33. Kebahagiaan dan Perpisahan (END)

109 9 0
                                    

Di Ufuk Timur matahari tampak semangat untuk menyinari bumi dipagi hari. Udara sejuk pagi membuat siapapun yang menghirupnya tidak berhenti untuk melengkungkan senyum. Cuaca yang cerah memberikan kekuatan tersendiri bagi mereka yang akan menggapai mimpi.

Seperti kedua insan yang sedang berjongkok, menghadap pusaran, yang tanahnya mulai mengering. Tidak ada tangis yang mengiringi kedua insan tersebut, yang ada hanya senyum tulus yang selalu mereka tampilkan. Karena menangis tidak akan membuat orang yang didalam pusaran tersebut bangkit kembali menjalani kehidupan sehari hari dibumi. Bersedihpun tidak akan ada manfaatnya, malah akan membuat orang didalam pusaran sana tidak akan tenang dialam kuburnya.

Mereka kembali mengunjungi Makam itu setelah penguburannya tiga bulan kemarin. Makamnya belum dirapihkan menggunakan tembok, karena pihak keluarga belum meminta.

"Assalamualaikum Mah ini Vani gadis kecil Mamah... Maaf ya aku baru ngunjungin Mamah lagi setelah dua minggu kemarin." Ujar salah satu insan itu bernama Vani, memegang batu nisan Ibunya yang bertuliskan nama Sarah Fenite.

Tiga bulan kemarin kondisi Sarah sangat tidak bisa ditolong. Pada bulan pertama dan kedua setelah operasinya selesai memang tidak ada permasalahan dengan kondisinya tapi masuk bulan ketiga ternyata tubuh Sarah menolak operasiannya yang mengakibatkan nyawanya menghilang.

"Mamah tau? Aku punya kabar baik. Aku tahun depan akan mulai sekolah lagi. Ada keluarga yang mau membiayai semua kebutuhan aku. Tapi aku juga punya kabar buruknya Mah. Mungkin untuk enam tahun lamanya, aku gak akan bisa ngunjungin Mamah kesini. Aku bakalan ikut ke keluargaku yang baru...

.. Jika aja aku bisa milih Mah. Aku maunya disini, biar bisa ngerawat tempat tinggal Mamah. Tapi Mamah pernah bilangkan kalo aku harus hidup bahagia, meskipun tanpa Mamah. Aku sedang mencobanya sekarang, dengan menerimanya untuk menjadi bagian dari hidup mereka. Mamah jangan marah ya aku bakal ninggalin Mamah jauh. Mamah do'ain aku dialam sana ya! Mudah mudahan pilihan aku untuk menerimanya bukanlah kesalahan, malahan sebuah kebaikan untuk kehidupan aku kedepannya." Ujarnya panjang lebar. Tidak ada nada sedih yang keluar dari mulutnya saat melontarkan kata demi kata menceritakan hidupnya kepada sang Ibu yang sudah dialam yang berbeda dengan dirinya.

"Kak Candra sekarang yang harus pamit!" Senggol perempuan itu kepada lelaki disampingnya, bernama Candra.

Candra menganggukan kepalanya, lalu berjongkok ditempat Vani tadi. "Assalamualaikum Bu. Maaf baru mengunjungi Ibu lagi setelah pemakaman... Aku lulus Bu dengan nilai yang sangat memuaskan. Minggu depan aku dan keluarga akan melakukan pemberangkatan ke Philpin. Maaf karena telat memberitahu hal ini. Aku ngga nyangka ternyata Vani mau jadi bagian dari keluarga kami..

..Terimakasih Ibu telah melahirkan anak hebat seperti Vani, yang masih bisa bertahan seorang diri saat satu satunya keluarga yang dia miliki pergi. Maaf karena kami harus membawa pergi Vani, sehingga jauh dengan Ibu. Ini demi kebaikan Vani. Mudah mudahan Ibu merestuinya! Aku sangat menyanyanginya.. Ada kabar baik lainnya, aku akan melakukan tunangan dengannya malam besok. Ibu do'akan ya mudah mudahan dia adalah pilihan terbaik untuk hidup aku kedepannya." Ujarnya diakhiri dengan senyum tulus yang terpatri diwajahnya lalu menatap Vani sebentar sebelum kembali menatap batu nisan Almarhumah Sarah.

"Mudah mudahan Ibu selalu tenang dialam sana. Ibu jangan khawatir, karena Vani akan kami bahagiakan semampu kami." Candra berkata dengan mengelus lembut rambut Vani, membuat Vani tersenyum lebar.

"Aku janji Mah, gak bakalan bikin susah keluarga Kak Candra. " Ujar Vani seolah mendengar peringatan dari Ibunya agar dirinya tidak berbuat nakal dikeluarga Tampipi.

"Kami pamit Bu. Assalamualikum.." Pamit mereka sebelum menaburkan bunga dan menyimpan sebuket bunga mawar putih kesukaan Almarhumah Sarah.

_StarCan_

EXPLOIT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang