Author lagi seneng jadinya up nih..
Mari diklik Bintang nya..
Mari semangati author dengan kalian membaca cerita ini..
Aku kasih pict BarNa ya..
Selamat reading..
Happy membaca..
Selamat membaca..
Happy reading..💐💐💐
Nadia menangis dalam diam, air matanya tumpah saat melihat seseorang didepan sana sedang tersenyum kearah Nadia.
Bara Pradipta, berdiri disana dengan pakaian lebih rapi, kemeja panjang yang dilipat sampai siku dan celana jeans hitamnya.
Nadia berjalan perlahan ke arah Bara. Bara tersenyum menatap Nadia. Hingga langkah Nadia semakin cepat segera menubrukkan tubuhnya ke badan atletis milik Bara.
"Baraaa,, hiks.. Kamu gak papa kan? " Nadia melepas pelukannya dan membingkai wajah bersih Bara. Nadia bingung, bukankah tadi wajah Bara sudah babak belur karena dipukuli preman?
Bara terkekeh dan menghapus air mata Nadia menggunakan ibu jarinya. Membingkai wajah Nadia yang terlihat kacau, air matanya mengalir, hidung memerah dan wajahnya terlihat panik.
Bara menggenggam tangan Nadia yang membingkai wajahnya dan mengecup telapak tangan kanan Nadia dan semakin menggenggam erat tangan yang pas di genggamannya itu.
Bara bertekuk lutut didepan Nadia. Ia menatap Nadia dari bawah dengan kedua tangan Nadia yang masih ia genggam.
Nadia masih sesenggukan menatap dalam mata indah milik Bara.
"Nadia Agatha, aku bukanlah pria romantis yang berada dalam novel yang sering kamu baca. Aku bukanlah pria sempurna didunia ini. Aku bukan apa-apa tanpa ada kamu dihidupku, Nadia. Hidupku berubah menjadi lebih baik saat aku mengenalmu. Hidupku menjadi berwarna saat kamu selalu disisiku. Aku merasa nyaman bila berada disisimu. " Bara berhenti sejenak karena rasa gugup yang semakin membuat dirinya takut. Jantungnya berdetak tak karuan saat ini.
Bara menghela nafas pelan dan melanjutkan, ".. Aku menginginkan hubungan kita bisa sampai kita menua bersama. Nadia Agatha, will you marry me? " akhirnya Bara bisa menyelesaikan kata-kata nya.
Nadia terdiam dan isak tangisnya sudah berhenti.
Bara menunggu dengan harap-harap cemas. Walaupun kemarin memang Nadia menjawab mau menikah dengannya, tali menunggu jawaban lamarannya saat ini membuatnya takut juga jika Nadia tak mau menikah dengannya. Jika Nadia tak mau, maka Bara harus berpikir agar Nadia mau menikah dengannya. Licik bukan?
"Mmm.. Ye-s I will " Nadia menjawab dengan wajah yang bersemu merah. Ia tak menyangka bahwa ia akan dilamar dengan romantis serta kejadian menegangkan tadi.
"Terima kasih Nadia.. " Bara berdiri dan langsung memeluk erat Nadia.
Nadia membalas pelukan itu tak kalah eratnya. Bara mencium gemas kening Nadia. Padahal..
"Aduhh.. Sakit.. " rintih Nadia.
"Kamu kenapa sayang? Apanya yang sakit? " Bara melepas pelukannya dan menatap Nadia khawatir.
"Jidatku.. Aduhh.. " Nadia memegang keningnya tapi ia merintih kembali saat tangannya menyentuh keningnya.
"Dahi kamu kenapa sayang? " karena memang pencahayaan yang ada hanya menyinari setengah wajah Nadia, jadi kening Nadia yang biru tidak begitu terlihat.
"Tadi jatuh dari tangga terus jidat aku kebentur lantai.. Padahal tinggal dua tangga lagi.. " jelas Nadia.
"Kamu ceroboh banget sih.. Hati-hati dong sayang.. " Bara mengelus pelan kening Nadia dan menciumnya pelan.