Budayakan vote sebelum membaca👌
###
"Setelah memikirkan ini dengan masak, Aku rasa pilihan ini yang tepat untuk kita."
***
Keadaan berubah. Semua berubah. Lalu, apa bisa kembali seperti semula? Apa masih ada harapan untuk Audina berbahagia?
Audina menelungkupkan kepala di bantal. Menutup buku keluh kesahnya yang basah dengan air mata. Kelereng hitam pekat itu, bengkak. Semalaman Audina menangis.
Audina terus memutar kejadian demi kejadian di dalam kepala cantiknya itu. Kemarin, saat mimpi itu datang, Audina tidak bercerita pada siapapun. Namun, kenapa terjadi juga?
Ia pikir, hanya dengan bercerita kepada orang lain tentang mimpinya, mimpi itu akan terjadi. Nyatanya tidak! Sekarang Dia mulai berpikir, setiap apa yang Ia mimpikan, baik diceritakan atau tidak, mimpi itu akan menimpanya.
Dan mulai sekarang, setiap mimpi datang ke dalam tidurnya, Audina bersiap siaga. Mewanti-wanti kalau mimpi itu beneran terjadi.
Ia tidak ingin kehilangan lagi. Lagi, lagi, lagi.
Audina lelah harus kehilangan semuanya. Apa Ia harus menjauh dari semua orang untuk menjaga mereka?
Tapi Audina rasa, Ia tidak akan mampu melakukannya.
Gimana bisa Audina menjauhi orang yang Dia sayang? Berdiam diri sendirian itu bukanlah dirinya. Audina tidak sependiam itu.
Tapi kali ini harus Audina lakukan demi keselamatan mereka.
Iya! Audina sudah bertekad demi semuanya baik.
***
Dua minggu sudah berlalu. Tiga hari ke depan, sekolah sudah dimulai. Adrian menantinya dengan semangat.
Bagaimana tidak, hampir dua minggu penuh, Dia sama sekali tidak mendapat kabar apapun tentang Audina. Baik dari Audina-nya langsung, atau dari teman-temannya yang lain.
Firasat buruk menghampiri hatinya. Di saat-saat seperti ini yang sebenarnya malas untuk Adrian.
Memikirkan seseorang dan merasakan kejadian buruk akan menimpanya tiba-tiba.
Sungguh menjengkelkan!
Adrian Feronino: perasaan gua gak enak, deh!
Adrian mencoba menghilangkan perasaan gundah gulana dengan mengirim pesan grup bersama.
Kali saja mereka dapat menjawab perasaan aneh yang mendera.
Diaz Widyanto: kek cewek lama-lama lu, Yan, apa-apa pake perasaan melulu -_-
Adrian tersenyum kecut, mendapat balasan yang sama sekali melenceng dari pertanyaannya.
Wira Kurniawan: RT sama Widy
Ah, sial! Bagaimana ini? Perasaan itu terus menguat dan tak dapat dibendung lagi.
Adrian harus gimana sekarang?
Adrian Feronino: bapet lu pada. Gua beneran ini. Malah pada becanda.
Adrian Feronino: kek tai, deh, lama-lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Chocolate
Teen Fiction"Pertemuan kita memang diawali dengan keributan. Tapi aku meyakini rencana Tuhan yang indah pada akhirnya untuk kita." - Adrian Feronino. "Awalnya gue emang gak percaya yang namanya kebetulan jadi takdir terjadi di dunia nyata. Tapi dia yang membuk...