TIGA PULUH DUA

24 1 0
                                    

"Are you oke sayang..?" Tanya Bara dan memelukku sekilas

"I'm oke beb" jawabku kemudian membalas pelukan Bara sekilas.

"Bebek tapi" seruku kemudian.. Bara memanyunkan bibirnya kami semua terbahak. Sedetik kemudian Bara Mengacak rambutku sambil tertawa.

"Cieee balikan" goda Bagas, aku tersenyum malu-malu.

"Jiahh malu-malu kayak prawan PMS aja lu Riz" Goda Ciko, semua tertawa ngakak sedangkan aku memanyunkan bibirku.

"Sialan lu" kutimpuk kepala Ciko dengan buku di meja.

"Pulang bareng yuk entar" ajak Satria

"Ayok.. Ntar kita ke Dufan dulu" Seru Putri antusias.

"Jangan sekarang deh Frisya ngajak ke mall ntar pulang sekolah" Tolak Bagas.

"Salsa juga mau ke rumah gua ntar, Besok aja deh"

"Yah nggak seru lu pada" kesal Putri.

Line

Ponselku berbuyi

Kak Yudhis 💍
-Pulang bareng ya,

Aku tersenyum kecil

"Gua juga nggak bisa " Tolakku sambil ku perlihatlan line dari Pak Yudhis.

"Ya udah deh besok aja, lu tadi bawa mobil nggak put.?" Tanya satria. Putri menggeleng.

"Gua tadi sama rizky soalnya. Dianter bokapnya"

"Pulang sama gua aja kalau gitu.. Lu bar.?"

"Gua ntar di jemput Tania. Dia bawa mobil"

"Oke deh"

Ku buka lineku lagi.

Me.
-Iya.

***

Aku berjalan pelan keluar kelas di ikuti dengan six most.

"Gua penasaran sama cewek lu bar, mumpung dia jemput lu kenalin gua ya" Pintaku pada Bara.

"Iyaa, lu juga belum kenal kan put.?"

"Belum bar"
Kami segera keluar sekolah, bagas mencar dan menghampiri frisya sebelum di ajak kenalan sama Tania.

Bara mengetuk sebuah kaca mobil di depan sekolah. Mereka berbincang sebentar kemudian seorang gadis berjilbab muncul dia cantik, senyumnya manis dari pandanganku dia gadis baik-baik dan pasti nggak banyak omong.

"Ini cewek gua.. Kenalan gih"
Tania menatap Bara sebentar kemudian megulurkan tangannya.

"Tania" suaranya halus. Ku terima uluran tangannya.

"Rizky"

"Gua putri'' putri menerima uluran tangan tania.

"Ehhh kadal Arab" Seru Bagas yang baru datang. Tania menatap Bagas dengan tatapan ingin membunuh.

"Biasa aja neng kalau liatin iyaa abang tau kok kalau abang ganteng" celtuk Bagas dengan tawanya. Aku hanya geleng-geleng kepala. Bagas mengandeng frisya dan berhenti di dekat kami.

"Pacarnya Bagas..?"Tanya Tania pada frisya. Frisya mengangguk.

"Gua saranin lu yang sabar-sabar ya punya pacar kudanil belanda ini. Kadang di gesrek" ujar Tania. Aku mengangga nggak ngira kalau Tania juga nyablak. Frisya mengangguk kikuk.

"Gua tania pacarnya Bara. Lu...?" Tania mengulurkan tangannya dan di sambut frisya.

"Mawar.. Tapi anak six most mangginya Frisya"

"Ok, ehh ciko mana..?" Tanya tania yang mingkin baru sadar ciko nggak ada.

"Jemput pacarnya" jawab satria.

"Ohhh.."

Motor pak yudhis berhenti di dekat six most. Sontak semua menatap pak yudhis. Tampangnya datar saja. Dia melepas helemnya dan kemudian mentapku.

"Ayo"

Aku mengangguk.

"Pulang dulu ya guys" pamitku dan di angguki mereka. Aku menerima helem dari pak yudhis dan segera naik boncengannya.

Suasana canggung sepanjang jalan. Pak Yudhis hanya dan diam dan benci situasi seperti ini. Ku lingkarkan tanganku di pinggang Pak Yudhis sambil ku sandarkan kepalaku di punggungnya. Aku rindu aroma tubuhnya rindu dengan semua hal yang dulu kulakukan dengannya.

"Kamu kenapa.?" Tanyaku ahirnya. Pak Yudhis menatapku dari sepion dan menggeleng.

Aku menghembuskan nafas kasar dan mempererat pelukanku. Tangan kiri pak Yudhis meraih tanganku dan mengengamnya erat. Aku tak tau dia kenapa tapi aku harap dia

My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang