"Kalaupun lo jelasin ke mereka, mereka gak akan langsung percaya. Alasan itu, cukup lo aja yang tahu!"
###"Ini gila! Ini gila!" perempuan dengan rambut seketiak lebih panjang dikit, mondar-mandi di dalam kamar. "Fix ini gila! Yang bikin tantangan ini gila. Mereka kan tauk pasti kalo gue sama Adrian selalu berantem. Ya kali dibuatin tantangan kayak gini. Ugh... gak habis pikir gue!
"Kenapa harus sama lo? Oh My God! Kenapa semenjak lu masuk sekolah, hidup gue selalu berputar di antara lo? Lama-lama gue bisa gila kalo kayak gini terus."
Perempuan itu terus saja berkomat-kamit seperti membaca mantra. Sejak melihat dan membaca tantangan di kertas berwarna merah darah, Ia tak henti-hentinya mendumal. Ia benar-benar tak habis pikir rencana yang sedang orang itu lakukan dengan menyuruh mereka berdua melakukan banyak hal. Tolong garis bawahi kata berdua. Karena mereka diminta untuk melakukannya secara bersamaan.
Melihat tulisan itu, Audina berteriak pada angin. Bahwa Ia benar-benar tak terima dengan tantangan yang tertulis di kertas tersebut. Gimana bisa Ia melakukan hal bersama orang yang tak Ia suka sejak awal bertemu.
"Langsung buka, langsung buka!"
The real tantangan:
Teruntuk Audina dan Adrian.
Tantangan untuk kalian cukup simple. Kalian cuma harus membantu satu sama lain. Adrian membantu Audina, Audina membantu Adrian. Kalau bisa kalian membantu seseorang yang membutuhkan.
Kalian cukup ngelakuin rules-nya. Minimal satu sehari.
Just thirty days.
Mereka berdua terdiam melihat beberapa kata yang dirangkai menjadi kalimat dalam kertas. Audina membanting kertas merah darah itu ke tanah. Namun, sebelum kertas itu menyentuh tanah Adrian menangkapnya.
"Gila! Gue gak mau ngelakuin tantang itu!" tolak Audina mentah-mentah. Ia benar-benar tidak mau terjebak selama tiga puluh hari bersama Adrian.
Ia berpikir nantinya akan semakin banyak haters yang menghujat dirinya. Jabatan Ketua Osis yang pegang sekarang membuat tak berkutik. Dan membiarkan rumor-rumor dirinya yang hanya memanfaatkan jabatan untuk mendekati banyak cowok. Padahal semua itu salah.
Karena orang-orang seperti mereka apabila diberikan penjelasan dengan benar, mereka akan tetap berpegang teguh pendapat awal mereka.
Adrian memandang kertas merah jambu dengan pandangan kosong. "Weii angin! Kasih tauk ke siapapun yang nulis tantangan ini. Gue Audina, gak akan pernah nerima tantangan gak penting ini!"
Audina melangkah meninggalkan Adrian yang masih terdiam memandangi kertas merah darah di tangannya.
"Shit! Apa sih maksud tantangan ini." gumam Adrian tanpa diketahui Audina.
"Audina tunggu!"
Audina berbalik ke arah Adrian. Namun, kenyataan bibir Adrian yang tertutup rapat membuat Dia berpikir ulang kalau yang baru saja memanggil dirinya adalah Adrian.
Lalu, siapa yang memanggil dirinya?
"Liat ke arah CCTV." ucap orang itu. "Ya emang kalian gak bisa ngeliat kita, setidaknya kalian bisa mendengar suara kita yang merdu ini."
Orang yang berbicara itu menggunakan aplikasi pengubah suara yag di dekatkan dengan mic untuk speaker.
"Siapa lo sebenernya? Tunjukin wujud lo sekarang!" tantang Audina kepada siapapun yang berbicara. "Gue gak takut sama lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Chocolate
Teen Fiction"Pertemuan kita memang diawali dengan keributan. Tapi aku meyakini rencana Tuhan yang indah pada akhirnya untuk kita." - Adrian Feronino. "Awalnya gue emang gak percaya yang namanya kebetulan jadi takdir terjadi di dunia nyata. Tapi dia yang membuk...