EMPAT PULUH EMPAT

10 1 0
                                    

"Rizky kok di sini" aku menatap Vasco yang berdiri di depanku, aku tersenyum kecil.
"Nemenin kak Yudhis" jawabku
"Ohh Pak Yudhis tamu Kak Rama?" Tanya Vasco, yang terdengar basa basi di telingaku.
"Iya,"
"Apa kabar?" tanyanya dengan nada lirih, entahlah tapi aku melihat Siratan kerinduan di matanya. Aku tersenyum getir,
"Baik, kamu sendiri"
Oh tuhan bahkan aku masih memanggilnya dengan Aku-Kamu,
"Nggak sebaik saat masih sama kamu" jawabnya. Aku menatap Matanya. Aku rindu mata itu menatapku dengan penuh cinta, aku rindu bibir itu memanggil namaku dengan manja. Aku rindu semua itu.
"Kenapa.? Bahkan kamu dapat pengantiku lebih cepat dari dugaanku" sinisku.
"Aku cuma heran kenapa kamu nggak pernah nanya alasan aku minta putus?" Ujar Vasco dengan nada yang terdengar pilu.

"Kenapa..? Nggaruh kalau aku nanya.?''
"Kamu tau. Aku nggak pernah bisa bahagia kyak kamu sekarang, aku selalu cari gadis yang bisa buat aku lupa kamu tapi aku nggak bisa"

Aku hanya menatap Wajah Vasco tidak memotong ucapannya.
"Aku mutusin kamu bukan karena ada cewek lain, bukan gara-gara aku udah nggak suka kamu lagi, tapi karena aku sadar kita nggak bisa ngelangkah bareng lagi"

"Aku di jodohin, dan aku nggak boleh nolak dia, dia Anna Riz.!, tapi kami gagal di jodohin karena bisnis keluarganya curang perusahaan orang Tua Anna curang"

"Vasco, aku nggak peduli alasan kamu apa, nggak akan ngerubah apa yang udah terjadi. Aku udah bahagia dengan hidupku sekarang , makasih banget udah buat gw jadi cewek yang beruntung saat pacaran sama lu, tenang gua nggak benci lu kok , gua bahkan masih pakek Dress dari Lu" ujarku menahan sesak di dadaku. Aku ingin menanggis tapi aku nggak bisa.

"Aku pergi dulu" Pamitku menjauh, aku mengambil tempat duduk di dekat panggung, namun tanpa ku duga Vasco berdiri di sana, aku ingin menjauh tapi kenapa dia malah di sana.

"Selamat malam semuanya.. gue mau nanyi buat Someone yang ada di sini, sekalian ngeramein acara kakak gue.."

"Cek.. cekk" Vasco mengecek suaranya, suara akustik dari gitar di tangan Vasco terdengar merdu.

"Kau temukan lagi
Seseorang yang bisa menjadi
Pendampingmu
Saat kau lemah
Dia kan mencoba
Membuatmu bahagia
Dan menjadi penopang
Saat kau lelah (letih tak berdaya)

Disaat kau merasa lemah tak berdaya
Dia kan mencoba
Memelukmu dengan hatinya

Kuingin engkau percaya
Bahwa kubahagia melihatmu dengannya
Kuminta tetaplah setia
Bahwa kubahagia melihatmu dengannya

Tak ada lagi kutakutkan
Dari kehilangan ini
Kutetap berdiri

Kau temukan lagi
Seseorang yang bisa menjadi
Pendampingmu
Saat kau lemah letih tak berdaya..."
(Astrid- Bahagia melihatmu dengannya)

Suara Vasco terdengar merdu, aku tau suara Vasco merdu karena bukan pertama kalinya aku mendengarnya. Vasco menatapku dengan senyum manisnya. Ya tuhan aku rindu saat-saat dulu dengannya.

Aku nggak munafik, aku masih rindu dan ingat waktu yang kuhabiskan dengannya.

"Enak ya.?" Ujar Kak Yudhis lirih, dia memelukku dari belakang, melingkarkan tangannya di pundakku.

"Kamu jahat ninggalin aku sama cabe kayak Sasa" ujar Kak Yudhis dengan nada kesal.
"Sejak kapan merek Micin Sasa jadi produk cabe" godaku sambil terkekeh.
"Tu kan resek" aku Tertawa puas,
"Ayo pulang" ajakku.
"Ayo"

Kami pulang, sudah jam setengah 9 malam. Sepanjang perjalana tidaka ada yang membuka obrolan. Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri mengingat dengan jelas raut wajah Vasco yang sedih, bahkan aku yakin dengan pasti kalau lagu tadi untukku. Bukannya aku kepedean tapi sangat jelas matanya menatapku.

Yudhistira Pov on.

Aku cemburu. Iya aku cemburu, walau aku tau aneh kalau cemburu dengan mantan kekasih dia. Aku bisa melihat dengan jelas raut bahagia di wajah Rizky saat Vasco menjelaskan alasan mereka putus, sorot teduh Vasco. Lagu yang di nyanyikan tadi dengan tatapan yang tak lepas dari gadisku. Ingin ku hajar saja dia kalau saja aku tidak melihat Rizky tampak juga Rindu dengan Vasco meski sikap acuhnya mencoba menutupi semua itu.

