11. Awal perlawanan

57 24 0
                                    

"Gue tahu ini awal yang baik, buat gue juga buat lo!"

###

"Gue rasa ini rencana Tuhan buat gue. Dengan lo datang ke hidup gue tiba-tiba, lo yang ngajak gue berdebat, berantem, dan akhirnya Tuhan ngerencanain hal ini. Tuhan yang telah milih lo buat bantuin gue."

Kata-kata Audina kemarin masih terus menghantui pikiran Adrian. Segitunya lelahnya kah Audina menghadapi cemoohan anak-anak Pratama sendirian. 

"Lama-lama gue kasian juga sama Audina." gumam Adrian. "Dengan sikap galaknya dia, dia menunjukan sikap tegas seorang pemimpin. Tapi sikapnya dia kayak gitu, malah dipandang negatif sama yang lain."

"Tuhan, bantu Adrian untuk mewujudkan sedikit keinginan Audina. Adrian hanya bisa berusaha karena Engkau-lah yang menentukan."

Adrian berpikir cara apa yang paling efektif untuk mengembalikan nama baik Audina.

Ah, Adrian tesenyum senang ketika sebuah ide terlintas di pikirannya. Ia harus memulai dengan mencari tahu siapa pencetus fitnah tersebut.

###

"Adrian, Adrian, Adrian." Ibu guru itu mengeja nama Adrian tiga kali. "Kenapa sama kamu? Kenapa nilai IPS kamu akhir-akhir ini menurun? Jangankan nilai ulangan. Bahkan nilai tugas kamu selalu pas di kkm."

Adrian menundukan kepala. Kali ini mengakui kesalahannya. Masalah Adrian kali ini adalah Adrian enggan untuk membaca banyak tulisan. Ia lebih menyukai hitung-hitungan. Namun seharusnya Adrian tak melakukan hal itu. Memilah pelajaran yang Ia suka dengan yang tidak Ia suka.

"Maaf, bu." hanya permintaan maaf yang keluar dari bibir Adrian yang terkunci sejak dirinya dipanggil oleh bu Rita.

"Ibu tauk kalo kamu gak suka hapal-menghapal. Tapi seharusnya kamu bisa mempelajari pelajaran ini. Kalo bisa kamu kuasai."

"Maaf, bu, kalau saya lancang. Ibu gak bisa maksa kita untuk menguasai semua mata pelajaran. Ibu atau Bapak aja cuma nguasain pelajaran yang Ibu ajarin ke kita-kita, tapi Ibu nyuruh kita nguasai semuanya. Ini namanya ketidakadilan Ibu."

"Kamu ini...." 

Audina sejak tadi tak sengaja mencuri dengar perdebatan antara murid dengan guru itu. Audina benar-benar tak habis pikir dengan Adrian yang selalu saja bisa bersilat lidah dengan guru yang mengajarkan pelajaran IPS itu. Apalagi Adrian posisinya adalah anak baru. Baru sebulan di sekolah ini.

"Audina." pandangan Ibu Guru teralihkan ketika melihat bayangan hitam menyerupai Audina.

Audina menghampiri Adrian yang berada di depan Ibu Guru. "Ada apa ya, Bu?"

"Ibu mau minta tolong kamu boleh?" Audina mengangguk.

"Boleh, bu. Apa yang bisa saya bantu?"

"Ibu minta tolong sama kamu, tolong ajarin anak satu ini," -menunjuk Adrian- "Pelajaran IPS. Minggu depan kita ada ulangan, dan Ibu mau nilai ulangan dia naik. Minimal pas KKM atau kalo bisa lebih."

Audina membulatkan mata, membulatkan mulut. Terkejut dengan permintaan Ibu Guru IPS tersebut.

Adrian mendekatkan bibirnya ke telinga Audina. Membisikan kata, "Inget tantangan! Katanya udah terima tantangan itu. Sekarang waktunya lo tunjukin keyakinan lo itu. Selangkah demi selangkah kita laluin tantangan itu bareng-bareng." Audina mengangguk.

"Baik, Bu. Nanti saya akan ajarin Adrian IPS sampai dia mengerti, Bu." ucap Audina penuh keyakinan dalam perkataannya.

"Terima kasih, ya, Audina. Ibu percayakan Adrian sama kamu."

Hot Chocolate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang