"Mantan.. Oh mantan"
***
Dia Vasco, mantan Pacarku beberapa bulan yang lalu, dia sosok yang membuatku pelan-pelan mengurangi sifat bar-barku, dan sejak perginya dia aku benar-benar hancur dan terpuruk.
Vasco duduk di sisi Ana pacarnya sekarang yang jadi primadona di sekolahku, dia cantik sangat cantik malahan, Vasco sibuk dengan ponselnya dan Ana terus ngomong dan sesekali di tanggapi Vasco dengan anggukan atau menjawabnya dengan singkat.
Aku teringat dulu aku yang di sebelah Vasco, dan Vasco yang bawel terus mengajakku ngobrol dengan panjang lebar,dan aku selalu tertawa dengan lelucon garingnya, namun sayang aku memang tak bisa bersama dengannya.
Vasco menoleh padaku, pandangan kami beradu, dia tersenyum manis dengan lesung pipi yang tampak di satu sisi pipinya, hatiku berdesis, aku membalas senyumnya dengan luka di hati.
Dia memutuskan aku tanpa sebab di parkiran sekolah dan aku mengiyakan saja tanpa banyak bertanya walau ada ribuan pertanyaan di benakku tentang alasan apa yang membuatnya mengahiri hubungan kami.
Aku menatap Pak Yudhis yang sedang menyantap sotonya, apa pandangan Vasco tentang aku yang makan siang dengan guru BK, apa dia berfikir aku sedang beralih ke Om-Om setelah putus dari dia, ah Om-Om umur Pak Yudhis terlalu muda untuk itu tapi profesinya yang membuatku berfikir seperti itu.
Kami memutus kontak mata setelah aksi tatap-tatapan beberapa saat, aku menyendok sotoku dengan lesu.
"Mantan?" tanya Pak Yudhis, aku mengangguk, lesu rasanya setelah melihat Vasco.
"Dia laki-laki baik sepertinya" puji pak Yudhis.
"Dia memang baik Pak" ujarku lesu,
Soto Pak Yudhis tinggal sedikit sedangkan milikku masih utuh.
"Tapi saya belum kenal dia" aku hanya tersenyum menanggapinya.
Ana itu sempurna di mataku, bahkan aku yang perempuan sadar akan hal itu, Vasco cocok dengannya, cantik dan tampan, cowok baik-baik macam Vasco cocok dapat gadis baik-baik macam Ana.
Ana anak IPA, dia kalem dan baik, pintar pula, lha aku anak IPS yang bar-bar.
"Pak kalau ada yang salah paham sama kedekatan kita bagaimana?" tanyaku pada Pak Yudhis, dia menatapku.
"Biarkan saja, mana ada yang berfikir guru pacaran sama muritnya" jawab Pak Yudhis enteng.
"Pak liat deh banyak yang liatin kita, bahkan ini lebih parah ketimbang saat saya pacaran sama Vasco"
"Biarin kalau ada yang macam-macam sama kamu saya yang bakalan kasih perhitungan ke mereka"
Deg
Perhatian Pak Yudhis, aku tau pak Yudhis nggak ada niatan baperin aku, toh aku muritnya, jelas itu hanya perhatian dari guru BP ke siswanya yang kena masalah.
***
Yudhistira pov
Lihatlah wajahnya , manis.
Cuma itu yang aku tangkap, dia adalah siswiku tapi entah kenapa ada rasa yang mendorongku untuk memilikinya, aneh aku tau itu.Melihatnya murung saat melihat Mantannya punya pacar baru membuat hatiku berdesis,
Aku tau tidak baik menjalin hubungan dengan muritku sendiri tapi aku bisa apa, hatiku seolah berkata 'jaga dia'
Dia gadis bar-bar dan nggak seharusnya aku dengannya, tapi malaikat di pundakku mengatakan bahwa aku bisa rubah dia menjadi gadis yang belih baik.
Walau posisiku aku akan bertunangan
Yudhistira pov end
***
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher
Teen Fiction(ON GOING) Cover by Canva Cerita sederhana. Tentang Persahabatan dan Cinta. Bukan cerita cinta klasik yang di dominasi Antagonis yang berperan jadi Orang ketiga. Bukan hanya tentang Cinta tapi juga tentang arti sebuah persahabatan antar laki-laki da...