15. Ditembak

62 21 6
                                    

"Sudah menjadi hukum alam. Cowok yang mengejar dan cewek yang dikejar. Bukan sebaliknya."

###

Adrian Feronino: Wiraaa gue minta kontaknya Dinda dong.

Adrian mengirim pesan di grup khusus mereka berlima. Meminta kontak Dinda.

Widy Aditya: Wira belom dimasukin noh sama si Gio.

Adrian Feronino: yaudahlah siapa aja yang punya.

Widy Aditya: Widy sent a contact.

Adrian menimang-nimang apakah akan mengirim pesan ke Dinda sekarang atau tidak. Dia dilema.

Setelah ditimbang-timbang, Adrian memutuskan. Ia akan menelepon Dinda malam ini juga.

Adrian berdehem menetralkan suaranya sebelum bersuara. "Halo. Assalamu'alaikum."

"...."

"Benar ini nomor Dinda?"

Perempuan di seberang sana mengiyakan perkataan Adrian. Tersirat nada senang ketika mendapat telepon dari cowok famous di sekolah.

"Besok malem ada acara?"

Perempuan di sana teriak tertahan ketika Adrian akan mengajaknya keluar. Ia mengiyakan ajakan Adrian. Menjawab dengan semangat.

"Besok jam 7 gue jemput ya. Lo kirimin gue alamatnya aja."

Ketika ponsel dimatikan secara sepihak, perempuan itu, Dinda, teriak di dalam kamar. Loncat-loncat di atas kasur. Dirinya benar-benar senang ketika Adrian mengajaknya pergi.

Yang tidak diketahui Dinda, Ia hanya dimanfaatkan Adrian. Yang tidak diketahui Adrian, perempuan itu benar-benar mencintainya.

###

Adrian menunggu di depan rumah Dinda. Sejak sepuluh menit, mungkin. Namun, yang ditunggunya tak kunjung keluar.

Adrian terus membunyikan klakson motornya. Dinda keluar dari rumahnya. Wajahnya tersenyum. Apa dia tidak sadar akan kesalahannya? Apa dia biasa begitu? Entahlah.

"Sorry, ya, lama," kata membuka percakapan. Bibirnya mengucap kata maaf, tapi wajahnya tidak menunjukan ketidakenakan.

Adrian meringis mendengarnya. "Haha, iya gak papa, kok."

Adrian menyerahkan helm. Dan mulai menjalankan motornya. Menuju tempat yang hanya Adrian tahu.

Adrian menghentikan motornya di depan warung kaki lima.

"Yuk, turun." ajak Adrian ketika motor berhenti di depan warung kaki lima. Dinda memandang warung itu dengan pandangan yang tak bisa terdefinisi. Jijik, gak suka gitu.

Dinda menarik tangan Adrian sebelum Adrian mendekati warung tersebut. "Kita beneran mau makan di sini?" Dinda benar-benar menunjukan ketidaksukaannya terhadap warung di depannya.

Aduh, ini cewek. Pake mandang rendah makanan kaki lima lagi, batin Adrian berkomentar.

"Aku udah pake baju bagus kayak gini, Yan, masa makannya di kaki lima, sih. Aku gak mau, ah." setelah mengucapkan kata penolakan, Dinda meninggalkan Adrian yang terpaku.

"Ini cewek ngerepotin amat sih. Lagi siapa suruh pake baju bagus-bagus, belom tentu kan gue ajak ke tempat bagus malem-malem. Banyak maunya deh."

Hot Chocolate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang