Budayakan vote sebelum membaca👌
###
"Firasat... Semua kemungkinan bisa merubah keadaan dalam hitungan detik. Mau itu baik atau buruk sekalipun."
###
"Jadi, menurut lo itu cara yang paling bagus dan yang terbaik buat Audina?"
"Gue yakin," salah seorang dari mereka menyanggupi pertanyaan lawan bicaranya. Dengan wajah penuh keyakinan penuh. "Yakin seratus persen kalo rencana ini bakal berhasil. Bahkan bukan cuma ngebuat Audina down, tapi juga ngebuat dia ngejauh dari semua orang." perempuan itu sangat yakin dengan rencana yang dipikirkan. Sekarang, tinggal menunggu hari H untuk eksekusi.
"Gue pastiin sekali lagi, nih, ini rencana yang terakhir ya." perempuan itu memastikan, "Gue gak mau ikut campur acara balas dendam lu yang lain."
"Iya-iya. Ini yang terakhir buat lo!"
Bagus! Setidaknya dia bisa bernapas lega sekarang. Untuk tidak berurusan dengan Orang Gila satu ini. Susah untuk melepaskannya. Apalagi keluarga terpaut hutang budi dengan keluarga Orang Gila tersebut.
Dia berjanji. Setelah apa yang Ia lakukan kali ini, Ia tidak akan ikut campur lagi dengan urusan dendam sahabatnya yang lain. Dia masih punya hati. Sejujurnya, kalau bukan karena satu-dua hal, Dia tidak akan melakukan hal keji kepada Audina. Bahkan Audina tidak pernah membuat masalah dengannya.
Perempuan berkacamata bulat, memiringkan kepala. Juga bibirnya. Dia mengerti kemana arah pembicaraan sahabatnya itu. "Termasuk Adrian?" Ya, dia mengerti sahahatnya mulai menaruh hati kepada Adrian.
"Ya. Termasuk Adrian!" jawabannya benar-benar membuat sang sahabat yakin. Kalau Ia benar-benar suka kepada Adrian. Padahal, bukan alasan itu yang menjadi alasan utamanya.
Gue janji, Din, gue yang akan tanggung jawab kalo adik lo kenapa-napa, tekadnya dalam hati. Setidaknya, hanya hal tersebut yang bisa gue lakuin buat menebus dosa gue. Juga hal yang tidak akan pernah diketahui oleh sahabat gue sendiri.
Sang sahabat tersenyum puas mendengar keyakinan di suaranya. Namun, dirinya tidak dapat membaca makna tersirat di dalam nada bicaranya.
***
"Gi, gue rasa perjanjian itu kita apus aja deh."
Semalaman cowok berkacamata kuda itu memikirkan perjanjian yang Ia buat bersama sahabatnya. Entah apa yang merasuki pikirannya saat malam itu, hingga saat ini dia mengucapkan kata sakral. Dia hanya memiliki firasat yang buruk akan terjadi. Entah dalam waktu cepat atau lambat. Dan perasaan itu menguat seiring berjalannya waktu.
Semalaman suntuk Ia berpikir. Kemudian mengirimkan pesan kepada partner in crime-nya untuk datang ke rumahnya esok pagi. Dia sudah yakin dengan pemikirannya. Perasaannya sekarang, benar-benar tak enak. Walaupun Ia sendiri gak yakin siapa yang akan tertimpa masalah berat. Tapi Ia yakin pasti salah satu dari mereka.
Saat ini Gi sedang mengobrak-abrik tempat CD. Mencari film yang bagus. Karena setahu Gi, Dy dan keluarganya sangat menyukai semua jenis film. Hampir semua genre ada di dalam kotak tersebut. Bahkan bisa dibilang film zaman baheula ada di dalam sana. Karena tidak diragukan lagi. Ayah Dy itu kolektor film. Semua jenis film. Dan semua CD yang ada original. Benar-benar original.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Chocolate
Fiksi Remaja"Pertemuan kita memang diawali dengan keributan. Tapi aku meyakini rencana Tuhan yang indah pada akhirnya untuk kita." - Adrian Feronino. "Awalnya gue emang gak percaya yang namanya kebetulan jadi takdir terjadi di dunia nyata. Tapi dia yang membuk...