Gimana ada yang minat sama tawaran gue kemarin? Gue tunggu sampe hari Sabtu, yaa!!
***
"Kenapa harus lo yang masuk ke mimpi gue? Kayak gaada cowok lain aja, yang bisa gue mimpiin."
###
"Adrian!"
"Ih itu cowok pagi-pagi udah keren aja!"
"Pacar gue dateng."
Kalimat pujian sering Adrian dengar di setiap sekolah. Bahkan di jalan. Semua cewek pasti memujinya. Inget, ada satu orang yang gak pengen Adrian deket sama dia. Heeh, Audina orangnya.
Kadang, ada perasaan risih yang hinggap di dada Adrian. Ketika perempuan begitu lengket deket dia. Oke fine, kalau hanya memuji atau teriak-teriak. Adrian masih bisa terima.
Tapi kalo udah gandeng-gandeng tangan kayak truk gandeng, Adrian bakal langsung kuda-kuda. Bersiap dengan langkah seribunya.
"Whats up, bro?" Wira mengangkat tangan ke udara mengajak tos ala cowok. Diikuti kedua temannya.
"Fine-fine."
Boy datang dengan penuh makanan di dalam mulut. "Adwa apwa nwih ngwumpul-ngwumpul dwi swinwi?" berbicara tanpa mengunyah makanan yang ada.
Adrian menabok pipi Boy yang gelembung penuh makanan. "Ngomong apaan sih lo Boy? Telen dulu apa yang ada di dalem mulut."
Boy menelan semua makanan yang sudah dikunyahnya. "Kalian pada ngapain ngumpul-ngumpul di sini?" Boy mengulang pertanyaan yang tadi. "Mending kita kantin. Gue traktir." ajak Boy langsung disambut girang semuanya. Terutama Wira.
"Giliran makanan langsung cepet lu Wir!"
"Haruslah, Yo! Makanan itu sumber tenaga buat kita. Kalo kita gak makan, kita gak ada tenaga. Kalo kita gak ada tenaga, kita gak bisa ngapa-ngapain. Ujungnya sakit dan nyusahin orang tua. Akhirnya ntar mati."
"Dasar perut gentong!"
###
Perempuan berkuncir kuda berjalan di atas lantai koridor dengan tegasnya. Namun, saat ini wajahnya menunjukan ketidaksukaan. Otaknya kembali memutar ulang kejadian dalam mimpi. Kenapa harus dia? Kayak gaada yang lain aja, deh.
Lima orang sahabat sedang bercanda gurau di ruang keluarga. Salah satu dari mereka perempuan, dan ini rumah perempuan itu. Adik dari perempuan itu datang dan duduk di pangkuan sang kakak.
"Din-din!" Audina menengok ke arah yang memanggil. "Kenapa lu gak balikan aja ama si Adrian?"
"Apaan coba bawa-bawa balikan. Jadian juga engga, disuruh balikan. Lagipula ada anak belom cukup umur wey!"
Yang lain hanya tertawa-tawa.
Salah satu dari mereka merapikan rambut. Membuat jambul. "Mending ama gue ya gak Din." menaikturunkan alis. Membuat semua tertawa. Termasuk Adik Audina. Adrian mencubit pipi Adik gemas.
Dengan iseng Adrian menusuk-nusuk lutut Audina yang bebas dari kain. Karena merasa sakit ditusuk-tusuk, Audina menyingkirkan jari Adrian dari lututnya.
Dengan iseng, Adrian menggenggam tangan Audina. Mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi.
"Genit, ih, pegang-pegang."
"Lagak-lagak gak mau balikan gak mau jadian, tuh. Tapi pegangan mulu!"
Semua yang ada di satu ruangan itu tertawa melihat kelakuan Adrian yang terus mengisengi Audina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Chocolate
Teen Fiction"Pertemuan kita memang diawali dengan keributan. Tapi aku meyakini rencana Tuhan yang indah pada akhirnya untuk kita." - Adrian Feronino. "Awalnya gue emang gak percaya yang namanya kebetulan jadi takdir terjadi di dunia nyata. Tapi dia yang membuk...