"Kenapa harus ke sekolah,Bunda.? Rizky kan bisa ke rumah nanti pulang sekolah kenapa harus repot-repot ke sini"

"Kalau nggak gini nggak ketemu, kamu kapan terahir kali ke rumah bunda.? Lama kan.?" Aku nyengir aja. Karena jujur aku saja lupa kapan kesana.

"Tuhkan. Bunda tadi ada urusan sama kepala sekolah dan direktur yayasan sekolah ini sekalian ketemu kamu"

"Maaf ya bun jarang ke sana"

"Iya nggak papa tapi setelah ini kesana ya"

"Iya bun"

"Kamu ada ujian praktek hari ini.?" Tanya pak Yudhis.

"Ada, tadi baru selesai Ujian Praktek seni budaya, nanti habis istirahat Bahasa indonesi"

"Di suruh apa.?"

"Nyanyi, nanti baca Puisi"

"Lancar?" Aku mengangguk. Kalau sudah di sekolah kami akan otomatis bersikap selayaknya Guru dan siswa.

Kami mengobrol lama sampai aku menghabiskan jam istirahat di sini.
Baru setelah istirahat aku kembali ke kelas. Aku nggak lapar karena Bunda tadi bawa makanan.

Aku kembali kekelas dan di sana ada Six most yang sedang duduk di Bangkuku dan sekitar bangkuku.

Aku mendesah lelah dan duduk di kursiku setelah mengusir Ciko.

"Ngapain di ruang BP.?" Tanya Putri.

"Camer Gua di sana.?" Jawabku lesu.

"Bonyok Pak Yudhis.?" Tanya Bagas kaget.

"Bunda, gua capek ngobrol sama Bunda di sana Mana bahas Nikah lagi kan otak Gua nggak nyampek" keluhku.

"Serius lu.?" Tanya Satria kaget.

"Iya, emang sih gua pernah bahas sama Kak Yudhis tapi nggak sama orang tua, kalau ada orang tua itu beda, bayangin aja masak Bunda Bilang suruh cepet lulus terus Nikah. Dan lagi katanya jangan nunda buat momongan. Kalian bayangin aja gimana merahnya muka gua tapi"

"Wahahahahaha" dan tawa kelima temanku pecah. Aku melotot kesal pada mereka.

"Nggak lucu.!" Sentakku. Mereka tertawa lagi.

My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang