Hayyyy, author lama ngilangnyaaa ..
Sebenernya author itu vakum beberapa bulan sih, ya balik baru-baru aja😂
Maapin author yang ngasih harapan epilog dan extra part yang gak keburu dateng ini😅 ai lop yu readers ku tercintahh😘Sok atuh, happy reading!
💐💐💐
Nadia bangun dari tidur nya, menatap sekeliling kamar dengan pandangan bingung. Kenapa tak ada Bara disekitarnya? Mungkinkah Bara sudah berangkat ke kantor?
Nadia menghela nafas kesal, mengelus perut buncitnya perlahan. Kehamilan Nadia sudah menginjak 9 bulan 3 hari. Ya, sebentar lagi ia akan melahirkan. Ia tak sabar menantikan kelahiran sang buah hati.
Jangan tanyakan apa jenis kelaminnya. Nadia dan Bara sepakat untuk tidak mengecek jenis kelamin buah hati mereka, ingin menjadikannya sebagai kejutan. Sebenarnya, anak laki-laki atau perempuan pun tak masalah. Yang terpenting adalah kesehatan sang buah hati tercinta mereka.
Orang tua Bara dan orang tua Nadia sering menemani Nadia di rumah jika Bara sedang ke kantor. Sebenarnya Bara sudah ingin cuti untuk menjadi suami siaga, tapi Nadia memaksa Bara untuk tetap ke kantor.
Handphone Nadia di atas nakas berbunyi, mengharuskan Nadia mengambil handphone nya dengan susah payah, gerakan perlahan nya kadang membuat sang buah hati menendang perut Nadia.
Telepon dari Bara, suami tercinta Nadia.
"Halo, yang.. " Nadia langsung saja menerima telepon itu.
"Sayang, udah bangun? Maaf ya, aku berangkat pagi-pagi tadi.. mau bangunin kamu tapi aku gak tega.. "
"Iya, aku udah bangun. Gapapa, yang.. "
"Sayang, nanti aku pulang cepet. Sebelum makan siang aku bakalan pulang kok.. "
"Iya yang, yaudah... Kerja yang bener yah, awas kalo ternyata pulangnya gak tepat waktu.. "
Nadia mengelus perutnya yang ditendang lagi oleh sang buah hati, menggigit bibirnya menahan ringisan kesakitan.
"Yaudah.. aku kerja dulu ya, sayang. Dahh.. Love you mama.. "
"Love you too, papa"
Dan telepon terputus, Nadia menaruh kembali handphone nya diatas nakas.
Ia menuruni ranjang dengan perlahan, ia merasakan sakit yang teramat pada perutnya. Tapi mungkin efek tendangan sang bayi.
Nadia berjalan perlahan, menuju ke depan kaca rias. Memandangi tubuhnya yang membuncit di bagian perut. Tersenyum menatap tubuhnya sendiri.
Ia menatap meja rias, ada undangan pernikahan sahabatnya yang akan diselenggarakan nanti malam. Ia ingin tampil cantik dengan perutnya yang membuncit ini di acara nanti malam.
Pernikahan kedua sahabat Bara, Fero dan Rensa serta Andre dan Prisca.
Entahlah, yang dirasakan Nadia kini sangat membuncah. Perasaan bahagia akan kedua sahabat suaminya yang menikah bersamaan.
Nadia kembali merintih merasakan perutnya yang terasa nyeri. Ia harus segera makan, tapi sebelum itu ia harus mandi dulu.
💐💐💐
Di ruang tengah rumah Bara dan Nadia, orang tua Nadia dan orang tua Bara sedang membicarakan nama untuk sang cucu.
"Kurasa, cucu kita itu perempuan.. " ucap mama nya Nadia.
"Oh, tidak.. mungkin laki-laki.. " ucap mama nya Bara.
Ya, kedua mama itu memperdebatkan jenis kelamin cucu nya. Membuat suami mereka menggelengkan kepala.