LIMA PULUH TIGA

36 1 0
                                    


Suara dentuman musik masih menggema di seluruh penjuru rumah. Pernikahan ini memang di laksanakan di rumahku. Karena rumah kak Yudhis nggak terlalu pas buat acara pernikahan. Kata Mama dari pada menyewa gedung lebih baik memakai rumah sendiri yang cukup luas ini.

Malam ini rasanya semua kebahagiaan dunia ada di rumah ini. Semua keluargaku datang. Mama dan Papa tampak bahagia dan selalu tersenyum saat menyalami tamu-tamu yang datang.

Aku melihat Bagas yang bermain gitar dan ciko yang bernyani dengan di temani pacar mereka di panggung yang di sediakan di halaman belakang rumahku. Mereka tersenyum dan turut meramaikan malam ini. Satria dan Putri juga tampak serasi. Mereka berdua sedang mencicipi BBQ yang di panggang Satria. Aku nggak tau sampai kapan mereka berdua menutupi perasaan mereka di balik nama persahabatan. Six most pernah membahas ulang soal rules yang di buat dulu, kalau Putri dan Satria boleh pacaran tapi mereka sendiri yang nyangkal kalau cuma sahabatan dan nggak lebih. Tapi ya siapa yang tau kalau nantinya mereka nikah. Setauku Satria emang tipe cowok baik-baik yang nggak pernah punya pacar. Tapi nggak tau kalau aku lupa. Seingatku emang satria jomblo sejak lama.

Kak Yudhis tengah sibuk dengan teman-teman kerjanya. Dan aku memilih mengobrol dengan kerabat-kerabatku.

"Ya tuhan kiki sumpah gue nggak nyangka lo nikah secepat ini" komentar Athan yang baru saha datang dengan pacar barunya yang kelihatan masih kecil. Kalau nggak salah dia gadis yang aku lihat makan di cafe sama Athan bebetapa waktu yang lalu.

"Hehehe niat baik harus segera di lakukan kan than" jawabku dengan senyum manis seperti biasanya.

"Yayaya. Btw doanya yang baik-baik aja deh. Gue nggak pinter ngerangkai kata"
"Oke maksih ya"
"Sama-sama."
"Nikamti hidangannya dulu ya than. Mbak" ujarku pada Athan dan Pacarnya. Setelah mereka pergi datang Raka dia sendirian.

"Riz selamat ya." ujarnya sambil menyalami tanganku.
"Nggak nyangka lu nikah dan udah jadi istri orang. Udah nggak bisa godain lu sama manggil lu sayang lagi". Lanjut Raka.
" iya makasih. Hahaha mau gimana lagi Ka kan emang udah ketemu jodohnya sekarang"
"Padahal gua dulu nungguin lu putus sama Pak Yudhis" celtuk Raka yang membuatku terdiam.
"Gua suka sama lu dari kelas 1 kali Riz lunya aja yang populer makanya kebisaan bareng cowok-cowok makanya nggak peka sama perasaan gua. But, gua doain yang terbaik buat lu sekarang. Ingat bahagia dan sadar kalau tuhan selalu ada di sisi lu walaupun lu emang lagi ada di titik terendah hidup lu"

Aku hanya nyengir bingung harus berekspresi kayak apa.
"Makasih ya ka" dan hanya itu yang mampu aku ucapakan.
"Okay"
"Nikamati hidangannya " pesanku dan dia mengangguk. Seperginya teman-teman kelasku dulu datang.

Aku menatap Papaku yang duduk di sebelah Ayah Kak Yudhis. Papa tengah mengelap tangannya dengan tisu. Aku tau Papa baru saja menganggis. Aku tau melepas anak perempuan satu-satunya itu sulit. Papa itu menyayangiku dan tanpa di ucapkannya aku tau.

Aku lupa pernah dengar kata-kata ini dari mana isinya kurang lebih kayak gini .

'Anak perempuan itu milik Ayahnya sampai menikah, dan anak laki-laki itu milik ibu sampi mati'

Sebenarnya bukan apa-apa tapi cuma mempertegas aja kalau anak permpuan itu kebanggan Ayah dan untuk laki-laki yang sekarang mengambil alih tugas seorang ayah harus tau seberapa berharganya Perempuan itu dan harus mau menjaga Perempuannya seperti Ayah perempuan itu, dan sebagai Anak perempuan harus tau kalau suaminya itu juga masih punya ibu yang akan jadi ibunya seumur hidup, bukan apa-apa di harapkan ketika sudah menikah nanti biar nggak terlalu memonopoli suaminya dan menjauhkan dari ibu kandunganya. Istri dan Ibu itu punya tempat tersendiri di hati laki-laki dan tidak ada yang bisa mengantikan posisi masing-masing.

Aku nggak tau harus jelasin kayak gimana tapi emang anak perempuan itu kesayangan Ayah dan memang benar, walau Papa jarang pulang, walau Papa sering keluar kota, walau Papa jarang nemenin aku di rumah dan weekand tapi aku tau Papa sangat sayang aku. Papa selalu berdoa agar aku jadi orang yang sukses suatu hari nanti. Aku sempat menangis di pelukan Papa dan mama semalam. Aku tau salahku banyak. Aku nakal padahal aku nggak punya banyak alasan kenapa aku nakal. Aku punya banyak orang yang sayang aku, keluarga yang baik dan selalu mengutamakan kebersamaan dan kebahagiaan. Aku belum membalas jasa orang tuaku tapi aku sudah menikah di usiaku yang masih segini.

My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang