"Muka lo kusut amat dah.. " ejek Fero yang duduk di belakang Bara.
Andreas membenarkan, "belom di setrika.. " tawa kedua nya pecah.
Bara tak menghiraukannya, ia masih memikirkan perkataan papa nya Nadia. Ia juga berperang dengan ego nya bahwa ia mencintai Nadia. Tapi perkataan Satria juga membuat nya bimbang.
"Bara, kalo kamu gak bisa fokus dengan materi pembelajaran saya sebaiknya kamu keluar.. " ucapan dosen membuyarkan lamunan nya.
"Maaf mr. " ucap Bara.
Walaupun ia anak pemilik universitas ini, ia tak boleh seenaknya dengan pembelajaran.
Bara mengusap wajah nya gusar. Ia harus memikirkan masalah ini nanti.
💐💐💐
"Nadia gak mau makan bubur itu ma.. Rasanya hambar. Kenapa gak bubur ayam depan komplek aja.. " Nadia meminta pada mama nya.
"Sayang, kamu makan bubur ini dulu, nanti mama beliin bubur depan komplek. Seenggaknya perut kamu ke isi dulu.. " bujuk mama nya.
"Gak mau ma.. " Nadia tetep kekeh.
"Yaudah, mama mau beliin dulu.. " mama nya bangkit dan membawa semangkuk bubur itu kembali.
"Kenapa gak nyuruh bibi atau pak satpam aja ma? " tanya Nadia.
"Bibi lagi cuci piring dan pak satpam biar jaga pos aja nanti kalo ada tamu.. " ucap mama nya.
Nadia hanya mengangguk dan mama nya keluar.
Nadia meraih handphone nya dan menghidupkannya. Ia membuka pesan dan hanya ada pesan dari Satria yang menanyakan keadaan nya. Nadia berharap ada pesan atau telfon dari Bara.
Semalam ia tak bisa tidur memikirkan Bara. Dan tadi pagi papa nya juga memberi tau bahwa Bara tidak akan kesini sebelum yakin pada hati nya sendiri.
Tak terasa air mata nya mengalir begitu saja dari pelupuk mata nya. Ia sudah terlanjur jatuh terlalu dalam. Ia menganggap jika pertunangan yang di jalani nya membuktikan bahwa Bara serius pada nya.
"Bara Pradipta Leonard, kamu sudah terlanjur membuat ku jatuh Cinta pada mu. Ku kira kamu yakin dengan perasaan mu, tapi ternyata semua itu hanya bulshit.. Apa kah aku harus melepasmu? Aku tak yakin jika kamu memang mencintai ku. Ini pasti hanya lah obsesi mu semata. Tuhan, kenapa ini terasa menyakitkan.. " Nadia memegang dadanya yang terasa sakit.
"Aku akan mencoba untuk mengikhlas kan mu jika kamu memilih untuk tak bersama ku.. " gumam Nadia pelan dan menutup mata nya untuk menahan air mata nya yang siap meluncur di pipi nya.
Tok..tok..tok..
Ketukan pintu kamar membuat Nadia segera menghapus air mata nya dan menetralkan nafas nya.
"Siapa? " teriak Nadia.
"Ini aku, Satria.. "
"Masuk aja, bang! "
Satria masuk dan membawa bubur ayam dan duduk di pinggir ranjang Nadia.
"Kamu mau bubur ayam, kan? Mama kamu nitipin ini dan suruh ngawasin kamu makan juga.. " ucap Satria lembut.
"Iya, bang. Sini biar aku makan sendiri! " Nadia duduk menyandar pada kepala ranjang.
"Aku suapin aja.. " Satria mulai menyuapi Nadia yang menurut pada nya.
"Udah, bang. Aku udah kenyang.. "
"Kenyang gimana, ini juga baru lima sendok.. " Satria hendak menyuapi Nadia lagi.
"Gak bang.. Nanti malah aku muntah.. " ucap Nadia.
"Yaudah.. Kamu minum obat dulu aja.. " Satria memberikan obat penurun demam.
Nadia meminum obat itu dan beristirahat sejenak menyenderkan kepala nya di kepala ranjang .
