TIGA PULUH LIMA

14 1 0
                                    

"Kenapa ikut Tawuran? "

Aku melupakan satu hal sebelum aku pulang dan mendapatkan wejangan dari orang tuaku pastinya Pak Yudhis yang akan memberikan banyak pertanyaan dan ceramah yang nggak akan habis hanya dalam waktu satu jam dan aku melupakan itu, kini di depanku duduk pak yudhis sambil mengaduk jus jambunya santai ,

"Aku tanya lagi kenapa tawuran? "
"Ikut anak-anak " jawabku akhirnya
"Kamu sadar luka kamu kayak gini, nggak malu wajahnya lebam kayak gini? " tanya pak yudhis lembut tangannya memegang wajahku lembut
"Maaf! " ujarku
"Iyaa, ini yang terakhir kan ngga ada lagi yang ke empat kan? "
"Ini yang terakhir" jawabku dengan senyum Aku bersyukur ternyata pak yudhis nggak marah-marah seperti biasanya
"Aku khawatir waktu dengan kamu dan teman-temanmu ikut tawuran"
"Maaf udah buat kamu khawatir "ujar ku tulus
"Iyaa yang penting kamu baik-baik saja sekarang "
Aku tersenyum dan mengangguk

ku makanan sate pesananku, sepulang sekolah pak yudhis mengajakku makanan di rumah makan dekat taman kota rasanya beban kemari lenyap hanya karena senyum Pak Yudhis.

"Persiapan ujian nasional sudah matang riz?"
"Udah lumayan lah kak, "
"Belajar yang bener ya "
"Bantuin! "
"Iya aku bantuin kalau ada waktu senggang "
"Makasih "
"Belum di bantu udah bilang makasih "
"Makasih udah suka aku sebegini besarnya" ujar ku dengan senyum tulus ku,
"Makasih juga udah mau nerima Aku lagi"
"Iya sama-sama "

***

"Inget tempat ini nggak? " tanya pak Yudhis

"Inget, ini tempat kita dulu pertama kali kencan" jawabku dengan senyum

"Sini duduk " pak yudhis menepuk tempat di sebelahnya aku mengangguk dan duduk di sebelahnya  di bawah pohon yang dulu di pakai tidur pak yudhis kami duduki sekarang, ini adalah taman bunga yang dulu kami kunjungi rasanya baru kemarin kita ke sini padahal sudah lama dan bayak yang sudah kami lalui bersama,

"Kamu mau kuliah di mana habis ini? " tanya pak yudhis
"Yang dekat aja maunya"
"Sekolah yang bener oke" ujar pak Yudhis sambil mengacak puncak rambutku Aku tersenyum dan mengangguk, pak yudhis menepuk pahanya menyuruhku duduk diam pangkuannya, aku diam seketika ragu namun ahirnya aku menurut dan duduk di sana,

pak yudhis memeluk pinggangku dari belakang, dan menenggelamkan kepalanya di atas pundaku , aku merasa geli di tengkuk ku saat pak yudhis membuang nafas ,

Kami saling diam tanpa bergerak atau bicara merasakan posisi nyaman yang baru pertama kali kami lakukan,

"Kamu udah pernah kissing? " tanya pak yudhis tiba-tiba aku buru-buru menggeleng kaget dengan pertanyaan vulgar nya,

"Aku juga belum " jawabnya,entahlah aku merasakan senang saat pak yudhis bilang begitu,

"Kamu pengen nggak?" aku diam aku cewek normal dan pastinya pernah merasakan pengen tapi aku masih ragu kalau harus melakukan itu walaupun dengan tunangan yg pasti aku cintai,

"Jangan ya! " ujar pak yudhis lagi aku masih diam walau agak heran

"Nggak kok " jawabku akhirnya

"Bagus, kalau kamu nggak mau kan nggak ada alasan untuk ku khilaf "

"Hee???" Respon ku kaget dan langsung memutar tubuhku menghadap pak yudhis, sejurus kemudian dia mengecup keningku dan memutar tubuhku yang masih syok dengan kecupan tiba-tiba nya menghadap ke depan seperti posisi awal tadi, dia memelukku lebih erat dari tadi dan menaruh kepala nya di puncak ku,

"Aku laki-laki normal yang kadang juga napsu sama kamu, tapi aku selalu jaga batasan agar kita nggak sampek khilaf.. jujur aku sering pengen cium bibir kamu tiap kamu senyum manis atau kamu pakek lipstik, tapi dengan kamu bilang nggak mau ciuman udah buat aku lega seenggaknya kamu nggak bakalan buat aku buru-buru pengen halalin kamu " ujarnya, aku ingin terbahak rasaya mendengar suara pak yudhis yang pasrah dan nada sebal nya,

"Nunggu rizkynya gede dulu ya kak baru di halalin" canda ku

"Di jaga ya bibirnya jangan sampe ada yang nyentuh selain aku kalau kita halal nanti "

Bluss

pipiku pasti merah sekarang dasar pak yudhis suka banget buat aku baper ,

"Aku sayang banget sama kamu" ujarku

"Aku juga" jawab Pak Yudhistira

"Apa yang buat kamu suka aku?" Tanyaku
"Nggak ada " jawabnya
"Masak??" Tanyaku heran
"Sayang itu nggk butuh alasan"
"Jawaban paling nggak mikir " sindirku, pak yudhis tertawa lepas aku merasakan pelukannya semakin erat di perutku
"Nggak tau kenapa cewek hobi banget nanyain alasan cowok sayang sama pasangan nya " ujar pak yudhis

"Kamu liat langit itu! "Tunjuk pak yudhis pada langit senja di depan kami
"Dia nggak punya alasan khusus buat bikin orang seneng liat keindahannya tapi baginya asal yang liat dia seneng dia akan selalu muncul tiap hari sama kayak aku, aku nggak punya alasan buat sayang kamu tapi yang penting kamu bahagia aku bakalan sayang kamu lagi lagi dan lagi" ujar pak yudhis..

oh tuhan dia pak yudhis kan guru BP yang Selalu tegas kan dia pak yudhis yang nggak pernah ngomong sayang tiap ngobrol kan?? Kok bisa manis ya

aku hanya diam masih mencerna ucapan pak yudhia yang kelewat manis

"Ayo pulang, cari makan malam sekalian" ajak Pak Yudhis, aku mengangguk dan menerima uluran tangan Pak Yudhis dia mengandeng tanganku menuju motornya,

kita makan dulu di warung Bubur yang dulu sempat kita kunjungi berdua sebelum pulang dan memesan Bubur Ayam yang dulu, di sini ramai maklum lah rasanya enak dan tempatnya bersih, kurapatkan hoodie yang kupakai menutupi seragam abu-abu putih ku, aku belum pulang sekolah sejak tadi siang pak yudhis langsung mengajakku jalan dan belum memulangkan aku sejak tadi, di sini juga dingin,

"Dingin?? " tanya pak yudhis. Aku mengangguk pelan
"Sabar ya bentar lagi jadi kok pesananya" ujar pak yudhis lembut, aku mengangguk lagi

"Adma bukan?? " tegur seseorang pada pak Yudhis dengan ragu, pak yudhis sontak menoleh

"Farel!! " ujar pak yudhis dengan nada kaget dan langsung memeluk cowok itu ala-ala Bad Boy ketemu teman lama
"Apa kabar lu kunyuk " seru cowok itu
"Baik sama siapa lu "
"Sama bini "
"Lu udah nikah??! " tanya Pak Yudhis syok
"Hehehe iyaa "
"Lu kok nggak ngundang gua setan"
"Cuma Akad nikah doang kok gada resepsi pernikahan nya gimana lagi itu aja buru-buru nyokap udah krisis di RS dan mau gua nikah buru-buru "

"Bukannya lu jomblo selama ini nikah sama siapa lu mana bini lu??" Tanya pak yudhis tidak sabaran..
"Lagi ngambil pesenan"
"Udah berapa lama nikah ? "
"Baru 2 bulan kok"

mataku terbelakak saat melihat seorang gadis di depanku dia menaruh mangkuk bubur di depan kak farel

"Frisya" pekikku,

My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang