Angel duduk dikasurnya dengan tangan mengacak acak rambutnya yang basah dengan handuk, minggu siang ini dia akan berencana bermain dengan Adik dan Mamahnya. Sudah lama mereka tidak jalan bersama.
Angel mengambil handponenya untuk menelpon Mamahnya, bahwa dia sudah siap untuk berangkat jalan jalan sekarang. Mamahnya berencana akan menjemputnya dengan Astrid. Mobilnya masih belum bisa untuk dipakai, makanya Angel meminta Mamahnya yang menjemput. Entahlah, Angel terkadang sangat ingin membakar mobilnya hidup hidup jika dia tidak ingat bahwa mobil itu adalah pembelian barang pertama dari hasil kerjanya selama ini bekerja menjadi seorang designer. Sedangkan rumahnya sendiri peninggalan dari almarhum Ibunya.
Angel mengkerutkan keningnya saat melihat begitu banyak panggilan masuk dari orang yang tidak dikenal. Ada beberapa panggilan pula dari Alya yang menambah kerutan didahinya. Tumben sekali Alya menghubunginya.
Angel langsung saja menelpon balik Alya, dia yang lebih penting daripada nomber yang tidak dikenal itu. Sambungan terhubung tapi Alya tidak kunjung menjawabnya. Angel mengidikan bahunya, lalu mendial nomber yang tidak diketahui itu.
Angel memainkan rambutnya yang masih belum kering sembari menunggu jawaban dari panggilannya.
"Hall..."
"KENAPA DARI TADI LO NGGA ANGKAT TELPON GUE. KERUMAH SAKIT SEKARANG!" Teriak orang disebrang sana dengan nada emosi.
Angel mengkerutkan keningnya saat dia mengenal suara orang yang disebrang sana. Alya.
"Siapa yang sakit?"
"MAMAH... MAMAH KECELAKAN SAMA ADIK LO, ASTRIDDD! MEREKA KRITIS" Teriak orang disebrang sana membuat Angel mematung.
"CEPET LO KERUMAH SAKIT!!" Teriak orang disana membuat Angel tersadar kembali.
Setelah Orang disebrang sana memberitahukan alamat rumah sakitnya. Angel langsung saja bergegas, lalu mendial nomber Candra.
Sambungan terhubung tapi Candra tidak kunjung menjawabnya. Angel terus mencoba menelpon Candra sampai pada akhirnya untuk panggilan yang kali ini nomber Candra tidak bisa terhubungi, mungkin handponenya dimatikan oleh Candra.
Angel mencengkram erat handpone yang sedang dipegangnya dengan tangan yang bergemetar, air mata menetes melewati pipinya dengan tatapan kosong tertuju pada foto adiknya yang berada diatas meja belajarnya.
Ketakutan tiba tiba menghampirinya, kejadian demi kejadian dulu bagaikan kaset yang terus berputar didalam pikirannya. Berputar dengan kronoligis cerita yang begitu menyakitkan. Dengan serangkaian konflik yang begitu menguras hati dan pikiran. Bayangan saat orang orang yang disayanginya tiba tiba pergi jauh meninggalkannya tepat didepan matanya, menguasai pikirannya.
Pertengkaran hebat kedua orangtuanya yang mempermasalahkan seorang anak. Ayahnya yang tidak terima karena Ibunya mengandung lagi anak seorang perempuan, lalu menikah siri dengan wanita simpanannya selama ini yang dengan kebetulan dapat mengandung seorang anak laki laki dari darah daging Ayahnya.
Ayahnya yang seharusnya menemani Ibunya saat masa kehamilan, memenuhi semua keingingan yang dinginkan Ibunya saat hamil. Ayahnya yang seharusnya hadir saat kelahiran Adiknya, Ayahnya yang seharusnya menggenggam erat tangan Ibunya memberi kekuatan untuk perjuangan hidup mati Ibunya saat akan melahirkan anak kandungnya.
Ayahnya yang seharusnya mengAdzani adiknya saat pertama kali dia lahir kedunia, Ayahnya yang seharusnya menggendong dan mengecup kening adiknya penuh sayang. Ayahnya yang seharusnya turut andil dalam masa pertumbuhan adiknya, mengantar jemput adiknya ke sekolah, membelikan makanan kesukaanya, mengajak adiknya jalan jalan, mengajarkan tentang kehidupan kepada adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXPLOIT (COMPLETED)
Teen FictionJUDUL SEBELUMNYA: "Starlyn & Candra" Pacaran bukan hanya sekedar kode, tembak, lalu jadian. Tapi bagaimana proses dan perjalanan. Starlyn, perempuan yang terjebak dalam dekapan masa lalu yang menyakitkan dipertemukan dengan Candra, sosok menyenangk...