"Aku naroh ini di dapur dulu ya.. " Satria keluar dari kamar Nadia.
Nadia memegang handphone nya dan memandang foto nya bersama Bara yang di ambil saat ia di rumah sakit seminggu lalu.
"Aku kangen.. " Nadia menatap lembut foto itu.
"Kamu liat apa? " Satria sudah berada di sebelahnya.
"Enggak apa-apa kog, bang.. " Nadia menaruh handphone nya di nakas.
"Aku mau tanya boleh? " Satria menatap lembut Nadia.
"Tanya aja bang.. " Nadia tersenyum.
"Bara itu beneran pacar dan tunangan kamu? " tanya Satria.
"Iya, bang. Tapi gak tau nanti kedepan nya. Aku gak yakin bang.. " Nadia masih mempertahankan senyum nya.
"Kenapa gak yakin? " Satria mengernyitkan dahi nya bingung.
"Setelah liat tingkah laku dia, kayak nya dia cuma terobsesi sama aku, bang.. " jelas Nadia.
"Emang tingkah laku dia gimana? " tanya Satria ingin tau.
"Dia kadang-kadang berubah jadi dingin, dulu waktu jalan-jalan keluar sama dia habis dari rumah nya juga, orang tua nya tanya kapan mau tunangan. Aku bingung masalah nya hubungan kita belum sampe seminggu. Dia jadi agak marah dan nurunin aku di jalan yang posisi nya masih jauh sama rumah dan sepi banget. Untung pas di jalan aku ketemu Irfan. Tapi aku gak jujur sama Irfan masalah ini. Dan masalah ini cuma lagi aku ceritain sama bang Satria aja.. " jelas Nadia.
Satria sangat geram mendengar cerita Nadia.
"Sebelum aku kecelakaan dan masuk rumah sakit, di perjalanan pulang dari hang out sama Andi dan Nadin aku liat dia pelukan sama sahabat nya, Anggun. Aku lepas kendali waktu itu dan mobil aku sampe nabrak pohon di jalan merpati nusantara sampe pohon itu tumbang. " lanjut Nadia. Satria masih mendengarkan.
"Dan kemarin itu, aku di ajak ketemuan sama sahabat nya, Anggun di Taman deket komplek. Pas makan juga di cafe flannigan. Tau sendiri kan jarak nya jauh dari rumah. Dari ketemu itu kan pagi sampe sore aku gak di ajak ngomong sama sekali. Aku tetep positif thinking, tapi gak aku sangka dia jadi ngomong judes sama aku. Siapa yang gak sakit hati kalo di gituin di depan sahabat nya yang notabene nya dulu pernah ada rasa.. " Nadia sudah tak sanggup menahan air mata nya.
Satria langsung memeluk Nadia erat dan membiarkan Nadia menumpah kan segala kesedihan nya di pelukan nya.
"Sekarang dia kenapa gak nengokin kamu? " tanya Satria pelan.
"Papa gak ngebolehin dia kesini sampe dia yakin dengan pilihan nya.. " suara Nadia bergetar.
"Sekarang aku tanya, kamu sayang sama dia,kamu cinta sama dia?" tanya Satria.
"Aku dah terlanjur jatuh terlalu dalam,bang.." ucap Nadia pelan dan menahan isak tangis nya.
"Biarkan waktu yang menentukan, biarkan dia berjuang sendiri jika dia memang mencintaimu.. " Satria mengelus Puncak kepala Nadia.
"Iya, bang. Aku percaya pada rencana Tuhan.. "
"Inget aja, Bara. Gue gak bakal biarin lo nyakitin Nadia lagi. Walaupun gue masih ada rasa sama Nadia. Tapi gue gak mau rusak kebahagiaan dia yang hanya bisa bahagia bersama lo.. " Satria membiarkan Nadia menangis di dalam pelukan nya.
"Kamu harus tenang dan berusaha tegar di hadapan nya untuk membuktikan bahwa kamu bisa jika tanpa dia.. " ucap Satria yang di angguki Nadia.
Vote and commet