Budayakan vote sebelum membaca👌
###
Sampai ketemu di pertemuan kedua, Kakak Cantik!
***
"Halo, adik manis." dari nada suara itu membuat si kecil merengut ketakutan. Hal itu tak berlangsung lama tatkala melihat seorang lelaki tak dikenal buyerjalan mendekat dengan es krim rasa cokelat di tangan. Es krim kesukaannya.
Adik manis itu mengalihkan pandangan dari jalinan jari yang terbentuk ke arah es krim cokelat yang begitu menggiurkan di kedua tangan Adrian.
Menelan saliva dengan susah payah.
Ugh, es krim itu begitu menggoda iman!
Adrian duduk dan menjilat es krim penuh perasaan. Bukannya Adrian tidak peka atau apa, Adrian tau dan merasakan kalau mata kecil itu memandang penuh minat pada es krim di tangan kirinya yang mulai mencair.
Secara mendadak, tanpa perhitungan, Adrian menengok. Mata kecil itu tetap tak beralih dari es krim.
Sangat menginginkan.
Sangat mendambakan.
Es krim itu...
Sungguh, membuatnya ingin merasakan kelembutan susu itu di lidah.
Membayangkannya saja sudah membuat air liur menetes.
Meneguk saliva untuk kedua kalinya.
Cobaan apalagi ini Tuhan yang Engkau berikan?
Adrian tersenyum kemudian mengulurkan ke arah adik manis. Si kecil hanya memalingkan wajah, menunduk malu.
Tangan mungil itu enggan bermain. Walau hanya sekedar merebut es krim yang diberikan.
Padahal es krim yang sejak awal diminatinya.
Rejeki tidak boleh ditolak, bukan?
"Ini," Adrian menggoyangkan tangan, menggoda, "ambil aja."
Si kecil menengok pelan, mengambil dengan ragu-ragu dan kemudian berkata, "terima kasih!"
***
Air mengalir deras dari keran. Gadis kecil berdiri di depannya, menggosokkan tangan mungilnya yang berwarna cokelat akibat es krim yang mencair.
"Yaampun, Sya!" perempuan lain, dengan perbedaan usia delapan tahun, datang dengan terburu.
Gadis mungil yang dipanggil Sya itu hanya tersenyum lucu. Anak kecil itu memang menggemaskan.
"Bibir kamu kenapa cokelat-cokelat begini?" seperti selayaknya seorang kakak, Na membersihkan bibir Sya dengan air.
"Ini juga," Na menggeram tertahan, mencoba membersihkan noda cokelat yang sama di baju putih Sya. "Kok cokelat-cokelat begini sih? Kamu jatuh di mana, Sya?"
Masih dengan cengiran yang sama, Sya hanya menggeleng. Jawaban itu lantas membuat Na bingung.
Lalu, ada apa dengan adiknya itu?
Darimana Na akan tau warna cokelat itu berasal kalau Sya hanya menjawab dengan gelengan saja?
Anak kecil susah dimengerti!
"Kalo bukan jatuh," Na meneliti setiap inci tubuh Sya dan tidak menemukan luka. "Cokelat-cokelat ini semua dari mana?"
Na mendekatkan hidung lancipnya ke kotoran warna cokelat di baju. Yang Ia dapatkan bukanlah bau tanah, melainkan bau yang sangat Ia sukai.
Bau ini ... Bau es krim!
Na memicingkan mata, memandang penuh selidik ke arah Sya. Pantas saja adiknya ini hanya menggeleng sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Chocolate
Teen Fiction"Pertemuan kita memang diawali dengan keributan. Tapi aku meyakini rencana Tuhan yang indah pada akhirnya untuk kita." - Adrian Feronino. "Awalnya gue emang gak percaya yang namanya kebetulan jadi takdir terjadi di dunia nyata. Tapi dia yang membuk...