"Kalo engga bisa jadi yang pertama, gak akan pernah bisa jadi yang utama."
###
Pagi hari ini koridor kelas 8 ramai. Penuh. Padahal waktu sudah menunjukan pukul 7 lewat.
Satu pertanyaan yang bercokol di kepala Audina. Kemana guru yang mengajar hari ini?
Telepon yang tergantung di luar kelas berbunyi. Mendengar telepon yang berdering, murid-murid yang berada di jangkauan, menjauh. Seakan mereka enggan berurusan dengan orang di seberang telepon. Salah seorang murid mengangkat.
"Hallo... Assalamu'alaikum."
"...."
"Audina? Baik bu, saya panggilkan sebentar."
Murid berambut kepang itu, menutup bagian telepon yang bolong-bolong. Tak lama Ia berteriak memanggil nama Ketua Osis yang berada di dalam kelas.
"Ada apa sih, Ndin?" tanya Audina. Audina sungguh heran dengan semua murid 8-3. Hobinya hanya berteriak-teriak.
"Ini Bu Femi mau ngomong sama lo."
"Oh," Audina mengambil gagang telepon yang diberikan Endin. "Makasih." Audina memberikan senyum terbaiknya.
"Halo, Bu. Iya, ada apa?"
Audina mendengarkan baik-baik penjelasan Bu Femi, selaku guru pembimbing Osis.
Bu Femi bilang, hari ini guru ada rapat. Rapat tentang karyawisata. Audina diminta untuk mengamankan murid-murid. Jarak antara ruang guru dengan kelas cukup dekat. Dan kemungkinan suara murid terdengar jelas sampai ke ruang guru.
Audina juga diminta mengambil kertas soal untuk setiap kelas. Agar murid-murid tidak keluaran ke koridor.
"Baik, Bu. Nanti saya sama Vino ke ruang guru untuk mengambil kertas soal."
"..."
"Assalamu'alaikum."
Setelah menaruh gagang telepon di tempat semula, Audina mendatangi Vino di kelas. Beberapa ruangan dari kelas 8-3. Namun sebelumnya, Audina memberi tahu ketua kelasnya, untuk memasukan anak 8-3 ke dalam. Audina juga mendatangi kelas-kelas yang Ia lalui.
"Assalamu'alaikum." ucap Audina ketika berada di depan kelas 8-5. Kelas Vino. Banyak tatapan yang mengarah pada Ketua Osis itu. Namun tatapan tak suka lebih banyak. Dan hal itu tak berlangsung lama. Setelah Lea mendatangi Audina dan menyapanya dengan semangat.
"Eh, ada Audina," sapa Lea dengan nada yang kelewat riang. Audina hanya menanggapi dengan senyuman canggung. "Pasti mau ketemu sama Vino ya?" tebak Lea. Dan tebakan Lea 100% benar.
"Iya. Bisa tolong panggilin Vino sama Ketua Kelas 8-5, gak?"
Jujur aja, Audina gak pernah ingat Ketua Kelas di sekolah ini.
"Bentar ya," pamit Lea. Lea menghampiri kursi yang dikelilingi cowok-cowok kelas 8-5.
"Vino dipanggil Audina." ucap Lea ketika beberapa cowok itu menatap Lea seperti kuman. "Oiya, Rendra dipanggil juga sama Audina."
Kedua laki-laki yang berkumpul tadi, menghampiri Audina. Rendra yang merasa terganggu, berkacak pinggang. Wajahnya menunjukan ketidaksukaan.
Vino meyikut perut Rendra yang bebas penghalang.
"Jangan gak sopan. Dia atasan lo!" Vino memperingati. Audina tersenyum sungkan kepada Rendra.
"Gak papa, kok, Vin." Audina menggeleng pelan ke arah Vino. "Kalo masih dibatas wajar, gue biasa aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Chocolate
Novela Juvenil"Pertemuan kita memang diawali dengan keributan. Tapi aku meyakini rencana Tuhan yang indah pada akhirnya untuk kita." - Adrian Feronino. "Awalnya gue emang gak percaya yang namanya kebetulan jadi takdir terjadi di dunia nyata. Tapi dia yang membuk...