Aku dengar semua percakapan mereka. Karena sepeninggal Rizky tadi aku langsung pergi dari hadapan Sasa. Aku sekarang jadi ragu kalau di hati Rizky hanya ada namaku. Pasti masih ada orang lain di sana.

Lebih dari setengah jam kami saling diam , tempat Resepsi Rama jauh dari Rumah Rizky, aku bahkan kaget saat tau Istri Rama kakak kandung Vasco.

Aku menyalakan radio, setidaknya ini manpu mengurangi rasa sunyi di dalam mobil.

"Selamat malam wika muda ketemu lagi sama Rizka di malam hari ini. Buat malam ini gw mau bahas soal Mantan, buat wika muda sendiri apa sih arti mantan buat kalian.. gw pernah denger ada yang ngomong ke gw kalau Mantan itu sampah, ada yang bilang kenangan, ada yang bilang kesalahan terindah, dan banyak lagi, tapi kalau bagi gw sendiri mantan itu orang yang pernah berjuang mati-matian agar kita bahagia, orang pernah jadiin kita someone di hidupnya ya walau berahir dengan tragis sih , tapi seburuk apapun mantan lo jangan dendam sama dia. Ya  meskipun alasan kalian putus karena orang ke 3, kita intropeksi diri aja apa yang kurang di diri kita sampai dia lirik orang lain dan cari orang lain buat ngasih sandaran saat dia ada masalah.

Atau ada yang karena nggak di restuin, nyesek sih kalau orang tua udah ikut dalam hubungan kalian, tapi bagi gw mantan itu kenangan dan bakalan gw kenang terus...

Dan buat kalian yang lagi Taken. Gw harap kalian langgeng terus, yang lagi berantem jangan lama-lama gw tau diam itu nggak enak Hehehehe.
Oke. Buat malam ini gw mau putar lagunya Geisha - lumpukanlah ingatanku.. buat kalian yang lagi gagal move on jangan baper ya"

Dan lagu Geisha menggema di seluruh penjuru mobil.

"Yang"

Aku menoleh, agak kaget Rizky memanggilku dengan 'yang'

''Iya.?" Tanyaku dengan nada lembut.
"Aku baper"
"Sama lagunya.?" Tanyaku dengan nada lembut menutupi rasa pedihku.
"Bukan,"
"Terus.?"
"Sama pernikahan temen Kamu. Mereka serasi banget ya. Kelihatan bahagia banget. Kak Bela itu cuma 2 tahun di atas aku, nikah muda ya mereka." Rizky tersenyum saat bercerita.

"Kalau kita nikah nanti bikin acara yang simple aja ya kak, tapi ngundang orang yang banyak" Rizky terkekeh sendiri dengan ucapannya.

"Kita buat pernikahan impian kita, kita buat semua seperti keinginan kita" ujraku mantap.

"Aku sayang kakak. Sayang banget" ujarnya tanpa menatapku dan fokus dengan jalan di depan.

Ada perasaan hangat yang menjalar di hatiku mendengar pengakuan Rizky yang amat sangat jarang itu. Aku meraih tangannya. Menggengamnya dengan erat.

"Aku jauh lebih sayang kamu" balasku. Dia tersenyum lembut dan tulus.

Aku yakin aku semakin jatuh cinta semakin dalam padanya. Rasa cemburu dan ragu hilang seketika.

"Kita nanti buat Rumah sendiri kan yang kalau habis nikah.?" Tanya Rizky memastikan.

"Iya lah. Kita bangun sama-sama sesuai ingin kita"
"Aku pengen halaman yang luas, ada lapangan Basket di belakang Rumah karena aku pengen anak pertama kita nanti cowok dan jago basket kayak kamu, ahhh aku bahas yang terlalu cepat ya" ujarnya tapi dengan senyum menawannya.

"Enggak, aku malah suka. Itu berarti kita sama-sama punya impian bangun rumah tangga yang bahagia nantinya. Nggak sabar buat datang kerumah kamu dan minta kamu lagi di depan orang tua kamu dan nyematin marga Admaja di belakang nama kamu" jawabku dengan perasaan yang tak bisa aku bayangkan.

Mobilku tepikan di depan gerbang Rumah Rizky yang tinggi menjulang. Aku ikut keluar dari mobil.

"Aku masuk dulu ya. Aku nggak nawarin masuk dulu udah malam lagian Mama sama Papa lagi di Rumah Oma, jadi kakak nggak perlu pamitan" ujarnya lembut.

"Iya aku langsung pulang, langsung tidur ya kamu. Nanti aku line kalau udah sampai Rumah."

"Iya hati-hati"

Aku mendekatinya dan memberi kecupan singkat di dahinya.
"Selamat malam. Makasih udah mau nemenin aku"

Tanpa menunggu jawabannya aku masuk mobil dan pulang.

Tbc

My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang