Budayakan vote sebelum membaca👌
###
"Kalo boleh memilih, dan karena tidak terpaksa, Aku juga tidak ingin menjauhi kalian. Please, sekali ini aja, kalian ngertiin Aku."
***
Apa hal tersulit untuk kalian lakukan? Mungkin, kebanyakan dari kalian akan menjawab 'move on dari mantan kekasih'.
Tapi, tidak bagi Audina. Melakukan hal tersulit bagi Audina itu, menjauhi teman-temannya yang sama sekali tidak memiliki masalah atau salah apapun terhadapnya.
Ia hanya mencoba melindungi tanpa sepengetahuan mereka. Dan sekarang, mereka salah paham.
Audina hanya... Sulit mengungkapkan apa yang sebenarnya telah terjadi. Apa yang menjadi kendalanya untuk menceritakan mimpi itu. Mimpi yang akan menjadi kenyataan.
Audina bimbang. Bingung. Entah perasaan mana lagi yang dapat diungkapkan lewat kata-kata.
Bolehkah Audina berharap lebih pada persahabatan ini? Apa Audina masih pantas menyebut mereka dengan panggilan 'sahabatku'?
***
"Audina mana?"
Adrian duduk di depan ketiga perempuan dengan -gaya rambut yang sama, kuncir kuda- semangkuk bakso. Menuangkan sambal, saus, juga kecap untuk menambah cita rasa.
Ekspresi ketiganya, membuat Adrian mengerutkan kening. Tidak biasanya, ketiga gadis ini begitu murung. Segitu hebatnya efek Audina menjauh?
Adrian tahu kalau Audina duduk sendiri di dalam kelas. Tapi Adrian tidak pernah berpikir kalau Audina melakukannya juga di luar kelas.
Bolehkan sekarang Adrian mendumal tentang cewek yang sangat ajaib ini?
Adrian harus segera mencari tahu motif dibalik menjauhnya seorang Audina.
Ketiga perempuan itu mengangkat bahu acuh. Tak peduli.
"Kalian kenapa sih? Ditanya cuma ngangkat bahu gak jelas."
Thalia melirik Adrian sinis. Empat sekawan lainnya, datang memecah ketegangan yang baru saja terjadi.
Wira dengan senyum nyelenehnya. Widy dengan wajah ngeselinnya. Gio dengan gaya sok cool yang pengen banget Thalia garot. Juga Boy dengan tampang bloonnya.
Sumpah, kalo kondisi biasa, mereka akan tertawa terpingkal-pingkal melihat tampang keempatnya. Namun kali ini berbeda, mereka tengah melakukan mogok ngomong.
"Mereka pada kenapa?" bisik Wira. Namun bodohnya bukan hanya Gio yang mendengar, melainkan semua yang duduk di kursi tersebut.
Thalia hanya melirik tak minat. Ternyata efek dijauhi Audina segini besarnya, ya?
Karena tak mendapat jawaban yang diinginkan dari Gio, Wira bertanya dengan bodohnya, "Kalian pada kenapa jauhin Audina, sih?" hal itu dapat pelototan dari ketiganya.
Dengan nada judes tak minat, Dhea menimpali, "Kalo gak tahu apa-apa gak usah komen!" lalu meninggalkan tempat.
"Kan gue nanya," Wira berkata dengan bingung, "Gue salah nanya, ya?"
"Kalo mau ngomong, dipikirin dulu, makanya."
Wira semakin bingung dengan tingkah Gabriella juga Dhea yang meninggalkan tempat. Bukan hanya Wira, yang lainnya pun sama bingungnya.
"Udahlah lebih baik kita sendiri-sendiri dulu. Introspeksi diri," Thalia berdiri dan meninggalkan tempat. "Gab, tungguin."
Kenapa dengan tiga perempuan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Chocolate
Teen Fiction"Pertemuan kita memang diawali dengan keributan. Tapi aku meyakini rencana Tuhan yang indah pada akhirnya untuk kita." - Adrian Feronino. "Awalnya gue emang gak percaya yang namanya kebetulan jadi takdir terjadi di dunia nyata. Tapi dia yang membuk...