32. Permintaan Maaf

47 15 2
                                    

Budayakan vote sebelum membaca👌

***

Kalo kita merasa salah, kenapa harus takut meminta maaf?

***

Apa yang salah dari kita melindungi orang yang kita sayang? Bukankah itu perbuatan yang baik? Ya, walaupun harus menyakiti perasaan satu sama lain.

Selama Thalia merasa bahagia dan aman, Audina rela melakukannya. Audina tidak ingin kejadian Allysa terulang kembali.

Tapi gimana kalau menyakiti keduanya? Apa masih harus menjauhkan diri?

Audina mendudukkan diri di kursi barunya. Ia sudah menemukan segelas minuman. Yang pasti Hot Chocolate. Juga sticky notes yang tertempel di meja.

Morning bee,

Please, don't be a sad. You must to be happy, today! I like your smile. So, keep smile for me.

By, Ant.

Audina tersenyum melihat tulisan di sticky notes. Penulis misterius itu menamakan nama mereka dengan nama hewan. Hewan yang Audina suka, lebah, bee.

Bagi Audina, bee itu pekerja keras. Dan Audina ingin seperti bee yang pekerja keras dan pantang menyerah.

Dan siapa yang dimaksudkan ant di sana? Audina tidak dapat menebak siapa siswa kelasnya yang suka semut.

Audina langsung menyimpan sticky notes yang baru bersama sticky notes lainnya. Yang sudah terkumpul lebih dari lima sticky notes.

Mungkin kalau diurutkan, kelima sticky notes itu, atau bahkan bisa lebih, akan menjadi sebuah kalimat yang indah.

***

Roosdinal Erlangga: mau abang jemput gak, Din?

Lima menit lagi bel berbunyi. Entah ada angin apa yang merasuki abang, sampai mengiriminya pesan dan menawari diri untuk menjemput.

Allysa pergi. Ayah dan Ibu sibuk dengan berkas-berkas penting yang berserakan di meja. Hanya abang yang dapat menemani kekosongan dirinya. Namun sayangnya, Audina masih kecewa dengan Abang. Abang tidak berubah, mendengar nasihat Audina pun tidak.

Audina Putri Sekar: gak usah bang. Audina bisa pulang sendiri.

Bukannya bersikap tak sopan kepada abang, tapi hanya butuh waktu untuk sendiri. Memikirkan semua kejadian di waktu yang hampir bersamaan terjadi. Audina tidak dapat menelan semuanya bulat-bulat.

Audina butuh bahu untuk bersandar.

Tapi siapa?

Sejak kejadian Allysa pergi, quality time abang untuk Audina meningkat. Mungkin abang sudah melupakan Adinda. Atau, hanya untuk menyenangkan Audina sementara waktu.

Bel berdentang lima kali.

"Huh," Audina menghela napas lelah. Beberapa detik lalu bel berbunyi dan bu Rita sudah keluar kelas sejak sepuluh menit yang lalu. Makanya Audina bisa membalas pesan abang.

Kira-kira enaknya kita kemana, ya, abis ini?

Audina membereskan buku. Memasukkan buku-buku tulis ke dalam tas dan mendekap buku paket untuk ditaruh dalam loker.

Audina berjalan dengan pikiran yang mengawang. Matanya kosong. Pikirannya buntu. Tidak ada hal yang menyangkut di dalam otak cerdas itu. Pelajaran sekali pun.

Audina memutuskan untuk pergi ke toko buku. Untuk saat ini mungkin buku yang akan bisa mengalihkan pikiran Audina.

***

Hot Chocolate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang