Hot Chocolate pake PoV saya. Bukan pake PoV pemeran. Dari awal sampe akhir.
###
"Mbak, Hot Chocolate, satu!" pinta seorang pelanggan kepada seorang pelayan. Di sebuah café yang menyediakan Hot Chocolate terbaik di kota.
"Baik. Ada tambahan lain, kak?" tanya pelayan itu ramah, umurnya sekitar 19 tahunan sama seperti dirinya, dan perempuan itu menggelengkan kepala. Pelayan tersebut pergi dari hadapan pelanggannya tersebut.
Perempuan dengan wajah datar, hidup segan mati tak mau -mungkin pepatah itu yang cocok untuknya ketika orang lain melihat wajah kusutnya-, tengah menggulirkan salah satu media sosial miliknya. Di layar tipis dalam genggamannya.
Setiap kesalahan pasti ada satu pintu untuk memaafkan. Dan setiap yang melakukan kesalahan, berhak untuk mendapatkan maaf. Mendapatkan kesempatan kedua darimu, dari orang yang Ia sayangi.
Tiga kalimat. Dua puluh enam kata. Tiga titik. Juga terdapat banyak huruf itu telah memasuki juga memenuhi pikiran tersebut.
Apa itu benar? Apa dia berhak mendapat maaf dariku? Tapi kenapa, kenapa aku belum bisa memaafkan kesalahan yang dia perbuat? Belum dapat menyembuhkan luka yang telah lama tergores?
Dia yang mencintaimu, akan berjuang untuk memperbaiki kesalahannya di masa lalu. Terus berjuang untuk mendapatkan cintanya kembali. Cintanya yang masih tertinggal pada dirimu.
Lagi, lagi, dan lagi. Tiga kalimat memenuhi layar tipis itu. Kalimat yang justru menambah kesan kesedihan sang gadis pemilik ponsel.
Kalau ada yang bertanya, apa aku sayang sama dia? Jawabannya, iya, aku sayang dia. Tapi, aku ragu akan perasaanku ini. Pasalnya, rasa kecewa yang aku dapat, lebih mendominasi dari perasaan sayang yang aku miliki. Lalu, masihkah ada harapan untuk diriku tetap berada di sisinya?
Sebesar apa pun rasa kecewa yang kamu dapat dari dirinya, Lupakanlah! Karena, cinta sejati kalianlah yang akan menyatukan kalian kembali.
Beberapa baris kalimat seakan memberi kode, bahwa kamulah yang akan berada di sisinya. Kamulah seseorang yang selama ini Ia cari. Kamulah seseorang yang selama ini Ia cintai.
Apa benar? Apa benar dia masih mencintaiku? Seperti aku yang mencintainya? Ya Tuhaan, beri beri aku petunjuk-Mu.
Kricing Kricing
Suara bel dari café tersebut memenuhi sistem pendengaran sang gadis. Namun, gadis tersebut tak menghiraukannya. Gadis yang duduk di pojok kanan café, yang langsung berhadapan dengan taman café yang sangat indah.
Seseorang berjalan ke arah tempat duduk perempuan yang tengah fokus terhadap apa yang sedang digulirnya di layar tipis itu.
"Din?!" panggil seseorang itu. Dia duduk di hadapan perempuan yang mengacuhkannya.
Perempuan itu mendongakan kepala lalu kembali fokus pada layar tipis dalam genggaman itu.
"Dinaa, ya Tuhaan!" seru orang berjenis kelamin perempuan itu. "Lu denger panggilan gue daritadi, gak, sih?"
"Gue denger lu manggil gua daritadi, Thalia." balas perempuan berpanggilan Dina dengan mata terpaku pada layar. Layar yang saat ini dipenuhi dengan quotes-quotes galau jaman now.
"Din, lu tau--"
"Misi kak, ini Hot Chocolate-nya." pelayan itu tersenyum terpaksa. Tak enak hati karena secara tak langsung memotong percakapan kedua pelanggannya tersebut.
"Mbak, steak tenderloin-nya satu, orange juice-nya juga satu." sang pelayan hanya mengangguk mendengar pesanan si tamu tanpa melihat buku menu terlebih dahulu. Seakan, dia sudah mengerti betul seluk beluk café ini. Begitu pula dengan menu yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Chocolate
Teen Fiction"Pertemuan kita memang diawali dengan keributan. Tapi aku meyakini rencana Tuhan yang indah pada akhirnya untuk kita." - Adrian Feronino. "Awalnya gue emang gak percaya yang namanya kebetulan jadi takdir terjadi di dunia nyata. Tapi dia yang membuk...