34. Dari jauh

47 16 2
                                    

Budayakan vote sebelum membaca👌

###

Terima kasih, Wir, lo udah buat Audina makin tersenyum hari ini.

***

Lagi.

Sekali lagi.

Segelas yang tak asing, bahkan sering sekali dilihat, ada di atas meja.

Masih orang yang sama yang menerima.

Masih orang yang sama juga yang menaruh.

Tentunya, dengan kalimat penyemangat yang berbeda.

Heyy, bee

How was your day? Tell me whats your feeling.

Ikuti alurnya, dan jangan melawan takdir.

All be there all right, Na. Aku yakin kamu bisa ngelewatin ini semua.

Love,

Ant.

"Ikuti alurnya, dan jangan melawan takdir." eja Audina mengikuti kalimat yang tertulis, "Gimana bisa gue ngelawan takdir, Ant? Gue gak bisa dan gak akan mampu, Ant."

Dari jauh, sepasang mata memandang Audina. Dengan mata sendu, Adrian meniti wajah sedih Audina. Senyum sedikit mengembang di bibir Adrian.

Audina menghapus air mata yang masih menggenang. Sedikit senyum terulas di bibir merah alami nan ranum itu.

Audina harus mengikuti alur.

Audina harus kuat.

Dan, Audina harus bisa menemukan Allysa.

Senyum ketegaran terulas. Adrian ikut tersenyum. Audina berbahaya, bida menular, menularkan senyum manis.

Setidaknya, dari jarak yang membentang ini, jarak yang jauh ini, keadaan yang tidak memungkinkan untuk bersama, Adrian masih mampu membuat senyum Audina terbit.

Adrian menyukai kenyataan ini.

Adrian menyukai senyum terbit itu.

Adrian menyukai bahwa dirinya yang membuat Audina tersenyum.

Adrian menyukai segalanya. Hari ini.

"Dia udah bisa senyum, Yan," Adrian mengangguk. Gio datang dengan segala pengetahuannya. Lebih tepatnya, sok tahu. Tanpa mengucapkan apa pun, hanya meneliti, menatap, tatapan mata elang itu mengerti apa yang terjadi.

Dan Gio, tahu apa yang baru saja Adrian lakukan.

Melihat Audina yang memegang gelas kertas yang Gio tahu isinya Hot Chocolate, Gio mengerti. Adrian yang melakukannya.

Adrian yang membelikannya.

Adrian melakukannya karena Audina.

Dengan suka rela.

Karena rasa, karena cinta.

Cinta dapat merubah seseorang. Gio mengakuinya sekarang.

Gio melihat sekarang.

Adrian yang rela berkorban karena perasaan kecil yang dimiliki.

Awalnya, Gio tidak memercayai. Bukan, bukan karena tidak memercayai, Gio hanya belum melihatnya dengan mata kepala sendiri. Gio belum membuktikannya.

Hot Chocolate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang